Friday, 18 October 2013

Renungan / Khotbah Yohanes 15:1-8, Minggu 17 November 2013

Introitus : Namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku. (Galatia 2:20a)

Bacaan : Galatia 2:19-21 (Tunggal); Khotbah : Yohanes 15:1-8 (Responsoria)

Thema : ”Hidup Di Dalam Kristus Harus Menghasilkan Berbuah”

Pengantar
Di era pertanian modern ini, para petani di tuntut supaya mengembangkan usaha pertanian dengan teknologi yang tepat guna untuk menjawab tuntutan masyarakat hasil produksi pertanian yang baik, sehat dan berkwalitas. Tetapi sering sekali masyarakat kurang menyadari petani di desa adalah orang-orang yang berpendidikan rendah, punya modal usaha yang kecil dan sering sekali tanpa bimbingan yang memadai sedangkan biaya untuk memproduksi hasil pertanian yang baik cukup tinggi. Kondisi para petani hidup sulit sebab tuntutan kebutuhan yang semakin lebih besar, kadan utang telah melilitnya, mereka putus asa dan di saat-saat tersebut kadang mereka di tuntut menetapkan keputusan yang sulit sebab lahan pertanian mereka telah di tawar si kaya dari kota dengan harga yang menggiurkan. Melalui sekilas kisah hidup para petani di atas, maksud kami bukan hendak menceritakan sulitnya hidup para petani tetapi betapa sulitnya mendapat hasil pertanian yang terbaik jika tidak di barengi usaha, modal yang besar dan pengetahuan dalam teknologi bertani yang memadai.

Tanaman yang di tanam tidak dengan sendirinya menghasilkan buah. Cerita yang ada di lirik lagu Koes Plus “Orang bilang tanah kita tanah surga, tongkat kayu dan batu jadi tanaman. Orang bilang tanah kita tanah surga, tongkat kayu dan batu jadi tanaman” adalah suatu gambaran pertanian yang hasinya melimpah ruah walau cara bertaninya hanya dengan usaha yang seadanya. Di jaman sekarang kisah itu hanya menjadi kenangan; keadaan lahan pertanian kurang subur, curah hujan tidak teratur musimnya, hama tanaman semakin ganas menyerang sebab hama tersebut telah kehilangan lahan tempat mereka mencari makan dan hidup. Tanaman pertanian akan tumbuh dan menghasilkan buah yang baik karena bibitnya unggul, di tanam di lahan yang subur dan cukup air, dilindungi dari serangan serangga atau hama dan jamur.

Pokok Permasalahan.
Firman Tuhan yang di sampaikan Yesus dengan perumpamaan pokok anggur yang tidak menghasilkan buah adalah suatu pengajaran “tegoran” kepada Israel (bndg. Yesaya 5:1-7) (dan orang-orang yang hidup di dalam Tuhan) namun tidak menghasilkan buah seperti harapan si pemilik kebun. Teks ini menggambarkan usaha Tuhan yang maksimal supaya Israel umatNya menghasilkan buah yang terbaik. Tuhan sudah memilih Israel memberkati dan menyertainya, menjadikannya unggul, memeliharanya, mengerjakan di dalam Israel masa depan yang penuh harapan. Besar kerinduan Tuhan supaya Israel menjadi berkat bagi bangsa-bangsa; supaya mereka hidup bukan untuk dirinya sendiri tetapi menyatakan kebesaran Allah melalui sikap hidupnya yang baik supayan semua bangsa percaya dan memuliakan Tuhan.
Apa yang diharapkan Tuhan Allah kenyataannya berbeda; keadaan Israel sebagai bangsa pilihan yang di utus Allah ke dalam dunia, untuk menghasilkan buah, “mewarnai” dunia dengan kasih Bapa justru yang dilakukan Israel sikap yang bertolak belakang dengan harapan Tuhan Allah. Israel memisahkan diri dari dunia, “seakan-akan” mereka adalah bangsa yang kudus (orang-orang kudus) dan menurut pemahamannya hanya mereka yang layak menerima janji keselamatan hidup kekal. Cara pandang tersebut telah membuat Israel menyimpang dari harapan Bapa, mereka sombong rohani (tinggi hati) menghakimi najis (memandang rendah) bangsa-bangsa yang tidak bersunat.

Kasih Bapa yang mereka terima seharusnya menjadikan Israel hidup seperti Bapa; penuh kasih, peduli dan mengerjakan kebaikan. Kebaikan Bapa nyata dalam kerelaanNya berkorban yang telah mengutus Yesus Kristus anakNya yang tunggal untuk menebus umat manusia yang berdosa, dan Yesus telah berkorban mati di atas kayu salib demi menebus dosa umat manusia.

