THEMA:
BERTANDINGLAH DALAM PERTANDINGAN IMAN
(Erlumbalah ngelakoken singena ate Dibata)
Introitus : Ayub 14:15; Pembacaan : Jeremia 10:6-10
Khotbah: 1 Timotius 6:11-16
Khotbah: 1 Timotius 6:11-16
Pendahuluan
Walaupun nasehat Paulus dalam nas kita ditujukan kepada Timotius tetapi nasehat ini secara umum juga berlaku kepada semua orang kristen. Istilah “manusia Allah” memang ditujukan kepada Timotius yang dipanggil sebagai hamba Tuhan[1], tetapi istilah ini dalam 2 Timotius 3:17 juga dipakai untuk semua orang kristen[2]. Jadi berlaku bagi semua orang percaya.
Pendalaman Nas
Perikop renungan kita adalah bagian surat penggembalaan Paulus kepada Timotius. Ada beberapa hal yang dikemukakan Paulus, dan kita akan mendalami mengenai dua hal. Pertama, agar Timotius sebagai manusia Allah (manusia milik Allah) menjauhi (1) praktek kejahatan dari guru-guru sesat sebagaimana disebutkan dalam ayat 4 dan 5, yakni sok tahu (Karo: petua-tuaken), suka mencari-cari kealahan dan berdebat (Karo: sura-surana la mehuli ras nggit sisimbaken). (2) cinta uang yang disebutkan dalam ayat 6-10. Ke dua hal ini sangat membahayakan kehidupan iman dan persekutuan.
Paulus mengatakan bahwa akar segala kejahatan adalah cinta uang. Mengapa Paulus memberikan statemen demikian? Karena Paulus sangat paham bagaimana hidup orang yang cinta akan uang. Orang yang cinta uang tidak akan dapat sungguh-sungguh mengasihi Allah. Siapa pun dia. Memang hal ini benar. Kita ambil contoh Yudas Iskariot[3], demi uang 30 keping perak tega mengkhianati gurunya, Yesus. Demikian juga mengapa orang kaya yang disebut dalam Lukas 16:19-31 ketika mati tidak masuk ke dalam kerajaan Allah. Bukan karena ia kaya. Tetapi karena ia tidak mau tahu terhadap orang lain. Ia tidak peduli ada orang lain yang sangat miskin yang membutuhkan pertolongannya. Kekayaan mudah membuat orang sombong dan melupakan bahwa dirinya adalah milik Tuhan. Demikian juga orang kaya yang disebutkan dalam Lukas 12:13-21, Yesus menyebutnya “bodoh” karena ia lupa bahwa hidup matinya ada ditangan Tuhan. Dan ketika Tuhan menetapkan kematian, kekayaan yang dimiliki tidak akan dapat berbuat apa-apa. Demikian juga setiap orang kristen yang cinta uang lebih dari Tuhan tidak akan dapat dengan sungguh-sungguh hidup sebagai anak-anak Tuhan, yang taat beribadah dan memuji-muji Tuhan. Berarti tidak akan pernah dapat mengasihi Allah dengan sungguh-sungguh[4]. Sebab segala sesuatu diukur dengan materi. Mengikuti kegiatan gereja tidak lagi menggembirakan hatinya karena dianggap sebagai kerugian semata-mata, baik waktu maupun materi. Itulah gejala umum dalam kehidupan kita saat ini, ketika kehidupan telah dikuasai roh materialisme. Oleh karena itu Paulus mengingatkan Timotius dan juga semua orang percaya agar menjauhi semua itu, sebaliknya sebagai manusia Allah agar “mengejar” (Karo: usahakenlah) untuk hidup dalam: (1) keadilan (Karo: singena ate Dibata). Berarti berusaha untuk melakukan kehendak dan perintah-perintah Tuhan; (2) ibadah. Salah satu hidup yang berkenan kepada Allah ialah hidup yang merupakan penghayatan iman dalam kata-kata dan perbuatan[5]; Dalam Roma 12:1 Paulus mengatakan bahwa ibadah yang sejati ialah mempersembahkan tubuh sebagai persembahan yang hidup. Jadi ibadah yang dimaksud bukan saja sekedar bersekutu dalam ibadah formal tetapi juga hidup yang berkenan kepada Allah; (3) kesetiaan. Kesetiaan adalah seseuatu yang sangat dituntut dalam Kerajaan Allah. Siapa yang setia sampai akhirnya akan dikaruniakan mahkota kehidupan (Wahyu [6]. (4) Kasih. Kasih adalah sifat utama dalam penghayatan iman Kristen[7]. Dalam 1 Yohanes 4:8 disebutkan bahwa orang yang tidak mengasihi tidak menegenal Allah. Demikian juga dalam 1 Yohanes 4:16 disebutkan bahwa Allah adalah kasih dan barangsiapa tetap berada di dalam kasih, ia tetap berada di dalam Allah dan Allah di dalam dia. (5) Kesabaran (ketekunan). Dalam menjalankan kehidupan sebagai orang percaya dituntut kesabaran atau ketekunan, tidak boleh cepat-cepat putus asa. Dalam berbagai kesempatan Yesus sudah mengingatkan akan konsekwensi menjadi pengikutnya bahwa dunia akan membenci, juga harus memikul salib dan menyangkal diri[8]. Namun sebagaimana Yesus Firmankan bahwa orang yang bertahan sampai kesudahannya akan selamat[9]. (6) Kelembutan. Salah satu tampilan orang kristen haruslah nampak dalam kelembutannya (lemah lembut). Kelembutan bukan dalam arti lemah, tetapi dalam arti bersikap sabar terhadap orang lain dan mengampuni. Ke enam hal inilah antara lain dipahami Paulus yang harusnya ada pada setiap orang kristen, sebab itulah yang menyengkan hati Tuhan kita lakukan.
