Khotbah UEM
MINGGU, 2 JANUARI 2011 (Setelah Tahun Baru)
Pembacaan : Mazmur 20:1-10; Khotbah: Matius 2:13-23
Thema : Kekuatan Rencana Allah
Penjelasan
Saudara- saudari yang kekasih..
Nats ini menceritakan Yusuf yang bermimpi. Dalam mimpi tersebut, Malaikat Tuhan berbicara dan menyampaikan pesan kepadanya agar membawa anak dan isterinya untuk pergi ke Mesir karena Raja Herodes berencana untuk mencari dan membunuh bayinya.
Mimpi pada zaman itu adalah sarana menerima pesan dari Allah. Lewat mimpi itulah Allah menyampaikan pesan kepada Yusuf agar membawa Yesus jauh dari rencana pembunuhan oleh Herodes, dan dengan demikian sejarah keselamatan dari Allah dapat berlangsung sesuai dengan rencanaNya.
Disini kita lihat bahwa rencana jahat manusia tidak mampu untuk menghambat rencana suci Allah untuk menyelamatkan umatNya. Walaupun Herodes berniat untuk membunuh bayi (= Yesus) yang lahir itu, namun Tuhan telah berencana lain atas kehidupan Yesus. Dalam hal ini kita teringat pada narasi-narasi di Kej 12:50 dan Kel 1-15 yang secara berulang-ulang menceritakan mengenai anak- anak yang lahir dengan janji anugerah Allah, namun kemudian berada di bawah ancaman raja-raja pembunuh seperti Firaun, dan akhirnya diselamatkan oleh pemeliharaan Allah. Rencana pembunuhan sep-erti itu tentu dikarenakan rasa kekuatiran para penguasa tersebut kalau-kalau bayi yang lahir itu setelah besar menjadi penguasa juga. Herodes dalam nats ini, sama halnya dengan Firaun, merasa takut akan kekuasaan masa depan yang dimilki bayi Yesus, akhirnya tidak memilih untuk menyembah-Nya. Itulah sebabnya ia mencari jalan untuk membunuhNya.
Walaupun tidak disebut angka yang jelas tentang jumlah bayi dibawah dua tahun tersebut yang dibunuh di Betlehem atas perintah Herodes, namun yang jelas tindakan pembunuhan tersebut sangatlah brutal. Kita teringat pada apa yang disuarakan Nabi Yeremia mengenai terdengarnya suara ratap dan tangis yang amat sedih di Rama, dan secara khusus Rahel menangisi anak-anaknya (Yer 31:15). Karena Yakob (anak Ishak dan cucu Abraham) adalah "bapak leluhur" orang-orang percaya, demikian juga Rahel yang isteri Yakub adalah "ibu" dari orang-orang percaya dari satu generasi ke generasi berikutnya. Matius mengutip Kitab Yeremia yang berbunyi : "Rahel menangisi anak-anaknya" (terjadi ketika malapetaka nasional di Yudea berupa deportasi bangsa itu ke Babilonia). Ini adalah dalam rangka menggambarkan kejamnya peristiwa pembunuhan anak-anak kecil di Betlehem, dimana ibu-ibu mereka menangisi kematian bayi-bayi itu.
Yusuf, Maria dan Yesus berada di Mesir hingga tiba saatnya herodes meninggal (menurut perhitungan ahli sejarah: 4 tahun BC) ini mengingatkan firman Tuhan yang disampaikan nabi Hosea : " Ketika Israel masih muda, kukasihi dia, dari Mesir kupanggil anak-Ku itu" (Hos 11:1). Kutipan dari kitab Hosea ini aslinya merujuk pada panggilan Allah atas bangsaNya yang keluar dari perbudakan Mesir pada Zaman Musa. Penulis Injil Matius di bawah ilham dari Roh Kudus mempergunakan kutipan dari kitab Hosea ini menceritakan kisah tentang Yesus. Matius melihat sejarah Israel selaku anak-anak Allah diliput dalam kehidupan Yesus selaku Anak Allah. Sebagaimana umat Israel dalam perjanjian Lama berangkat ke Mesir, demikian juga Yesus sewaktu bayi dibawa pergi ke Mesir juga. Dan sebagaimana bangsa Israel dipimpin Allah keluar dari perbudakan Mesir, demikian juga yesus dibawa ayah dan ibunya dari Mesir dan pergi ke tanah Israel pada waktu pasca kematian Herodes.
Refleksi
Saudara- saudara yang kekasih
Kematian Herodes Agung ini menjadi tanda berakhirnya kebengisan penguasa ala duniawi. Hendaknya kematian Herodes tidak kita lihat sebagai kematian Herodes semata, melainkan juga sebagai pergantian waktu: berakhirnya zaman perbudakan dan penindasan, dan digantikan oleh peristiwa datangnya Yesus selaku Juruselamat.
Kembalinya Yusuf, Maria dan Yesus dari Mesir ke tanah Israel menunjukkan suatu sikap ketaatan Yusuf kepada Allah. Yusuf tidak perlu ragu-ragu menaati perintah itu karena ia sadar bahwa perintah untuk berangkat itu datangnya dari Allah melalui mimpinya.Yusuf dan Maria yang membawa anak itu kembali ke Israel, bukan ke Betlehem di daerah Yudea melainkan ke Nazaret di daerah Galilea. Ini untuk menghindari kebengisan anak Herodes yang menjadi raja yang baru, yakni Arkhelaus yang memerintah Yudea dan Samaria antara tahun4 BC. Inipin dilakukan Yusuf dan maria dalam rangka ketaatan kepada Allah.
Dalam kenyataan, mereka menghindar dari Betlehem di Yudea yang di perintah Arhelaus yang bengis, masuk pula ke Nazareth di Galilea yang diperintah saudaranya Herodes Antipas yang tak kalah pula bengisnya. Inilah yang dimaksudkan Yesus di bagian berikut Injil Matius dengan mengatakan : " Serigala mempunyai liang dan burung mempunyai sarang, tetapi Anak Manusia tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepalaNya" (8:20). Ini menekankan kenyataan bahwa Yesus ridak begitu disambut dengan baik di dunia ini. Bahkan dalam melaksanakan karya penebusan, la harus mengalami penderitaan di kayu salib, mati dan dikuburkan dan turun ke dalam kerajaan maut serta bangkit pula pada hari ke tiga.
Saudara-saudara yang kekasih!
Selaku orang percaya marilah kita menunjukkan ketaatan kepada Tuhan dan tetap berjuang untuk mempertahankan iman, agar kiranya kita senantiasa menjadi orang yang terpercaya di hadapan Tuhan hingga pada waktunya Yesus Kristus datang ke dunia ini untuk kedua kalinya. Jauhlah dari kita tindakan yang lalim dan sifat yang memprioritaskan kekuasaan di atas segalanya sebaliknya marilah kita memelihara sifat mengayomi sebagaimana yang Yesus lakukan. Amin
Pdt Binsar Nainggolan
Kepala Departemen Marturia HKBP
0 komentar:
Post a Comment