Thema:
NAMA TUHAN HARUSLAH DIPERGUNAKAN DENGAN BAIK
(Pakelah gelar Tuhan alu mehuli)
Introitus : Kejadian 35:2b; Pembacan: Markus 2:23-28
Khotbah: Ulangan 5:11-15
Khotbah: Ulangan 5:11-15
Pendahuluan
Bagi orang karo, nama yang diberikan kepada anaknya walaupun seolah-olah “sembarangan” namun bukan tidak mempunyai arti yang penting. Nama bagi orang karo biasanya mempunyai makna untuk mengingatkan akan peristiwa tertentu atau juga sebagai harapan terhadap anak tersebut. Misalnya ada nama Kartu Sembiring. Naman ini diberikan kepada anaknya untuk mengingatkan pekerjaan ayahnya sebagai sekretaris desa. Ada nama Sehat Tarigan dengan maksud anak tersebut agar selalu sehat. Demikian juga setelah menjadi kristen ada banyak nama anak-anak berdasarkan nama tokoh-tokoh Alkitab. Maksudnya sudah jelas agar anak tersebut nantinya mewarisi sifat seperti tokoh Alkitab tersebut.
Demikian juga, bagi orang Karo nama orang yang lebih tua tidak boleh disebut dengan sembarangan. Apa lagi menyebut nama orang tua. Konon katanya akan tumbuh “jagung” di hidung. Pastilah ini tidak benar. Namun hal ini diajarkan kepada anak-anak atau orang yang lebih muda agar menghormati orang tua dengan tidak menyebut nama orang tua[1]. Nama adalah identitas dan kehormatan orang tua, sehingga semakin tua dan semakin terhormat orang tersebut, semakin tidak boleh menyebutkan namanya.
Demikian juga, bagi orang Karo nama orang yang lebih tua tidak boleh disebut dengan sembarangan. Apa lagi menyebut nama orang tua. Konon katanya akan tumbuh “jagung” di hidung. Pastilah ini tidak benar. Namun hal ini diajarkan kepada anak-anak atau orang yang lebih muda agar menghormati orang tua dengan tidak menyebut nama orang tua[1]. Nama adalah identitas dan kehormatan orang tua, sehingga semakin tua dan semakin terhormat orang tersebut, semakin tidak boleh menyebutkan namanya.
Nama bisa juga diterjemahkan sebagai gelar atau title dan juga bisa diterjemahkan sebagai sesuatu yang memberikan kehormatan dan authoritas. Misalnya seseorang yang telah perpendidikan Doktor (S-3) dan kemudian telah memenuhi syarat untuk mengemban gelar sebagai Guru Besar dalam dunia Perguruan Tinggi maka ia dihormati sebagai Guru Besar. Dan jika orang tersebut telah memiliki nama di profesinya maka dia akan diberi gelar Professor. Tuhan kita memiliki nama dan dalam nama Dia ada kuasa dan authoritas, jika kita pakai nama Tuhan dengan sembarangan, itu berarti kita tidak menghormati Tuhan dan tidak menghargai karya yang dia lakukan dalam kehidupan manusia.
Pendalaman Nas
Bahan khotbah Minggu ini Ulangan 5:11-15 berbicara mengenai hukum ke 3 dan ke 4 dari 10 Perintah Tuhan. Walaupun kalimatnya sedikit berbeda dengan Keluaran 20:1-7 namun intinya sama. Kesepuluh Perintah Tuhan ini dipidatokan ulang oleh Musa di dataran Moab untuk mengingatkan orang Israel bagaimana seharusnya hidup sebagai umat Tuhan dalam hubungan dengan Tuhan dan sesama manusia[2].
Hukum ke 3 “Jangan menyebut nama TUHAN, Allahmu, dengan sembarangan, sebab TUHAN akan memandang bersalah orang yang menyebut nama-Nya dengan sembarangan”.
