Wednesday, 15 October 2014

Renungan / Khotbah 1 Tesalonika 2:1-8, Minggu 26 Oktober 2014

Introitus : 
Sebab itu juga kami berusaha, baik kami diam di dalam tubuh ini, maupun kami diam di luarnya, supaya kami berkenan kepada-Nya. (2 Kor.5:9).

Pembacaan : Mazmur 1:1-6; Khotbah : 1 Tes.2:1-8

Tema : Sifat-Sifat Pembawa Kabar Baik.

Pendahuluan :
(1) Saat membaca surat kepada jemaat Tesalonika ini, kita diajak untuk membayangkan suasana di sekitar tahun 51. Paulus merasa terganggu akibat pemberitaan palsu dan pengejaran terhadap jemaat Tesalonika yang telah dibinanya. Terlebih ketika peristiwa itu terjadi Paulus berada jauh dari jemaat binaannya tersebut. Memang Paulus sudah mengutus muridnya Timotius, namun laporan-laporan Timotius belum bisa menenteramkan hatinya. Ia masih ingin bertemu dengan jemaat Tesalonika untuk belajar bersama tentang nilai-nilai iman dan harapan dalam perjuangan selanjutnya.

(2) Paulus menyampaikan testimony berupa kesaksian bagaimana pengalamannya di Filipi, ia di hina dan di aniaya. Namun dengan pertolongan Allah, Paulus tetap mempunyai keberanian untuk menyampaikan Kabar Baik.

(3) Melalui sosok Paulus kita melihat bagaimana sifat-sifat Pembawa Kabar Baik itu:
  • Tantangan, hambatan, kesengsaraan tidak membuat Paulus menyerah untuk memberitakan Kabar Baik, sebaliknya bagi Paulus tantangan itu justru menjadi peluang.
  • Pembawa Kabar Baik tetap fokus untuk menyukacitakan hati Allah, bukan menyukakan manusia.Kondisi ini diungkapkan permasmur dalam Mzm.62:2 “Hanya dekat Allah saja aku tenang, dari pada-Nyalah keselamatanku”.
  • Pembawa Kabar Baik tidak pernah bermulut manis. Apa artinya bermulut manis? Paulus tidak mempunyai maksud-maksud tersembunyi atau maksud untuk mengelabui yaitu adanya ‘udang dibalik batu’
  • Pembawa Kabar Baik tidak pernah bermaksud loba. Apa artinya tidak pernah bermaksud loba? Ada kecendrungan orang lain yang mengajarkan hanya supaya dapat uang.
  • Pembawa Kabar Baik tidak pernah mencari pujian dari manusia. Apa artinya tidak pernah mencari pujian? Paulus sama sekali tidak bermaksud menjadi orang terkenal.
  • Pembawa Kabar baik berlaku ramah. Apa artinya berlaku ramah? Paulus bersikap lemah lembut sewaktu berada ditengah-tengah jemaat.
  • Pembawa Kabar Baik penuh kasih sayang seperti seorang ibu yang mengasuh dan merawati anaknya. Apa artinya seperti kasih sayang seorang ibu? Paulus tidak hanya memberikan Kabar baik dari Allah, tetapi juga dengan memberikan hidupnya.
  • Pembawa Kabar Baik sangat menyatu dengan penerima Kabar Baik. Paulus sangat dekat, tanpa penyekat dengan jemaat Tesalonika. Hal ini terungkap bahwa Paulus tetap mengingat dan berulang kali memakai kata-kata seperti kamu sendiripun memang tahu (2:1), seperti kamu tahu (2:2), hal itu kamu ketahui (2:5), kamu masih ingat (2:9), kamu tahu (2:11).

Khotbah:
Jemaat yang dikasihi Tuhan!
Tahun depan 2015 Gereja Batak Karo Protestan (GBKP) genap 125 Tahun (18 April 1890 – 18 April 2015). Sebagai Gereja atau sebagai ‘serayan’ tentu begitu banyak tantangan yang telah dihadapi, baik dari luar maupun dari dalam intern kita. Namun indikator yang membuat GBKP dapat bertahan dan bertumbuh hanya oleh anugerah dan penyertaan Tuhan melalui kegiatan dan motivasi serayan Tuhan. Karenanya tepat sekali kalau perikop kita minggu ini seputar kegiatan dan motivasi Paulus. Dan untuk lebih mudah memahaminya tema kita mengangkat istilah SIFAT-SIFAT PEMBAWA KABAR BAIK atau BIAK PERBERITA SI MERIAH.

