Introitus :
Sebab pola pikir daging adalah kematian, tetapi pola pikir Roh adalah kehidupan dan damai sejahtera. Roma 8 : 6
Bacaan : Roma 8 : 1 – 8 (Anthiponal); Khotbah : Yehezkiel 36 : 22 - 32
Thema :
Allah Memberikan Ketentraman Pada Orang Yang DipilihNya (Dibata Mereken Keterkelinen Man Kalak SiipilihNa)
Saudara-Saudari Yang Dikasihi Yesus Kristus,
Di kala kita berada dalam situasi kehidupan yang tidak menyenangkan; akan sangat menyenangkan apabila ada orang yang peduli akan keberadaan kita. Apa lagi bila orang tersebut adalah orang yang kita kenal dan yakini senantiasa mau peduli dan selalu siap memberikan pertolongan bagi siapa saja yang membutuhkan. Paling tidak dari sisi perhatiannya saja sudah memberikan kelegaan, apalagi bila pertolongannya tiba. Pasti sangat membahagiakan.
Pada hari ini kita mendapatkan sosok yang begitu luar biasa, sosok yang bagi dunia saja tidak ada bandingannya. Sosok itu adalah Allah sendiri. Sosok yang sedari awal adalah pencipta langit, bumi beserta isinya termasuk diri kita. Dan ada sebuah pameo yang sering kali kita dengar “Allah tidak pernah tidur”. Pameo ini mengantar kita pada pemahaman bahwa Allah senantiasa mengetahui apa yang sedang terjadi pada kehidupan kita. Lebih dari itu; Allah yang senantiasa memahami dan mempersiapkan yang terbaik bagi kehidupan kita. Dan juga pada sebuah lirik lagu : Allah Peduli; disana juga diceritakan bagaimana Allah yang kita kenal dan imani adalah sosok yang peduli, yang mengerti terhadap segala persoalan yang kita hadapi. Tak akan pernak dibiarkanNya kita bergumul sendiri. Mengapa? Karena Dia adalah Allah yang Peduli.
Saudara-Saudari Jemaat Yang Tuhan Peduli...
Hari ini, mari kita telaah kembali apa yang kerap terjadi atau apa yang menjadi penyebab sehingga lita terjatuh atau terpuruk pada persoalan-persoalan dalam kehidupan kita. Kitab Roma yang menjadi bacaan kita menunjukkan bahwa ada satu hal yang senantiasa menjadi “biang” dari setiap persoalan. Dan yang menjadi “biang” itu adalah “keinginan daging”. Apa yang salah sebenarnya dengan keinginan daging? Dari pembacaan yang ada dan juga dari realita kehidupan kita yang ada adalah : adanya keinginan yang bertentangan dengan kehendakNya, dan karena bertentangan tentu berakibat tidak akan mau menerima keberadaan hidup seperti yang Allah aturkan dalam kehidupan kita. Kita menginginkan “lebih dan lebih”, kita mau “ini dan itu”, kita mau “begini dan begitu”. Dan untuk memenuhi semua keinginan itu, secara sadar maupun tidak, kita sudah menjauhkan diri dari rencanaNya. Bisa jadi juga Allah sudah mempersiapkan kebaikan sesuai dengan keinginan kita, hanya kita tidak punya kesabaran. Akhirnya kita mengambil jalan pintas dengan “mengorbankan” iman percaya dan pengharapan akan kebaikan Allah. Bila kita sadar akan hal ini sepantasnyalah kita berkata “Betapa malang dan bodohnya kita”
Jemaat Yang Tuhan Tetap Kasihi... Mari kita juga belajar dari kepedulian Allah yang sangat luar biasa pada bangsa Israel. Pada bacaan di kitab Yehezkiel kita berulang kali menjumpai kata Aku yang berarti Allah. Dan setiap kata “Aku” merujuk pada beberapa hal yakni rekonsiliasi dan pemulihan, serta janji berkat. Rekonsiliasi merujuk pada apa yang telah dilakukan oleh bangsa Israel (pencemaran Nama Allah); artinya Allah tidak akan melihat pada apa yang telah dilakukan oleh bangsa Israel tapi lebih melihat dari sisi “pemilihan”Nya terhadap bangsa ini. Pemulihan merujuk pada keberadaan bangsa Israel yang mengalami “hukuman” dari Allah sebagai akibat dari ketidaksetiaan dan ketidakpatuhan bangsa Israel pada perundang-undanganNya. Dipulihkan dari bangsa yang terjajah menjadi bangsa yang bebas; dipulihkan dari bangsa yang kehilangan “martabat” menjadi bangsa yang bermartabat. Dan yang ke tiga adalah berkat; Berkat dengan “menumbuhkan biji gandum dan pepohonan” dan memperbanyaknya. Ini memperlihatkan betapa Allah memberikan “jaminan” bagi bangsa Israel untuk hidup dalam kesejahteraan.