Disini sangat tegas disebutkan tidak boleh menyebut nama Tuhan dengan sembarangan. Walaupun Allah telah menjadikan orang Israel umatNya dan memperkenalkan namanya sebagai “Aku ada yang Aku ada (Ibrani= ehyeh ‘asyer ‘ehyeh)[3] tidak berarti orang Israel dapat dengan sembarangan menyebut nama Tuhan. Menyebut nama Tuhan dengan sembarang adalah suatu kesalahan atau dipandang bersalah. Kata “dengan sembarangan” (Ibrani=Syaw) yang dipakai disini berarti kekosongan atau kesia-siaan[4]. Bisa juga berarti kepalsuan[5], dusta[6]. Jadi istilah “jangan….dengan sembarangan” mempunyai beberapa kemungkinan arti: (1) Jangan bersumpah demi nama YHWH untuk mensahkan sesuatu keterangan palsu[7]; (2) Jangan menggunakan nama YHWH dalam rumusan mantera; (3) Jangan menyebut nama YHWH sambil mempersembahkan ibadat kepada yang bukan YHWH[8]; (4) Jangan menyembah YHWH dengan tangan kosong[9].
Hukum ke 4 “Tetaplah ingat dan kuduskanlah hari Sabat, seperti yang diperintahkan kepadamu oleh TUHAN, Allahmu”… dst. Dalam teks Keluaran[10] merayakan sabat dihubungkan dengan mengikut teladan Allah dalam penciptaan (“Sebab enam hari lamanya Tuhan menjadikan langit dan bumi… dan Ia berhenti pada hari ke tujuh”…). Dalam Kitab Ulangan hal ini tidak lagi disebutkan. Musa langsung dengan penegasan agar umat menuruti perintah-perintah Allah yakni dengan mengingat dan menguduskan hari sabat. Lebih jauh dalam penjelasannya, pengudusan hari sabat diperluas tidak saja dalam rangka meneladani Tuhan yang telah bekerja selama 6 hari menciptakan langit dan bumi dan berhenti pada hari ke-7 tetapi juga mensyukuri perbuatan Tuhan yang telah membebaskan orang Israel dari tanah perbudakan. Jadi dalam kitab Ulangan lebih menekankan sebagai rasa tunduk, hormat dan syukur kepada Allah.
Penjelasan agar mengingat dan menguduskan hari sabat dihubungkan dengan penyelamatan orang Israel dari perbudakan Mesir dan masuk dalam kehidupan baru yang merdeka (ayat 15) dapat juga dipahami sebagai nubuatan datangnya hari kebangkitan[11] sebagaimana disebutkan dalam Roma 4:25, dan dengan demikian menjadi hari pertama dari minggu itu. Itulah sebabnya mengapa kemudian orang Kristen menjadikan hari Minggu sebagai hari untuk bersekutu menyembah dan memuliakan Tuhan.
Pointer Aplikasi
(1) Firman Tuhan Minggu ini mengingatkan kita agar tidak dengan sembarangan atau sesuka hati kita menyebut nama Tuhan. Apa lagi mengeksploitasi nama Tuhan untuk keuntungan tertentu. Menyebut nama Tuhan harus dengan kesungguhan hati dan kepercayaan. Di zaman ini, ada beberapa orang yang punya kebiasaan menyebut nama Yesus dengan sembarangan (latah). Sedikit-sedikit berkata, “Eh, Yesus!” Ada pula yang dalam ibadah berteriak, “Yesuss!”, tanpa tahu apa maksud dan tujuannya. Ini dipandang salah, karena nama Tuhan menyatakan kesucian Tuhan. Barangsiapa menyebut nama Tuhan dengan sembarangan, ia melanggar kesucian atau kekudusan-Nya. Demikian pula dengan nama Tuhan Yesus. Yesus adalah Tuhan itu sendiri, sehingga kita tidak boleh menggunakan dan menyebutkan nama Tuhan dengan sembarangan.
