Introitus:
Karena Allahlah yang mengerjakan di dalam kamu baik kemauan maupun pekerjaan menurut kerelaan-Nya (Filipi 2:13).
Pembacaan: Lukas 24:36-48; Khotbah: Roma 8:14-18
Thema:
AnugrahNya diberikan menjadi milik kita/Lias AteNa jadi sekerajangenta
Pendahuluan
Di dunia perfilman ada disebut FFI (Festival Film Indonesia) yang merupakan ajang/ivent penghargan tertinggi bagi dunia perfilman di Indonesia. Dalam ajang ini, bagi pemenang dianugrahkan Piala Citra (Di Amerika dikenal Piala Academy Award) . Demikian juga dalam ajang Miss Indonesia atau Miss World (Dunia), bagi pemenang tidak saja diberikan berbagai bonus, tetapi juga dianugrahi gelar wanita tercantik se Indonesia atau se duania ditandai pemberian mahkota yang gemerlap menambah keagungan dan kecantikan seorang miss. Kita menyaksikan mereka yang terpilih memperlihatkan luapan kegembiraan yang luar biasa, bahkan ada yang meneteskan air mata karena terharu dan bersyukur. Jika mereka yang dianugrahi penghargaan dunia ini yang tidak kekal, bersifat sementara, demikian bersyukur, tentu lebih-lebih lagi kita sebagai anak-anak Tuhan, sebagai orang percaya. Mengapa? Karena kepada semua orang yang percaya kepada Yesus Krisstus dianugrahkan anugrah yang paling berharga yakni Piala Keselamatan (Mahkota Kehidupan[1]). Yang luar biasa, yang membuat kita terharu dan bersyukur adalah karena sebenarnya Piala Hukuman Kekal yang seharusnya diberikan sebagai hadiah atas dosa-dosa kita, tetapi oleh karena Kasih Karunia Allah di dalam Yesus Kristus kepada kita dianugrahkan Piala Kehidupan kekal (Piala Keselamatan). Piala ini seharusnya tidak hanya disyukuri tetapi dipertahankan dengan tekad sekali menjadi milik kita tetap menjadi milik kita dengan menggenggamnya erat-erat. Bagaimana caranya?
Pendalaman Nas
Perikop kita, Roma 8:14-18 di bawah judul “Hidup oleh Roh” (Karo: Nggeluh rikutken aturen Kesah Dibata). Paling tidak ada dua hal yang dapat kita mengerti dari judul ini. Pertama, setiap orang yang ada dalam Kristus Yesus, sebagaimana penegasan Paulus dalam Roma 8:1, tidak ada lagi penghukumen baginya, ia akan hidup di dalam Roh (Nggeluh rikutken aturen Kesah Dibata). Kedua, hidup oleh Roh berarti sebagaimana yang dikemukakan Paulus dalam Galatia 2:20 “namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku. Dan hidupku yang kuhidupi sekarang di dalam daging, adalah hidup oleh iman dalam Anak Allah yang telah mengasihi aku dan menyerahkan diri-Nya untuk aku”.
Dalam ayat 14-16, Paulus kembali menegaskan bahwa setiap orang tanpa terkecuali yang dipimpin Roh Allah adalah anak Allah. Indikator bahwa seseorang adalah anak Allah jikalau hidupnya dipimpin Roh Kudus, bukan roh perbudakan. Roh Perbudakan memimpin orang hidup dalam ketakutan, kecemasan dan ketidak pastian, sebaliknya Roh Kudus memimpin orang menjadi berkemampuan untuk berdoa dan dilayakkan menyapa Allah sebagai Bapa (Ya Abba, ya Bapa)[2]. Doa kita kepada Bapa di Sorga merupakan kesaksian hati, kesaksian roh kita bahwa kita adalah anak-anak Allah. Dan pada saat kita berdoa, Roh Allah menolong kita dalam doa, sama seperti apa yang dikatakan dalam Roma 8:26-27. Dengan demikian Dia ikut bersaksi kepada roh kita bahwa kita adalah anak-anak Allah.
Jadi jika kita menerimaNya, kita yakin dapat melakukan apa yang diharapkan karena kita didiami Roh Allah[3], dan kita tahu bahwa didiami bukan hanya karena kita "berseru, 'ya Abba, ya Bapa!'", tetapi juga karena kesaksian Roh Allah yang ada di dalam diri kita sendiri. Tidak hanya itu, Roh Kudus juga memimpin kita untuk berani bersaksi, berani menyatakan dirinya sebagai anak-anak Allah bagi dunia ini. Dalam hal ini kita dapat belajar melalui kehidupan para hambanya dalam Alkitab, antara lain: (1) Stefanus. Ia berani mati, bahkan sampai mati dilampari batu ketika ia dengan berani menyatakan kesaksiannya mengenai Yesus Kristus sebagai Mesias[4]; (2) Paulus dengan tegas mengatakan “celaka aku jika tidak memberitakan Injil”[5]; (3) Nabi Jeremia mengatakan: "Aku tidak mau mengingat Dia dan tidak mau mengucapkan firman lagi demi nama-Nya", maka dalam hatiku ada sesuatu yang seperti api yang menyala-nyala, terkurung dalam tulang-tulangku; aku berlelah-lelah untuk menahannya, tetapi aku tidak sanggup”.[6]
Dalam ayat 17-18, Pulus juga mengemukakan dua hal penting untuk dipahami sebagai anak-anak. Pertama, kita dinyatakan sebagai ahli waris. Dalam pengangkatan kita sebagai anak Allah (adopsi) di dalam percaya kepada Yesus Kristus Sang Anak Allah yang sejati, kita sesungguhnya terhisab ke dalam keluarga yang baru, keluarga Allah bersama dengan Yesus Kristus untuk mewarisi segala kekayaan dan kemuliaan Allah di dalam Kerajaan Sorga.
