Pendahuluan
Perselingkuhan akhir-akhir ini menjadi bahan perbincangan yang menarik dan santer, sebab perselingkuhan itu sendiri tidak hanya didominasi oleh para pria, tetapi juga wanita di segala lapisan dan golongan, bahkan tidak memandang usia. Sekarang yang lagi heboh dam santer diberitakan melalui media cetak terlebih melalui infotemen adalah perselingkuhan Nia Paramitha istri Gustiranda dengan Mr.X atau Mr.Y yang membuahkan kehamilan dan aborsi.[1] Terlepas benar atau tidak, yang pasti akibat masalah ini kehidupan rumah tangga mereka berakhir dengan perceraian dan hal ini tentunya sangat berpengaruh bagi kehidupan 4 anak-anak mereka yang masih kecil. Ada banyak kasus perselingkuhan yang diberitakan antara lain seperti perselingkuhan Bill Clinton peresiden AS dengan Monica Lewinsky, Pangeran Charles dengan Camilla Parker Bowles yang kemudian dinikahinya setelah Lady Diana meninggal, dll. Bagaimana yang tidak diberitakan? Menurut penelitian yang dilakukan pada tahun 1997 di Jakarta, mengatakan 2 dari 3 pria exekutif di Jakarta selingkuh. Bahkan menurut pakar seks dr.D.Boyke Dian Nugraha jumlah tersebut malah meningkat, 4 dari 5 pria exekutif Jakarta melakukan selingkuh. Dan sebuah penelitian di Bandung, Jawa Barat yang dilakukan seorang psikolog menyebutkan 2 di antara 5 wanita pekerja juga melakukan selingkuh.[2] Sebenarnya fenomena ini tidak hanya terjadi di kota-kota besar seperti halnya Jakarta, tetapi juga di kota-kota kecil atau pun di daerah. Masalahnya, berita-berita mengenai perselingkuhan lebih banyak disorot di kota besar karena di kota besar seperti halnya Jakarta segala sesuatu lebih transparan termasuk dalam hal batasan norma-norma. Di kota besar seperti Jakarta, segala hal bisa bersifat relatif; artinya, segala sesuatu tidak bisa dinilai dari satu sudut pandang saja. Demikian pula halnya dengan perselingkuhan yang belakangan ini makin marak dibicarakan orang. Memahami perselingkuhan begitu dekat dengan kehidupan perkawinan, dan memahami akibat-akibat yang ditimbulkan baik bagi pribadi yang bersangkutan, kehidupan perkawinan, keluarga, anak-anak dan terlebih bagi kesaksian gereja di tengah-tengah dunia ini, maka saya mengangkat topik ini sebagai upaya mengingatkan kita semua agar menjauhi yang namanya selingkuh sebab sangat tidak sebanding kenikmatan sesaat yang diperoleh dari perselingkuhan dengan dampak yang ditimbulkannya. Definisi Penyebab Selingkuh a) Faktor Utama b) Faktor Pendukung c) Faktor Pemicu lain Alasan Selingkuh Tanda-tanda pasangan berselingkuh Dampak yang ditimbulkannya Bagi keluarga. Perselingkuhan sungguh-sungguh mengancam kehidupan pernikahan. Resiko yang terberat adalah apabila terjadi perceraian dapat menimbulkan berbagai masalah. Mulai masalah finansial, beban emosi pada anak, masalah dengan anggota keluarga yang lain, rasa malu, hingga rasa sedih. Walapun perkawinan masih dapat dipertahankan, tidak terjadi perceraian, namun untuk kembali saling mencintai, saling mempercaya, saling menghormati itu sudah pasti sangat sulit. Apa jadinya sebuah rumahtangga bila hati sudah menjadi dingin dan hubungan menjadi hambar! Apapun alasannya selingkuh membawa dampak menghancurkan sebuah hubungan. Bagi masyarakat. Akibat kroposnya pondasi sebuah keluarga dikarenakan perselingkuhan, sudah pasti fungsi keluarga sebagai lembaga moral terbesar tidak akan dapat lagi berjalan sebagaimana mestinya. Dan itu akan membawa pengaruh bagi generasi masyarakat selanjutnya. Disamping itu, dapat menjadi preseden buruk bagi anak-anak dan generasi muda yang mendorong ke dalam kehidupan budaya selingkuh atau seks bebas. Akibatnya apa? Itulah yang kita rasakan sekarang ini. Kesakralan sebuah perkawinan mejadi semakin luntur. Budaya kawin cerai semakin marak. Agama yang melarang hal-hal tersebut akan semakin dijauhi. Bagi Gereja. Akibat Perselingkuhan, apakah itu masih sekedar issu