Pendalaman Nas
Bahan khotbah Minggu ini Ulangan 5:11-15 berbicara mengenai hukum ke 3 dan ke 4 dari 10 Perintah Tuhan. Walaupun kalimatnya sedikit berbeda dengan Keluaran 20:1-7 namun intinya sama. Kesepuluh Perintah Tuhan ini dipidatokan ulang oleh Musa di dataran Moab untuk mengingatkan orang Israel bagaimana seharusnya hidup sebagai umat Tuhan dalam hubungan dengan Tuhan dan sesama manusia[2].
Hukum ke 3 “Jangan menyebut nama TUHAN, Allahmu, dengan sembarangan, sebab TUHAN akan memandang bersalah orang yang menyebut nama-Nya dengan sembarangan”.
Disini sangat tegas disebutkan tidak boleh menyebut nama Tuhan dengan sembarangan. Walaupun Allah telah menjadikan orang Israel umatNya dan memperkenalkan namanya sebagai “Aku ada yang Aku ada (Ibrani= ehyeh ‘asyer ‘ehyeh)[3] tidak berarti orang Israel dapat dengan sembarangan menyebut nama Tuhan. Menyebut nama Tuhan dengan sembarang adalah suatu kesalahan atau dipandang bersalah. Kata “dengan sembarangan” (Ibrani=Syaw) yang dipakai disini berarti kekosongan atau kesia-siaan[4]. Bisa juga berarti kepalsuan[5], dusta[6]. Jadi istilah “jangan….dengan sembarangan” mempunyai beberapa kemungkinan arti: (1) Jangan bersumpah demi nama YHWH untuk mensahkan sesuatu keterangan palsu[7]; (2) Jangan menggunakan nama YHWH dalam rumusan mantera; (3) Jangan menyebut nama YHWH sambil mempersembahkan ibadat kepada yang bukan YHWH[8]; (4) Jangan menyembah YHWH dengan tangan kosong[9].
Hukum ke 4 “Tetaplah ingat dan kuduskanlah hari Sabat, seperti yang diperintahkan kepadamu oleh TUHAN, Allahmu”… dst. Dalam teks Keluaran[10] merayakan sabat dihubungkan dengan mengikut teladan Allah dalam penciptaan (“Sebab enam hari lamanya Tuhan menjadikan langit dan bumi… dan Ia berhenti pada hari ke tujuh”…). Dalam Kitab Ulangan hal ini tidak lagi disebutkan. Musa langsung dengan penegasan agar umat menuruti perintah-perintah Allah yakni dengan mengingat dan menguduskan hari sabat. Lebih jauh dalam penjelasannya, pengudusan hari sabat diperluas tidak saja dalam rangka meneladani Tuhan yang telah bekerja selama 6 hari menciptakan langit dan bumi dan berhenti pada hari ke-7 tetapi juga mensyukuri perbuatan Tuhan yang telah membebaskan orang Israel dari tanah perbudakan. Jadi dalam kitab Ulangan lebih menekankan sebagai rasa tunduk, hormat dan syukur kepada Allah.
Penjelasan agar mengingat dan menguduskan hari sabat dihubungkan dengan penyelamatan orang Israel dari perbudakan Mesir dan masuk dalam kehidupan baru yang merdeka (ayat 15) dapat juga dipahami sebagai nubuatan datangnya hari kebangkitan[11] sebagaimana disebutkan dalam Roma 4:25, dan dengan demikian menjadi hari pertama dari minggu itu. Itulah sebabnya mengapa kemudian orang Kristen menjadikan hari Minggu sebagai hari untuk bersekutu menyembah dan memuliakan Tuhan.