Kedua, agar Timotius tetap memposisikan diri sebagai orang yang bertanding. “Bertandinglah dalam pertandingan iman yang benar dan rebutlah hidup yang kekal”. Paulus memang suka menggunakan ilustrasi-ilustrasi dunia olah raga. Dalam dunia olah raga, apa pun itu untuk dapat menjadi pemenang bukanlah suatu hal yang mudah. Seseorang haruslah melakukan (1) latihan dengan baik, (2) mengikuti aturan pertandingan, (3) tekad untuk menang. Kalau dalam dunia olah raga saja seorang atlit berusaha dengan keras dengan menjalani berbagai-bagai latihan untuk menang/untuk memproleh sabuk atau piala kemenangan yang sifatnya tidak kekal, tentu terlebih lagi setiap orang percaya akan bertanding atau berlumba dengan penuh kesungguhan diikuti latihan yang baik sehingga dapat menang dalam pertandingan iman yang benar[10]. Disadari atau tidak, ketika (semenjak) seseorang menerima Yesus sebagai Juruslamatnya sesungguhnya sudah berada dalam pertandingan. Dalam pertandingan iman hanya ada dua kemungkinan, menang atau kalah (mendapat mahkota hidup kekal atau tidak). Bukan tiga kemungkinan seperti pertandingan tinju atau pertandingan yang lain yakni kalah, menang atau seri. Dengan kata lain tetap setia hidup sebagai anak-anak Allah atau tidak. Hidup dalam pertandingan berarti hidup dalam perjuangan untuk mempertahankan iman kita. Iblis lawan kita tidak menyenangi hal tersebut. Oleh karena itu dengan berbagai upaya ia berusaha agar kita tidak sungguh-sungguh beriman. Bagi iblis tidak masalah orang kristen rajin pergi ke gereja, memberikan persembahan dengan jumlah yang besar, rajin mengikuti PJJ, dsb. asalkan tidak sungguh-sungguh hidup dalam iman yang benar, yakni hidup yang berubah dan berbuah sebagai anak-anak Allah bukan saja di gereja tetapi juga ditempat kerja dan dimana saja.
Kata merebut (ayat 12) , bukan dimaksudkan seolah-olah manusia dapat memperoleh hidup yang kekal dengan usahanya sendiri. Karena itu kata merebut harus dipahami sehubungan dengan kalimat berikutnya “untuk itulah engkau telah dipanggil…” Artinya Tuhanlah dalam anugrahNya memanggil manusia kepada hidup kekal[11] dan memberikan kekuatan untuk memperolehnya[12].
Pointer Aplikasi
(1) Salah satu panggilan kita sebagai orang percaya adalah bertanding atau berlomba[13]. Pemahaman ini sangat penting. Sebab banyak orang yang tidak menyadari bahwa hidupnya adalah pertandingan atau perlumbaan. Contohnya seperti anak-anak balita yang ada dalam perlombaan merangkak. Ketika perlombaan dimulai, ada yang bengong, ada yang merangkak berlawanan arah, ada juga yang menangis. Hal ini terjadi karena mereka tidak menyadari bahwa dirinya sedang ada dalam pertandingan. Karena itulah Paulus mengingatkan Timotius dan juga semua orang percaya agar tetap menyadari dan menempatkan dirinya ibarat sebuah pertandingan.