atau beneran membawa dampak yang besar. Apa lagi bila orang tersebut selama ini menjadi panutan. Sebagaimana yang kita pahami bahwa salah satu bentuk kesaksian yang seharusnya dinampakkan oleh orang kristen adalah kehidupan perkawinannya. Perkawinan yang kudus, Perkawinan yang harmonis. Perkawinan yang tidak memiliki WIL (Wanita idaman lainnya) dan PIL (Pria idaman lainnya). Perkawinan yang tidak memiliki kamus bercerai, sebab Firman Tuhan kepada umatNya “apa yang dipersatukan Allah tidak boleh diceraikan manusia” (Mat 19: 6). Memahami ini perselingkuhan adalah sesuatu yang sangat memalukan, dan menjadi batu sandungan. Di dalam alkitab, Yesus mengemukan bagaimana berdosanya seseorang bila menjadi batu sandungan (Lukas 17:2). Langkah-langkah yang dapat dilakukan A. Preventif 1) Bagi pria atau wanita yang akan menikah disarankan agar dalam tahap berpacaran: (a) perkenalan; (b) pendekatan; (c) penelusuran, sungguh-sungguh dipergunakan sebagai tahapan mengenal secara baik (isiksek lebe maka itindes) sebelum sampai kepada tahap pemantapan pacaran (tunangan) dan perkawinan. Hal yang perlu diperhatikan sehubungan dengan kecendrungan perselingkuhan adalah mengenal predisposisi kepribadian, latar belakang keluarga, keseimbangan romantisme, kematangan berfikir, dan tentunya kehidupan spiritual. 2) Bagi pria dan wanita yang sudah menikah usahakanlah agar menjadi teman yang enak buat diajak ngobrol serta menjadi kekasih yang menggairahkan dalam hubungan seks bagi suami/istri. Khusus bagi suami, tidak zamannya lagi mengabaikan kekurangannya mengenai seks dengan mengatakan sudah menyediakan istrinya rumah, mobil dan fasilitas lainnya. Masalah seks sekarang ini tidak hanya didominasi kaum laki-laki, bukan masalah tunggal tetapi masalah bersama. Jikalau selama abad XIX perempuan menikah tanpa memiliki syarat erotis mereka, tidak lagi pada zaman sekarang. Mereka juga menuntut perhatian dan kepuasan sexual mereka.[5] Karena itu pemahaman sexual sangat diperlukan. Disamping itu yang perlu juga diketahui dan disikapi adalah hal-hal yang menjadi penyebab istri selingkuh. Menurut dr. Sukiat umumnya istri selingkuh bukan saja disebabkan karena faktor seks, melainkan karena kesepian batiniah. Maksudnya, suami kurang peduli, kurang perhatian, kurang mengasihi yang ditunjukkan secara nyata, kurang mengayomi, dan tidak ada lagi hal-hal yang perlu dikagumi pada diri suami.[6] Dan bagi Istri, disamping sebab-sebab selingkuh yang telah disebutkan diatas, ada lagi hal lain yang perlu dipahami seorang istri mengapa suami selingkuh. Suami-suami berselingkuh disebabkan: (1) Karena istri mulai “tidak nyambung” lagi ketika diajak berbicara, baik dalam topik pembicaraan maupun wawasannya. Dengan kata lain tidak dialogis lagi; (2) Karena istri kurang respek terhadap suami, sehingga cendrung menyalahkan, menuntut, bahkan merendahkan suami. [7] Untuk itu saya menyarankan bila ada yang demikian segeralah mengubah sikap. B. Kuratif Bagaimana bila sebuah perkawinan sedang dihinggapi masalah perselingkuhan? Ada beberapa hal yang dapat dilakukan, antara lain: Penutup -----------------------------
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Kedua tahun 1991, Selingkuh berarti tidak terus terang; tidak jujur; suka menyembunyikan sesuatu untuk kepentingan sendiri; curang; serong. Dengan demikian selingkuh dapat diartikan sebagai perbuatan seorang suami (istri) dalam bentuk menjalin hubungan dengan seseorang di luar ikatan perkawinan yang kalau diketahui pasangan syah akan dinyatakan sebagai perbuatan menyakiti, mengkhianati, melanggar kesepakatan, di luar komitmen. Dengan kata lain selingkuh terkandung makna ketidakjujuran, ketidakpercayaan, ketidaksaling menghargai, dan kepengecutan dengan maksud menikmati hubungan dengan orang lain sehingga terpenuhi kebutuhan afeksi-seksualitas (meskipun tidak harus terjadi hubungan sebadan).