Pemberitaan dan Renungan
Semua petani yang menanam menghendaki hasil buah yang baik, banyak dan berkualitas. Namun ada juga petani yang menyenangi tanaman untuk hiasan saja, misalnya pokok sauh yang di bonsai (dikerdilkan), ditanam di dalam pot kecil dengan media tanam sedikit tanah dan lebih banyak batunya. Tanaman tersebut disiksa supaya tumbuh kerdil dan menghasilkan buah yang kecil, hanya sebesar kelereng tetapi harga jualnya lebih tinggi.

Yesus berkata: “Akulah pokok anggur yang benar” (1). Adakah pokok anggur yang palsu? Ada pokok anggur yang berbuah lebat tetapi terbuat dari bahan plastik. Pohon tersebut tidak memerlukan tanah yang subur sebagai media tanamnya, tidak perlu air dan matahari tetapi walau buahnya cantik tidak dapat di konsumsi dan tidak di sukai serangga. Yang dimaksud Yesus bukan pokok anggur yang palsu tetapi pokok anggur yang mengecewakan. Sudah ditanam dari pilihan bibit unggul yang terbaik, dirawat dan diurus dengan baik, diatanam di atas lahan ladang yang subur, di beri pagar dan senantiasa dilakukan penjagaan, tetapi setelah sekian lama anggur tersebut tidak menghasilkan buah dan yang menghasilkan buah, buah yang di hasilkannya rasanya asam. Seperti itulah sikap Israel mengecewakan Allah.

Yesus mengatakan “Akulah pokok anggur yang benar, dan orang percaya adalah cabang-cabangnya.” Kira-kira maksud perkataan Yesus tersebut “ Bukan kamu yang berjuang tapi Aku, dan kamu sebagai cabang hasilkanlah buah yang baik.” Hidup cabang bergantung pada pokok induk. Israel memperjuangkan keselamatannya dengan Hukum Taurat tetapi orang percaya yang disebut cabang hidup dari anugerah oleh pokok induk. Orang percaya adalah cabang yang sudah di bersihkan (dibersihkan oleh Firman Allah dan padanya ada Firman Allah), dan telah di tebus di dalam Yesus Kristus(3). Karena itu orang percaya dipanggil menjaga kekudusannya, menyerahkan hidupnya melakukan kehendak Yesus. Orang yang mengaku percaya tapi hidup dengan pikirannya sendiri tidak akan menghasilkan buah dan kalau Tuan si pemilik datang akan memeriksa dahan demi dahan dan dahan yang tidak menghasilkan buah atau menghasilkan buah yang asam akan dipotong dan di buang ke dalam api.

Orang Kristen yang yang tidak menghasilkan buah adalah orang yang tidak tahu mengucap syukur, sudah menerima kehidupan , keselamatan dan berkat-berkat yang berkelimpahan tetapi tidak menjadikan kehidupannya menjadi kesaksian akan kasih karunia Allah. Tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam kamu (4a) sudah terwujud setelah Roh Kudus turun atas murid-murid dan orang percaya di sepanjang zaman, untuk menghasilkan buah –buah Roh ( Galatia 5:22-23) yaitu: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemah-lembutan, penguasaan diri dll.

Dahan yang di pisahkan dari pohon induk pasti akan mati, menjadi kering atau busuk dan tidak berguna. Misalkan kalau salah satu jari tangan terpisah dari tubuh akan mati dan menjadi busuk. Di luar Tuhan Yesus tidak ada kehidupan. Orang Kristen yang jauh dari Tuhan Yesus dan yang meninggalkan persekutuan tidak akan dapat menghasilkan buah kebaikan. Jika orang percaya bersatu dengan Tuhan Yesus bersatulah sebagai jemaat yang menghasilkan buah, bersatulah dengan gerejaNya (tubuhNya), jangan tinggalkan persekutuan supaya jauh dari godaan melakukan perbuatan yang jahat.

Penutup
Hidupku bukan aku lagi tetapi Kristus yang hidup di dalam aku, tentu juga berarti aku hidup di dalam Kristus. Kalau kristus hidup di dalam aku maka aku akan hidup seperti kehendak Kristus, hidup melakukan kasihNya, pengampunanNya dan kemurahanNya. Hidup yang mengerjakan kebaikan orang lain.

Sebagai dahan yang hidup dari Kristus pohon induk dan sebab Kristus ada di dalam hidup orang percaya maka berbuahlah lebat, lebih manis lagi untuk kemuliaan Kristus.

Pdt Ekwin Wesly Ginting,
GBKP Sitelusada Bekasi


Artikel lain yang terkait:



0 komentar:

Post a Comment