Walaupun nasehat Paulus dalam nas kita ditujukan kepada Timotius tetapi nasehat ini secara umum juga berlaku kepada semua orang kristen. Istilah “manusia Allah” memang ditujukan kepada Timotius yang dipanggil sebagai hamba Tuhan[1], tetapi istilah ini dalam 2 Timotius 3:17 juga dipakai untuk semua orang kristen[2]. Jadi berlaku bagi semua orang percaya.
Pendalaman Nas
Perikop renungan kita adalah bagian surat penggembalaan Paulus kepada Timotius. Ada beberapa hal yang dikemukakan Paulus, dan kita akan mendalami mengenai dua hal. Pertama, agar Timotius sebagai manusia Allah (manusia milik Allah) menjauhi (1) praktek kejahatan dari guru-guru sesat sebagaimana disebutkan dalam ayat 4 dan 5, yakni sok tahu (Karo: petua-tuaken), suka mencari-cari kealahan dan berdebat (Karo: sura-surana la mehuli ras nggit sisimbaken). (2) cinta uang yang disebutkan dalam ayat 6-10. Ke dua hal ini sangat membahayakan kehidupan iman dan persekutuan.
Paulus mengatakan bahwa akar segala kejahatan adalah cinta uang. Mengapa Paulus memberikan statemen demikian? Karena Paulus sangat paham bagaimana hidup orang yang cinta akan uang. Orang yang cinta uang tidak akan dapat sungguh-sungguh mengasihi Allah. Siapa pun dia. Memang hal ini benar. Kita ambil contoh Yudas Iskariot[3], demi uang 30 keping perak tega mengkhianati gurunya, Yesus. Demikian juga mengapa orang kaya yang disebut dalam Lukas 16:19-31 ketika mati tidak masuk ke dalam kerajaan Allah. Bukan karena ia kaya. Tetapi karena ia tidak mau tahu terhadap orang lain. Ia tidak peduli ada orang lain yang sangat miskin yang membutuhkan pertolongannya. Kekayaan mudah membuat orang sombong dan melupakan bahwa dirinya adalah milik Tuhan. Demikian juga orang kaya yang disebutkan dalam Lukas 12:13-21, Yesus menyebutnya “bodoh” karena ia lupa bahwa hidup matinya ada ditangan Tuhan. Dan ketika Tuhan menetapkan kematian, kekayaan yang dimiliki tidak akan dapat berbuat apa-apa. Demikian juga setiap orang kristen yang cinta uang lebih dari Tuhan tidak akan dapat dengan sungguh-sungguh hidup sebagai anak-anak Tuhan, yang taat beribadah dan memuji-muji Tuhan. Berarti tidak akan pernah dapat mengasihi Allah dengan sungguh-sungguh[4]. Sebab segala sesuatu diukur dengan materi. Mengikuti kegiatan gereja tidak lagi menggembirakan hatinya karena dianggap sebagai kerugian semata-mata, baik waktu maupun materi. Itulah gejala umum dalam kehidupan kita saat ini, ketika kehidupan telah dikuasai roh materialisme. Oleh karena itu Paulus mengingatkan Timotius dan juga semua orang percaya agar menjauhi semua itu, sebaliknya sebagai manusia Allah agar “mengejar” (Karo: usahakenlah) untuk hidup dalam: (1) keadilan (Karo: singena ate Dibata). Berarti berusaha untuk melakukan kehendak dan perintah-perintah Tuhan; (2) ibadah. Salah satu hidup yang berkenan kepada Allah ialah hidup yang merupakan penghayatan iman dalam kata-kata dan perbuatan[5]; Dalam Roma 12:1 Paulus mengatakan bahwa ibadah yang sejati ialah mempersembahkan tubuh sebagai persembahan yang hidup. Jadi ibadah yang dimaksud bukan saja sekedar bersekutu dalam ibadah formal tetapi juga hidup yang berkenan kepada Allah; (3) kesetiaan. Kesetiaan adalah seseuatu yang sangat dituntut dalam Kerajaan Allah. Siapa yang setia sampai akhirnya akan dikaruniakan mahkota kehidupan (Wahyu [6]. (4) Kasih. Kasih adalah sifat utama dalam penghayatan iman Kristen[7]. Dalam 1 Yohanes 4:8 disebutkan bahwa orang yang tidak mengasihi tidak menegenal Allah. Demikian juga dalam 1 Yohanes 4:16 disebutkan bahwa Allah adalah kasih dan barangsiapa tetap berada di dalam kasih, ia tetap berada di dalam Allah dan Allah di dalam dia. (5) Kesabaran (ketekunan). Dalam menjalankan kehidupan sebagai orang percaya dituntut kesabaran atau ketekunan, tidak boleh cepat-cepat putus asa. Dalam berbagai kesempatan Yesus sudah mengingatkan akan konsekwensi menjadi pengikutnya bahwa dunia akan membenci, juga harus memikul salib dan menyangkal diri[8]. Namun sebagaimana Yesus Firmankan bahwa orang yang bertahan sampai kesudahannya akan selamat[9]. (6) Kelembutan. Salah satu tampilan orang kristen haruslah nampak dalam kelembutannya (lemah lembut). Kelembutan bukan dalam arti lemah, tetapi dalam arti bersikap sabar terhadap orang lain dan mengampuni. Ke enam hal inilah antara lain dipahami Paulus yang harusnya ada pada setiap orang kristen, sebab itulah yang menyengkan hati Tuhan kita lakukan.