Ada banyak penyebab mengapa suami atau istri selingkuh, antara lain:
Menurut penilitian Debbie Layton-Tholl, seorang psikolok pada tahun 1998, alasan perselingkuhan di antara pasangan setelah sekian lama menikah antara lain mengacu kepada: (a) Sulit menolak godaan; (b) Merasa tidak puas dalam kehidupan perkawinan (c) Marah terhadap pasangan (d) Tidak lagi bisa mencintai pasangan; (e) Sering hidup berpisah lokasi; (f) Dorongan untuk membuat pasangan menjadi cemburu.[3]
Setelah mengetahui penyebab perselingkuhan, barangkali pertanyaan yang penting sekarang adalah bagaimanakah mengetahui pasangan kita berselingkuh? Ada beberapa hal yang dapat dijadikan acuan untuk mendeteksi apakah pasangan kita berselingkuh. Hal pertama adalah masalah kerahasiaan. Kerahasiaan merupakan salah satu pengungkapan rahasia terbesar bahwa seseorang selingkuh atau mengkhianati pasangannya. Tak ada yang salah bila seseorang punya privasi, tapi kerahasiaan yang berlebihan dalam pernikahan adalah hal lain, begitu kata Julia Hartley Moore, seorang detektif swasta yang sangat sukses, dalam bukunya “Selingkuh".[4] Kerahasiaan itu misalnya, sangat menjaga telepon genggamnya atau selalu dekat dengan telepon genggamnya, kalau ada panggilan selalu menjauhkan diri ketika berbicara walaupun itu hanya berdua dengan pasangannya atau berbicara singkat saat pasangan ada di dekatnya; hal ke dua, lebih memperhatikan penampilan, tubuh, pakaian dari biasanya; hal ke tiga adalah mengenai hubungan seks suami istri. Apakah lebih banyak atau semakin berkurang dari biasanya. Baik lebih banyak atau semakin sedikit menurut Julia sama-sama perlu mendapat perhatian dari pasangannya, perlu dicurigai, perlu segera melakukan antisipasi dari suami atau sitri.
Ingat apa pun alasannya, kenikmatan selingkuh tidaklah sebanding dengan dampak yang ditimbulkannya. Bagi pribadi (suami atau istri) yang melakukan selingkuh. Bila masih dikategorikan manusia normal, perselingkuhan yang dilakukan apapun itu alasannya tetapi itu adalah tetap sebuah pengkhianatan terhadap orang yang mana kita sudah berjanji setia, akan terus dikejar rasa bersalah, dan ketakutan ketahuan. Dan hal ini sudah pasti membuatnya tertekan. Memang dapat saja seseorang seolah merasa tidak bersalah melakukan perselingkuhan itu. Hal ini mungkin diakibatkan faktor kejengkelan, marah atau dendam yang dalam terhadap pasangannya. Namun saya berpendapat, dalam jangka pendek mungkin saja, tetapi tidak dalam jangka panjang. Pada saat kesadaran semakin muncul, seiring surutnya kejengkelan, kemarahan dan dendam rasa bersalah itu akan muncul. Ketika itu, ketakutan akan akibat perselingkuhan semakin menguasainya. Seperti masadepan, karir, pandangan orang yang akan mencapnya sebagai suami atau istri yang serong, tidak dapat dipercayai, dll…Ini semua mengakibatkan penderitaan secara psikis.