Hari ini kita belajar melalui sosok Pembawa Kabar Baik yaitu Paulus. Sesuai testimony atau kesaksiannya, Paulus mengalami tantangan yang luar biasa, baik saat menyampaikan Kabar Baik di Filipi, Paulus dihina, diseret, dianiaya, dilemparkan ke penjara, membelenggu kakinya dalam pasungan. Demikian juga saat di Tesalonika, Paulus memberitakan Mesias, yaitu Yesus, ternyata orang-orang Yahudi menjadi iri hati sepakat dengan para penjahat mengadakan keributan dan kekacauan serta menghadapkan Paulus kepada sidang rakyat. Paulus dicap pengacau, melawan ketetapan Kaisar dengan mengatakan ada seorang raja lain, yaitu Yesus. Inilah kondisi yang menyebabkan Paulus disingkirkan dengan paksa dari Tesalonika menuju Berea. Kondisi orang-orang Yahudi di Berea ternyata lebih baik hatinya dari orang-orang Yahudi di Tesalonika. Paulus sangat rindu sekali dapat bertemu dengan orang-orang Kristen di Tesalonika. Kerinduan ini dinyatakan Paulus pada pasal 2:17 “Tetapi kami, saudara-saudara yang seketika terpisah dari kamu, jauh di mata, tetapi tidak jauh di hati, sungguh-sungguh, dengan rindu yang besar, telah berusaha untuk datang menjenguk kamu”.

Jemaat yang dikasihi Tuhan!
Kalau kita merenungkan beratnya beban yang dialami Paulus sebagai Pembawa Kabar Baik, saat di Filipi yang lemparkan ke dalam penjara dan dimasukkan ke ruang penjara yang paling tengah dan membelenggu kakinya dengan pasungan yang kuat,namun Tuhan tidak tinggal diam. Saat Paulus berdoa dan menyanyikan puji-pujian kepada Allah di tengah malam, Tuhan mendengar seru permohonan Paulus dengan terjadinya gempa bumi yang hebat, sehingga sendi-sendi penjara itu goyah, dan seketika itu juga terbukalah semua pintu dan terlepaslah belenggu mereka semuanya.

Demikian juga di Tesalonika, saat Paulus dituduh sebagai pengacau dan mau menghadapkan Paulus kepada sidang rakyat,maka malam itu juga segera saudara-saudara di situ menyuruh Paulus berangkat ke Berea. Apa artinya? Tuhan menolong Paulus, sehingga ada-ada saja jalan keluarnya.
Jemaat yang dikasihi Tuhan!

Perikop kita hari ini juga memerlihatkan tantangan yang dihadapi Paulus sebagai Pembawa Kabar Baik melalui pemberitaan palsu kepada jemaat Tesalonika binaan Paulus tersebut.
• Berita yang dibawa Paulus menyesatkan
• Paulus punya maksud yang tidak murni
• Penuh dengan tipu daya
• Paulus hanya bicara untuk menyukacitakan manusia, bukan menyenangkan hati Allah
• Paulus hanya bermulut manis, namun hatinya punya maksud yang tersembunyi
• Paulus hanya mau mencari keuntungan saja
• Paulus hanya mencari pujian
• Paulus orang yang diktator

Jemaat yang dikasihi Tuhan!
Melalui perikop ini juga kita belajar bagaimana Paulus menanggapi pemberitaan palsu tersebut, dengan pernyataan bahwa kedatangan Paulus yang pertama kali ke Tesalonika untuk memberitakan Kabar Baik tidaklah sia-sia, artinya mencapai tujuannya atau dengan kata lain ada hasilnya.

Mengapa berhasil? Karena pertolongan Allah semata, sehingga Paulus mempunyai keberanian. Walaupun dimana-mana tempat ada perlawanan, banyak orang berusaha membungkamkan dan mencegah Paulus memberitakan Kabar Baik, tidak membuat Paulus trauma. Allah telah memberikan kekuatan esktra dan membuang rasa takut di hati Paulus. Terlebih Kabar Baik yang diberitakan Paulus fokus berita tentang Tuhan Yesus Kristus, dan berasal daripada Allah, bukan yang lain-lain atau tentang dirinya. Kristus adalah isi pemberitaan, sedangkan Allah adalah sumber Kabar Baik itu sendiri. Tidak ada pikiran-pikiran yang buruk atau mencoba menipu siapapun.