Kedua, agar Timotius tetap memposisikan diri sebagai orang yang bertanding. “Bertandinglah dalam pertandingan iman yang benar dan rebutlah hidup yang kekal”. Paulus memang suka menggunakan ilustrasi-ilustrasi dunia olah raga. Dalam dunia olah raga, apa pun itu untuk dapat menjadi pemenang bukanlah suatu hal yang mudah. Seseorang haruslah melakukan (1) latihan dengan baik, (2) mengikuti aturan pertandingan, (3) tekad untuk menang. Kalau dalam dunia olah raga saja seorang atlit berusaha dengan keras dengan menjalani berbagai-bagai latihan untuk menang/untuk memproleh sabuk atau piala kemenangan yang sifatnya tidak kekal, tentu terlebih lagi setiap orang percaya akan bertanding atau berlumba dengan penuh kesungguhan diikuti latihan yang baik sehingga dapat menang dalam pertandingan iman yang benar[10]. Disadari atau tidak, ketika (semenjak) seseorang menerima Yesus sebagai Juruslamatnya sesungguhnya sudah berada dalam pertandingan. Dalam pertandingan iman hanya ada dua kemungkinan, menang atau kalah (mendapat mahkota hidup kekal atau tidak). Bukan tiga kemungkinan seperti pertandingan tinju atau pertandingan yang lain yakni kalah, menang atau seri. Dengan kata lain tetap setia hidup sebagai anak-anak Allah atau tidak. Hidup dalam pertandingan berarti hidup dalam perjuangan untuk mempertahankan iman kita. Iblis lawan kita tidak menyenangi hal tersebut. Oleh karena itu dengan berbagai upaya ia berusaha agar kita tidak sungguh-sungguh beriman. Bagi iblis tidak masalah orang kristen rajin pergi ke gereja, memberikan persembahan dengan jumlah yang besar, rajin mengikuti PJJ, dsb. asalkan tidak sungguh-sungguh hidup dalam iman yang benar, yakni hidup yang berubah dan berbuah sebagai anak-anak Allah bukan saja di gereja tetapi juga ditempat kerja dan dimana saja.
Kata merebut (ayat 12) , bukan dimaksudkan seolah-olah manusia dapat memperoleh hidup yang kekal dengan usahanya sendiri. Karena itu kata merebut harus dipahami sehubungan dengan kalimat berikutnya “untuk itulah engkau telah dipanggil…” Artinya Tuhanlah dalam anugrahNya memanggil manusia kepada hidup kekal[11] dan memberikan kekuatan untuk memperolehnya[12].
Pointer Aplikasi
(1) Salah satu panggilan kita sebagai orang percaya adalah bertanding atau berlomba[13]. Pemahaman ini sangat penting. Sebab banyak orang yang tidak menyadari bahwa hidupnya adalah pertandingan atau perlumbaan. Contohnya seperti anak-anak balita yang ada dalam perlombaan merangkak. Ketika perlombaan dimulai, ada yang bengong, ada yang merangkak berlawanan arah, ada juga yang menangis. Hal ini terjadi karena mereka tidak menyadari bahwa dirinya sedang ada dalam pertandingan. Karena itulah Paulus mengingatkan Timotius dan juga semua orang percaya agar tetap menyadari dan menempatkan dirinya ibarat sebuah pertandingan.