Memahami akibat perselingkuhan membawa dampak ikutan yang sangat berat, untuk itu ada dua tidakan yang dapat dilakukan:
Kenikmatan seksual adalah pemberian Allah bagi manusia. Konsep menjadi satu daging adalah konsep yang direncanakan Tuhan agar kita menghargai, menguduskan dan sekaligus merayakan kesenangan seksual itu dengan penuh rasa syukur dan bertanggungjawab dalam kesetiaan.[8] Menjadi satu daging berarti ada dua pribadi yang dipersatukan untuk saling setia, saling membagi suka dan duka. Dalam Injil Matius 19:6, Tuhan Yesus dengan tegas mengatakan agar menghargai dan menghormati prakarsa Allah yang menyatukan laki-laki dan perempuan dalam perkawinan “menjadi satu daging”. Perbuatan Allah ini tidak boleh dibuat main-main. “Apa yang dipersatukan Allah tidak boleh diceraikan manusia”. Maksud ungkapan ini tentunya bukan sekedar laki-laki dan perempuan yang telah dipersatukan itu tidak bercerai, tetapi juga menegaskan bahwa hanya kepada suami atau istri yang diberikan Allah kepadanya ia boleh menikmati keindahan dan kesenangan seksual yang tiada taranya itu. Berdasarkan hal ini maka apa pun alasannya seseorang berselingkuh berarti tidak menghormati dan mensyukuri apa yang telah diberikan Allah kepadanya. Hubungan seksual diluar pasangan yang syah, pasangan yang sudah diberikan serta diberkati Allah melalui pemberktan perkawinan adalah perzinahan dan itu dosa. Itulah sebabnya rasul Paulus dalam 1 Korintus 6:9b-10 menandaskan bahwa orang yang berzinah (dan tidak bertobat) tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah. Memahami akan hal ini, Paulus mengingatkan agar suami atau istri tidak lupa memenuhi kewajibannya sebagai suami dan sebagai istri atau dengan kata lain agar memperhatikan kebutuhan kehidupan seksual mereka. Kata Paulus: “… Janganlah kamu saling menjauhi, kecuali dengan persetujuan bersama untuk sementara waktu, supaya kamu mendapat kesempatan untuk berdoa. Sesudah itu hendaklah kamu kembali hidup bersama-sama, supaya Iblis jangan menggodai kamu, karena kamu tidak tahan bertarak” (1 Kor.7:3, 5).
[1] Kota, Warta Kota, Gusti akan laporkan istri (Jakarta, 05 April 2006, akses tgl.18 April 2006); http://www.kompas.co.id/gayahidup/news/0604/05/105018.htm
[2] Kompas, Kreasi, Hindarkan Perselingkuhan dalam hubungan seks! ( Jakarta, 2004, akses tgl.18 April 2006); http://www.kompas.com/kesehatan/news/0401/08/120737.htm
[3] Jaccinta, Perselingkuhan (Jakarta, 2001, akses tgl.18 April 2006); http://www.e-psikologi. com/keluarga/dissatisfied.htm
[4] Julia Hartley Moor, Selingkuh dan fakta-fakta tersembunyi dibaliknya (Jakaarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2005), hal. 27-31
[5] Kenneth Walker, The Handbook of Sex (Jokjakarta: Diva Press, 2005), hal. 211-212
[6] Nova, Selingkuh bukan Cuma seks (1 Desember 2005, akses tgl.18 April 2006): http://www.mail-/archive.com/milis-nova news.gramedia-majalah.com/msg01061.html
[7] Ibit.
[8] Douglas E.Rosenau, A Celebration of Sex (Nashville: Thomas Nelson, 1994), hal. 17
0 komentar:
Post a Comment