Pointer Aplikasi
(1) Firman Tuhan Minggu ini mengingatkan kita agar tidak dengan sembarangan atau sesuka hati kita menyebut nama Tuhan. Apa lagi mengeksploitasi nama Tuhan untuk keuntungan tertentu. Menyebut nama Tuhan harus dengan kesungguhan hati dan kepercayaan. Di zaman ini, ada beberapa orang yang punya kebiasaan menyebut nama Yesus dengan sembarangan (latah). Sedikit-sedikit berkata, “Eh, Yesus!” Ada pula yang dalam ibadah berteriak, “Yesuss!”, tanpa tahu apa maksud dan tujuannya. Ini dipandang salah, karena nama Tuhan menyatakan kesucian Tuhan. Barangsiapa menyebut nama Tuhan dengan sembarangan, ia melanggar kesucian atau kekudusan-Nya. Demikian pula dengan nama Tuhan Yesus. Yesus adalah Tuhan itu sendiri, sehingga kita tidak boleh menggunakan dan menyebutkan nama Tuhan dengan sembarangan.
(2) Jika demikian, bagaimana kita dapat dengan tepat menggunakan nama Tuhan Yesus, sehingga kita tidak melanggar kekudusan-Nya?
- Pertama, harus memiliki relasi dengan Tuhan Yesus sendiri. Di dalam Kisah Para Rasul 19:13-20 dicatatkan bahwa ada anak-anak Skewa yang justru diserang balik oleh setan, ketika mereka berusaha mengusirnya di dalam nama Tuhan Yesus. Hal itu terjadi bukan karena nama Tuhan kalah kuasa, tetapi karena orang-orang yang menggunakan-Nya tidak memiliki relasi dengan Tuhan Yesus. Ketika kita menggunakan nama Tuhan tanpa hidup dekat dengan Dia, maka itu artinya kita sedang mencobai Dia, dan itu merupakan dosa.
- Kedua, harus untuk satu tujuan, memuliakan Tuhan dan membangun tubuh Kristus. Di dalam Injil dan Kisah Para Rasul, kita melihat bahwa para murid Tuhan diberikan kuasa untuk mengusir setan di dalam nama Tuhan Yesus. Tujuannya bukan menjadikan mereka pengusir-pengusir setan, tapi untuk memuliakan Tuhan dan menyatakan kuasa Injil yang sesungguhnya, sehingga banyak orang boleh percaya dan dibangunkan imannya. Prinsip yang sama juga berlaku pada masa kini. Kita harus menggunakan nama Tuhan Yesus untuk memuliakan Tuhan.
(3) Firman Tuhan Minggu ini juga mengingatkan kita agar mengingat dan menguduskan hari sabat. Tanda bahwa kita sungguh mengakui bahwa Tuhan Yesus telah membebaskan kita dari kuasa doa, dari kuasa maut ialah mengkhususkan hari Minggu yang adalah hari pembebasan atau hari kemanangan itu (hari kebangkitan Yesus) untuk menyatakan hormat dan syukur kita kepada Allah. Dan kita percaya orang yang setia melakukan perintah Tuhan akan diberkati.
Pondok Gede, 23 januari 2010
Pdt.S.Brahmana
---------------------------------Pondok Gede, 23 januari 2010
Pdt.S.Brahmana
[1] Hal inilah mengapa orang Karo lebih dikenal dengan merganya atau anaknya. Misalnya Bapak Sembiring atau Bapa Calvin Ginting.
[2] Dalam Matius 22:37-39 Tuhan Yesus mensarikan ke 10 Perintah Tuhan menjadi dua yakni “Kasihilah Tuhan Allahmu” (Hukum 1-4) dan “kasihilah sesamamu manusia” (Hukum 5-10).
[3] Keluaran 3:14
[4] Bd.Mazmur 60:13
[5] Bd.Ayub 11:11
[6] Bd.Mazmur 12:3
[7] Bd.Mazmur 24:4
[8] Bd.Yeremia 18:15
[9] Bd.Keluaran 34:20
[10] Keluaran 20:8-11
[11] Tafsiran Alkitab Masa Kini Jilid I Kejadian-Ester. Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih/OMF, 1990, hal.315
0 komentar:
Post a Comment