(2) Dalam pertandingan olah raga setiap atlit mempersiapkan diri sedemikian rupa untuk memperoleh hadiah kemenangan yang tidak kekal, tentunya setiap orang percaya lebih lagi atau paling tidak mempunyai semangat seperti seorang atlit dalam memperoleh kemenangan. Memang pertarungan kita bukan pertarungan atau pertandingan tinju atau olah raga lain tetapi pertandingan iman dan kita harus bertarung dengan baik bila kita ingin hidup kita selalu berkemenangan. Kita bertanding bukan untuk merebut sabuk atau piala tetapi mempertahankan iman kita. Mengapa? Karena iman yang kita miliki di dalam roh kita dicobai atau ditantang oleh musuh kita yakni si iblis melalui keadaan, situasi dan masalah yang ada di sekeliling kita. Tujuannya adalah supaya iman kita lemah sehingga kita tidak mempercayai bahwa janji-janji Allah itu ”Ya” dan ”Amin.”
(3) Melalui Minggu Pasion ke dua ini, kita juga diingatkan agar tetap setia hidup dalam iman yang banar. Hidup beriman kepada Tuhan Yesus tidak berarti kita sudah steril dari permasalahan hidup. Terkadang iman kita diuji apakah sungguh-sungguh iman yang banar atau tidak. Oleh karena itu kalau saat ini kita mempunyai masalah hidup, apa pun itu, janganlah kita lantas putus asa dan mengatakan bahwa tidak ada rtinya hidup kita yang beriman selama ini. Sebab bisa jadi semakin kita sungguh-sungguh mencari kehendak Tuhan dan melakukan semakin banyak persoalan hidup yang kita hadapi. Bila demikian, ingatlah bahwa Tuhan kita Yesus Kristus telah lebih dahulu mengalaminya dan sampai akhirnya ia tetap Setia dan menjadi pemanang. Kiranya kita juga demikian. Kita dinyatakan sebagai pemenang yang berhak memperoleh mahkota kehidupan kekal.
Pondok Gede, 19 Februari 2010
Pdt.S.Brahmana
Pondok Gede, 19 Februari 2010
Pdt.S.Brahmana
-----------------------------
[1] Bdk. Ayat 12, 13. Dan hal ini sesuai dengan pemakaian istilah “hamba Allah” dalam bahasa Ibrani (yang diterjemahkan dalam Kitab Perjanjian Lama Yunani dengan “manusia Allah”) bagi petugs-petugas dalam PL (Bd. Ulangan 33:1; 1 Samuel 9:6; 1 Raja-raja 13:1; 17:18, dsb.).
[2] Bdk. juga dalam 1 Petrus 2:9
[3] Matius 26:14-16
[4] Lukas 16:13
[5] Bd. 1 Timotius 4:7
[6] Wahyu 2:10
[7] Bd.1Timotius 1:5
[8] Yohanes 15:18-19, Lukas 9:23
[9] Matius 10:22; Markus 13:13; Bd. Yakobus 1:2,3 dan 12
[10] Istilah pertandingan Iman yang banar (yang baik) sengaja menjadi penekanan Paulus karena ada perjuangan-perjuangan lain yang tidak baik sebagaimana disebutkan dalam ayat 5.
[11] 1 Korintus 1:9; 1 Tesalonika 2:12
[12] Efesus 3:7, 20; Filipi 4:13; Kolose 1:29
[13] Bd.juga Ibrani 12:1
[1] Bdk. Ayat 12, 13. Dan hal ini sesuai dengan pemakaian istilah “hamba Allah” dalam bahasa Ibrani (yang diterjemahkan dalam Kitab Perjanjian Lama Yunani dengan “manusia Allah”) bagi petugs-petugas dalam PL (Bd. Ulangan 33:1; 1 Samuel 9:6; 1 Raja-raja 13:1; 17:18, dsb.).
[2] Bdk. juga dalam 1 Petrus 2:9
[3] Matius 26:14-16
[4] Lukas 16:13
[5] Bd. 1 Timotius 4:7
[6] Wahyu 2:10
[7] Bd.1Timotius 1:5
[8] Yohanes 15:18-19, Lukas 9:23
[9] Matius 10:22; Markus 13:13; Bd. Yakobus 1:2,3 dan 12
[10] Istilah pertandingan Iman yang banar (yang baik) sengaja menjadi penekanan Paulus karena ada perjuangan-perjuangan lain yang tidak baik sebagaimana disebutkan dalam ayat 5.
[11] 1 Korintus 1:9; 1 Tesalonika 2:12
[12] Efesus 3:7, 20; Filipi 4:13; Kolose 1:29
[13] Bd.juga Ibrani 12:1
1 komentar:
Mantap khotbahnya pak Pendeta.....Tuhan senantiasa memberkati pak Pendeta dalam berkarya dan bekerja sebagai penabur firman Allah ditengah-tengah jemaat dimana pak Pendeta bertugas....
Post a Comment