Kedua, menderita bersama Kristus. Paulus juga mengingatkan bahwa kehidupan yang berkemenangan di dalam Roh bukan suatu jalan yang mudah dilewati. Yesus menderita, dan kita yang mengikuti-Nya juga akan menderita. Penderitaan ini dianggap menderita bersama dengan Dia (bd. 2Kor 1:5; Fili 3:10; Kol 1:24; 2Tim 2:11-12), dan merupakan akibat atau konsekwensi dari hubungan kita dengan Allah sebagai anak, kemanunggalan kita dengan Kristus, kesaksian kita bagi Dia, dan penolakan kita untuk menjadi serupa dengan dunia ini (bd. Rom 12:1-2). Namun hal ini seharusnya tidak membuat anak-anak Allah menjadi sedih atau kecewa, bahkan sebaliknya membuat kita semakin bergairah hidup sebagai anak-anak Allah karena penderitaan yang dialami tidak dapat dibandingkan dengan kemuliaan yang akan kita terima (ayat 18). Itulah yang mendorong Paulus untuk tetap setia dan sungguh-sunggung maju tak gentar dalam menjalani hidupnya sebagai pengikut Kristus.
Pointer Aplikasi
(1) Sebagai orang percaya kita semua dapat dikatakan sebagai anak-anak Allah, karena dalam percaya kepada Yesus Kristus yang telah bangkit kita sudah menerima anugrah yang mahal itu[7], yakni anugrah pengampunan sehingga kita menjadi layak di hadapanNya dan memanggil Allah ya Abba, ya Bapa. Status ini seharusnya membuat kita sangat basyukur dan bangga, lebih dari apapun. Tetapi benarkah demikian? Mari kita menguji diri kita masing-masing tentang benar tidaknya hal tersebut. Yang jelas indikator bahwa seseorang yang disebut anak-anak Allah berdasarkan Firman Tuhan yang menjadi renungan kita adalah:
- hidupnya dipinpin oleh Roh Kudus, yakni berpikir, berbicara dan bertindak sesuai dengan kebenaran Firman Tuhan.
- mau dan berani menderita karana status sebagai anak Allah, sebagai orang yang sudah menerima anugrah keselamatan;
- mempunyai pandangan hidup bahwa kemuliaan Allah dalam hal ini Piala Mahkota Kehidupan menjadi kerinduan lebih dari apa pun, sehingga memiliki pemahaman dan iman sebagaimana Paulus dalam ayat 18 “Sebab aku yakin, bahwa penderitaan zaman sekarang ini tidak dapat dibandingkan dengan kemuliaan yang akan dinyatakan kepada kita”.
(2) Setiap orang percaya tentu merindukan hidup dipimpin Roh Kudus. Jika benar demikian, tips dibawah ini diharapkan memenuhi harapan kita:
- membaca Firman Allah (Yohanes 14:26; 15:7,26; 16:13; 2 Timotius 3:16-17).
- berdoa dengan sungguh-sungguh (Roma 8:26; Kis.Rasul 13:2-3);
- mendengarkan khotbah dan ajaran yang saleh (2 Timotius 4:1-2; Ibrani 13:7,17);
- menjalankan penyataan-penyataan Roh (lih. 1 Korintus 12:7-10; 14:6); dan memperhatikan nasihat orang-tua dan para pemimpin Kristen yang dapat diandalkan (Efesus 6:1; Kolose 3:20).
Jatiwaringin-Pondok Gede, 13 Maret 2012
Pdt.S.Brahmana/081294182237
Catatan Sermon:
- Paulus dalam surat-suratnya sangat menekankan kasih karunia, pemberian yang cuma-cuma, hadiah geratis.
- Seharusnya setiap orang yang sudah menerima anugrah yang Cuma-Cuma itu, dimana sesungguhnya kita tidak layak menerimanya, seharusnya akan membuat kita lebih bersyukur. Anak-anak Tuhan seharusnya merespons itu dengan sungguh-sungguh. Banyak hal dapat dinampakkan, antara lain kehadiran kita mengikuti kegiatan-kegiatan gereja, solidaritas kita terhadap sesama.Respons menerima anugrah yang sangat mahal tersebut seharusnya kita juga memeliki sikap yang sama dengan Paulus bahwa kita adalah orang yang berhutang. Berhutang dalam hal apa? Dalam hal memberitakan Injil (Roma 8:12).
--------------------------------------
[1] Bd.Yakobus 1:12
[2] Kata Abba adalah sebuah istilah Aram yang kemudian dialihaksarakan ke dalam aksara Yunani yang lalu disalin ke dalam bahasa Inggris. Arti kata ini adalah "Bapa." Bersatunya orang Yahudi dan orang Yunani (bangsa bukan Yahudi) di dalam Kristus tampak di dalam kata-kata pembukaan doa Bapa kami.
[3] Bd.Yohanes 15:5
[4] Kisah Rasul 7:1-60
[5] 1 Korintus 9:16
[6] Yeremia 20:9
[7] Bd.Roma 9:10 dan Pembacaan Lukas 24:36-48
0 komentar:
Post a Comment