Saudara-Saudari Yang Tetap Diberkati... Dari apa yang telah kita baca dan juga telah diuraikan di atas, saat ini apa yang harusnya kita bentuk dan kemudian kita terapkan juga dalam kehidupan kita. Paling tidak, kita bisa melakukan koreksi kehidupan tentang benarkah kita sudah mendapatkan kenyamanan yang sejati dalam kehidupan kita. Apabila belum, mari kita melihat ke belakang tentang kehidupan yang hanya menuai “sengsara”, kehidupan yang tidak punya “harga dan martabat”, kehidupan yang “terjajah” dan tak punya kebebasan. Dan hari ini, Allah mau ubahkan itu semua. Dan pasti untuk sebuah perubahan, dibutuhkan juga komitmen untuk tidak jatuh atau “mengulang kesalahan” terdahulu.
Ada beberapa hal yang bisa kami tawarkan bagi setiap jemaat Allah pada Minggu berbahagia ini :
Pada hari ini kita mendapatkan sosok yang begitu luar biasa, sosok yang bagi dunia saja tidak ada bandingannya. Sosok itu adalah Allah sendiri. Sosok yang sedari awal adalah pencipta langit, bumi beserta isinya termasuk diri kita. Dan ada sebuah pameo yang sering kali kita dengar “Allah tidak pernah tidur”. Pameo ini mengantar kita pada pemahaman bahwa Allah senantiasa mengetahui apa yang sedang terjadi pada kehidupan kita. Lebih dari itu; Allah yang senantiasa memahami dan mempersiapkan yang terbaik bagi kehidupan kita. Dan juga pada sebuah lirik lagu : Allah Peduli; disana juga diceritakan bagaimana Allah yang kita kenal dan imani adalah sosok yang peduli, yang mengerti terhadap segala persoalan yang kita hadapi. Tak akan pernak dibiarkanNya kita bergumul sendiri. Mengapa? Karena Dia adalah Allah yang Peduli.
Saudara-Saudari Jemaat Yang Tuhan Peduli...
Hari ini, mari kita telaah kembali apa yang kerap terjadi atau apa yang menjadi penyebab sehingga lita terjatuh atau terpuruk pada persoalan-persoalan dalam kehidupan kita. Kitab Roma yang menjadi bacaan kita menunjukkan bahwa ada satu hal yang senantiasa menjadi “biang” dari setiap persoalan. Dan yang menjadi “biang” itu adalah “keinginan daging”. Apa yang salah sebenarnya dengan keinginan daging? Dari pembacaan yang ada dan juga dari realita kehidupan kita yang ada adalah : adanya keinginan yang bertentangan dengan kehendakNya, dan karena bertentangan tentu berakibat tidak akan mau menerima keberadaan hidup seperti yang Allah aturkan dalam kehidupan kita. Kita menginginkan “lebih dan lebih”, kita mau “ini dan itu”, kita mau “begini dan begitu”. Dan untuk memenuhi semua keinginan itu, secara sadar maupun tidak, kita sudah menjauhkan diri dari rencanaNya. Bisa jadi juga Allah sudah mempersiapkan kebaikan sesuai dengan keinginan kita, hanya kita tidak punya kesabaran. Akhirnya kita mengambil jalan pintas dengan “mengorbankan” iman percaya dan pengharapan akan kebaikan Allah. Bila kita sadar akan hal ini sepantasnyalah kita berkata “Betapa malang dan bodohnya kita”