Jemaat yang dikasihi Tuhan!
Dengan adanya pemberitaan palsu yang beredar di Tesalonika, semakin jelas keaslian dan kemurnian pemberitaan Paulus dengan sifat-sifat Pembawa Kabar Baik itu.
Banyaknya penderitaan dan tantangan tidak membuat Paulus menyerah untuk memberitakan Kabar Baik, sebaliknya bagi Paulus tantangan itu justru menjadi peluang.
  • Pembawa Kabar Baik tetap fokus untuk menyenangkan hati Allah, bukan membuat orang senang kepada Paulus. Seperti ungkapan permasmur dalam Mzm.62:2 “Hanya dekat Allah saja aku tenang, dari pada-Nyalah keselamatanku”.
  • Pembawa Kabar Baik tidak pernah bermulut manis. Apa artinya bermulut manis? Paulus tidak mengucapkan kata-kata yang menyenangkan orang lain, tetapi dengan tujuan menutup-nutupi maksud yang sebenarnya, yakni maksud yang tidak baik.
  • Pembawa Kabar Baik tidak pernah bermaksud loba. Apa artinya tidak pernah bermaksud loba? Paulus tidak memberitakan Kabar Baik dengan maksud untuk mencari untung dari jemaat Tesalonika. Dalam hal ini Allah adalah saksi artinya Allah tahu benar apa yang Paulus lakukan, bahkan Allah mengetahui isi hati Paulus.
  • Pembawa Kabar Baik tidak pernah mencari pujian dari manusia. Apa artinya tidak pernah mencari pujian? Paulus sama sekali tidak bermaksud menjadi orang terkenal. Paulus tidak berusaha membuat orang lain memujinya. Walaupun Paulus sebagai Rasul berhak menuntut apa yang dibutuhkannya, namun itu tidak dimintanya.
  • Pembawa Kabar baik berlaku ramah. Apa artinya berlaku ramah? Paulus bersikap lemah lembut sewaktu berada ditengah-tengah jemaat. Penuh kasih sayang dan baik hati.
  • Pembawa Kabar Baik penuh kasih sayang seperti seorang ibu yang mengasuh dan merawati anaknya. Apa artinya seperti kasih sayang seorang ibu? Paulus tidak hanya memberikan Kabar baik dari Allah, tetapi juga dengan memberikan hidupnya.
  • Pembawa Kabar Baik sangat menyatu dengan penerima Kabar Baik. Paulus sangat dekat, tanpa penyekat dengan jemaat Tesalonika. Hal ini terungkap bahwa Paulus tetap mengingat dan berulang kali memakai kata-kata seperti kamu sendiripun memang tahu (2:1), seperti kamu tahu (2:2), hal itu kamu ketahui (2:5), kamu masih ingat (2:9), kamu tahu (2:11). Paulus berbuat apa saja supaya dapat menolong jemaat Tesalonika.
Jemaat yang dikasihi Tuhan!
Dampak Pembawa Kabar Baik yang benar terungkap dalam pembacaan Mazmur 1:1-6 dengan tanda-tanda kebenaran, kasih, ketaatan kepada Firman Allah, maka hidupnya selalu diberkati dan berbahagia. Sebaliknya orang fasik pasti yang hidunya tidak tinggal dalam Firman Allah dan kesukaannya berbuat dosa akan menerima penghukuman Allah. Karenanya hidup dan pelayanan kita harus mempunyai ‘passion’ atau hasrat seperti diingatkan dalam introitus 2 Kor.5:9 “Sebab itu juga kami berusaha, baik kami diam di dalam tubuh ini, maupun kami diam di luarnya, supaya kami berkenan kepada-Nya”. Hasrat sebuah keinginan yang begitu besar dan kuat. Dan ketika kita melakukannya, kita tidak bisa membedakan lagi apakah ini pekerjaan? Apakah ini bermain? Apakah ini sebuah karya sosial? Semua menyatu. Batas-batasnya hilang karena kita begitu senang. Begitu semangat untuk melakukannya. Ibarat menonton film di bioskop harus punya keinginan tiga kali. Tidak cukup satu kali. Apa yang dimaksud keingnan tiga kali. Bukan ingin satu kali, bukan ingin dua kali. Seandainya satu kali ingin nonton film di bioskop. Mau berangkat hujan. Kalau keinginan satu kali, maka tidak jadi berangkat. Tapi kalau keinginan dua kali, pasti cari payung. Berupaya untuk tetap berangkat ke bisokop. Bayangkan keinginan sudah dua kali. Sampai di bioskop, karcisnya habis. Kalau keinginan hanya dua kali, pasti akan pulang dan tidak jadi nonton film. Tapi kalau keinginannya tiga kali, maka akan terus berusaha, barangkali melakukan negosiasi kepada orang yang sudah memiliki tiket. Bagaimana kalau tiketnya saya beli dengan harga yang lebih baik? Kita akan berupaya terus, dan terus, dan terus sampai bisa nonton film di bioskop. Ya, karena mempunyai pengharapan untuk tinggal bersama-sama dengan Yesus dan memperoleh kemuliaan di masa yang akan datang serta jaminan untuk tinggal di sorga, maka semua ini mendorong kita hidup dan melayani yang berkenan kepada Tuhan. Kita harus punya ‘passion’ sungguh-sungguh hanya untuk menyenangkan hati Allah. Ada ‘passion’ untuk melakukan perbuatan yang mulia, jika hidup dan pelayanan kita sampai meninggalkan tubuh ini, biarlah semuanya berkenan kepada Allah. Amin.

Pdt. E.P. Sembiring


Artikel lain yang terkait:



0 komentar:

Post a Comment