Bacaan : Efesus 6 : 10 – 20; Khotbah : Mazmur 34 : 15 – 22
Namun ketika kita membaca Roma 3 : 10 – 18 tentu kita akan tersentak...(baca). Timbul pertanyaan masih adakah harapan bagi manusia yang adalah debu tanah ini (manusia si ermasap-masap) untuk dapat melakukan kebaikan, kejujuran dan kebenaran yang pada gilirannya dapat disebut sebagai orang baik, orang jujur dan orang benar ?
Pepatah kuno yang menjadi salah satu falsafah orang Cina mengatakan : ”Sekali lancung di ujian, selama hidup tidak dipercaya lagi”. Sekali saja manusia berbuat salah, berlaku tidak jujur, bekerja tidak benar maka selama hidupnya tidak akan dipercaya lagi.
Dari sisi yang lain kita akan menilai bahwa ini sungguh tidak adil namun itulah kenyataan yang sering kita saksikan dalam kehidupan bermasyarakat bahkan berjemaat. Apa bila seseorang pernah berbuat salah, berbuat kekeliruan, berbuat ketidak jujuran maka untuk selama-lamanya dianggap tidak ada lagi yang baik dari dirinya. Segala sesuatu yang diperbuatnya pasti dinilai tidak baik bahkan semua hal-hal baik yang pernah dilakukannya tidak akan diingat lagi selain kejahatannya saja. Ini sangat ironis ! Ini masih fenomena diantara manusia biasa, masih memiliki standar penilaian normal. Bagaimana lagi dimata orang-orang yang sok suci, sok baik, sok jujur, sok hebat yang menganggap diri lebih benar, lebih dan lebih. Pastilah penilaian ini akan lebih parah.
- Rasul Paulus dalam surat peringatannya kepada Jemaat di Efesus agar mereka memahami penggunaan segala perlengkapan hidup, perlengkapan bertingkah laku yang disebutnya dengan perlengkapan rohani. Orang-orang Efesus mengenal dengan baik apa yang disebut dengan perlengkapan perang dan strategi perang untuk mengalahkan musuh bahkan membunuh musuh sekalipun yaitu : senjata, politik tipuan. Dan sekarang karena sudah mengenal perlengkapan perang jasmani maka kenalilah perlengkapan rohani yaitu seluruh senjata Allah dan segala komponennya yang tidak boleh lalai untuk menggunakannya (Ikat pinggang, bajuzirah, kasut kaki, perisai untuk menangkis panah, ketopong, pedang Roh serta berjaga).
- Apabila segenap perlengkapan perang pada poin diatas itu di gunakan, diaktifkan dengan baik dan benar pada tempatnya maka semua itu akan memberi arti dan manfaat yang besar. Semuanya akan menjadi pelindung bahkan pengantar pada kemenangan demi kemenangan.
- Mazmur 34 sebagai bahan utama khotbah ini menampilkan salah satu senjata kemenangan Daud untuk mendapatkan keselamatan hidupnya menghadapai Abimelekh dimana kunci utama disana adalah berada dalam lindungan Tuhan. Sehebat apapun musuh yang di hadapi namun ketika ada dalam lindungan Tuhan itu pasti aman.
- Tentu semua orang rindu untuk berada dalam lindungan Tuhan yang menjadikan hidupnya, keluarganya, usahanya aman. Maka kunci yang harus di pegang adalah : jauhilah yang jahat karena yang jahat itu sangat dekat dengan kehidupan manusia, Tuhan pasti akan menjadi lawan orang yang berbuat jahat (Mzm 34:17). Lakukanlah yang baik (band Gal 5:22), Tuhan mau mendengar doa dan seruan orang yang melakukan kebenaran yang sesungguhnya (Mzm34:18, 20) dan carilah dan usahakan, upayakan, ikut campurtangan demi perdamaian (Mzm 34 : 15) yang pada kenyataannya sungguh susah silakukan. Coba kita perhatikan berapa banyak waktu dan biaya yang dihabiskan di meja perundingan untuk sebuah perdamaian? – Tuhan dekat, Tuhan peduli, Tuhan memiliki rasa solidaritas yang tinggi (bukan sekedar teori dan pemanis bibir) buat orang-orang yang patah hati, putus cinta, terpinggirkan.
- Hidup yang berkemenangan adalah ketika menggunakan senjata rohani dengan baik dan benar.
- Hidup yang diberkati adalah saat kita mengusahakan kebenaran, kejujuran dan kebaikan di mata Tuhan.
- Wariskan kebenaran kepada anak cucu kita (3 Yoh 1:4, Amsal 11 : 25; 19 : 22) 4 Takutlah akan Tuhan. Tuhan Yesus memberkati.
GBKP Runggun Pontianak – Kalbar 081256817772 – 085245877726
0 komentar:
Post a Comment