Jemaat Yang Tuhan Tetap Kasihi... Mari kita juga belajar dari kepedulian Allah yang sangat luar biasa pada bangsa Israel. Pada bacaan di kitab Yehezkiel kita berulang kali menjumpai kata Aku yang berarti Allah. Dan setiap kata “Aku” merujuk pada beberapa hal yakni rekonsiliasi dan pemulihan, serta janji berkat. Rekonsiliasi merujuk pada apa yang telah dilakukan oleh bangsa Israel (pencemaran Nama Allah); artinya Allah tidak akan melihat pada apa yang telah dilakukan oleh bangsa Israel tapi lebih melihat dari sisi “pemilihan”Nya terhadap bangsa ini. Pemulihan merujuk pada keberadaan bangsa Israel yang mengalami “hukuman” dari Allah sebagai akibat dari ketidaksetiaan dan ketidakpatuhan bangsa Israel pada perundang-undanganNya. Dipulihkan dari bangsa yang terjajah menjadi bangsa yang bebas; dipulihkan dari bangsa yang kehilangan “martabat” menjadi bangsa yang bermartabat. Dan yang ke tiga adalah berkat; Berkat dengan “menumbuhkan biji gandum dan pepohonan” dan memperbanyaknya. Ini memperlihatkan betapa Allah memberikan “jaminan” bagi bangsa Israel untuk hidup dalam kesejahteraan.
Saudara-Saudari Yang Tetap Diberkati... Dari apa yang telah kita baca dan juga telah diuraikan di atas, saat ini apa yang harusnya kita bentuk dan kemudian kita terapkan juga dalam kehidupan kita. Paling tidak, kita bisa melakukan koreksi kehidupan tentang benarkah kita sudah mendapatkan kenyamanan yang sejati dalam kehidupan kita. Apabila belum, mari kita melihat ke belakang tentang kehidupan yang hanya menuai “sengsara”, kehidupan yang tidak punya “harga dan martabat”, kehidupan yang “terjajah” dan tak punya kebebasan. Dan hari ini, Allah mau ubahkan itu semua. Dan pasti untuk sebuah perubahan, dibutuhkan juga komitmen untuk tidak jatuh atau “mengulang kesalahan” terdahulu.
Ada beberapa hal yang bisa kami tawarkan bagi setiap jemaat Allah pada Minggu berbahagia ini :
- Bandingkanlah, manakah lebih baik (dalam artian hidup mensyukuri pemberian Allah) atau hidup mengejar semua “keinginan” yang belum pasti dan bisa berbuah kekecewaan. Dan bila kita katakan maka jauh lebih baik dengan bersyukur pada pemberian Allah, maka tetaplah lakukan itu.
- Pikirkanlah, adakah hal yang tidak bisa dilakukan oleh Allah? Lalu bagaimana dengan kita. Sanggupkah kita melakukan seperti apa yang dilakukan Allah? Sudah pasti tidak, sebab Allah kita adalah Allah yang memiliki banyak ke”Maha”an, sedangkan kita kanyalah mahluk yang sarat dengan kekurangan dan keterbatasan.
- Rasakanlah, apakah kita merasakan “benar-benar sudah dipuaskan” dengan pencapaian-pencapaian yang kita peroleh dalam kehidupan kita? Rasanya kita tidak akan pernah terpuaskan dengan “keduniawian” ini. Lalu, rasakanlah ketika kita memperoleh “sesuatu” dan kita yakini itu adalah pemberian Allah, apa yang kita rasakan. Kami rasa, ada perasaan damai yang sangat sulit untuk dilukiskan. Oleh sebab itu, percayakan bahwa perbuatan Allah dan pemberianNya bagi kehidupan kita adalah perbuatan dan pemberian yang terbaik.
- Yakinkanlah bahwa tidak ada allah atau apapun yang sebaik Allah yang kita imani dan miliki. Allah yang peduli, Allah yang mau mengampuni, Allah yang senantiasa mengasihi; dan tentunya Allah yang senantiasa memberkati kehidupan kita.
Pdt. Benhard RC Munthe 081361131151
0 komentar:
Post a Comment