Wednesday, 3 December 2014

Berjumpa Dengan Allah dalam Keluarga (Bdk.Imamat 26:12).

Thema : Berjumpa Dengan Allah Dalam Keluarga (Bdk. Imamat 26 : 12)

Keluarga adalah bagian persekutuan terkecil yang ada dalam kehidupan orang beriman. Keluarga juga ada karena adanya kehendak Allah untuk mempersatukan dua anak manusia antara laki-laki dan perempuan dan kemudia dari penyatuan yang Allah lakukan; Dia juga memberikan karunia berupa kehadiran anak di dalamnya (walau dalam kasus tertentu ada juga keluarga yang hanya terdiri dari suami dan istri, tanpa kehadiran anak didalamnya). Dengan pemahaman seperti ini maka kita dapat mengatakan bahwa kehadiran dan peran Allah sudah terlihat secara nyata sejak awal kehidupan keluarga itu terbentuk. Juga perlu ditambahkan bahwa peran Allah juga tidak berhenti dengan “menambahkan” kehadiran anak di dalamnya.

Kehadiran Allah dalam kehidupan keluarga harus dipahami dalam kerangka pikir bahwa segala sesuatu yang terjadi dalam perjalanan kehidupan keluarga itu adalah merupakan rancangan dan karya Allah. Ketika Allah menumbuhkan keinginan untuk “membentuk keluarga” bagi laki-laki dan perempuan adalah karena Allah. Ketika Allah memberikan anak dalam keluarga, juga merupakan keinginan Allah. Ketika manusia dalam keluarga itu membutuhkan sandang, pangan dan papan; itu juga ketika keluarga itu mendapatkan maka itu juga karena keinginan Allah. Bahkan ketika manusia mengalami senang dan susah, sehat dan sakit, pas-pasan dan kelebihan dalam materi. Itu juga merupakan bagian dari racangan Allah dalam kehidupan keluarga itu.

Namun perlu dipahami juga secara mendasar bahwa ketika sesuatu terjadi dalam kehidupan manusia dan itu tidakdiinginkan manusia; janganlah serta merta memberikan vonis bahwa itu juga keinginan Tuhan. Manusia sejak awal diciptakan menjadi manusia bebas dalam kehidupannya. Manusia bebas memilih apa yang hendak dilakukannya. Bahkan ketika manusia jatuh ke dalam dosa yang akhirnya membuahkan penderitaan; ini bukanlah rancangan Allah. Ini murni karena keinginan manusia yang ingin mencoba bereksperimen atas “godaan” yang dilakukan iblis padanya. Yang kita tahu melalui Alkitab bahwa Allah senantiasa peduli dan mencari dimana keberadaan manusia dan ngin mengetahui “kejujuran” manusia atas kesalahan yang sudah dilakukannya yaitu melanggar apa yang dilarangkan oleh Allah.

Yang menjadi pertanyaan saat ini adalah : apakah mungkin manusia mau menghindar dari Allah dan mencoba “peruntungannya” tanpa Allah? Dan ternyata dari pengamatan yang ada jelaslah maka hingga saat ini masih banyak manusia yang bertipikal sama seperti Hawa dan Adam ketika mereka jatuh kedalam dosa. Jelas sekali maka jauh sebelum manusia jatuh dalam dosa, Allah sudah terlebih dahulu memberikan peringatan yang sangat keras bahwa apabila menghindar dariNya maka yang diperolehnya hanyalah celaka. Tapi karena “kebebalan” manusia atau juga mungkin “ketidakpercayaan” manusia pada Allahlah yang menyebabkan mereka akhirnya mendapatkan penderitaan. Dan yang paling konyol pada saat ini adalah “sudah tahu” resiko meninggalkan Allah, namun manusia masih banyak “meninggalkan Allah” dan lebih “percaya” pada kemampuan diri sendiri untuk memperoleh “kebaikan kehidupan” dalam hidupnya. Atau terkadanga ada juga “prinsip salah” yang berkembang yakni kehidupan iman itu adalah hal terakhir yang perlu diperjuangkan dalam kehidupan.

Lalu, mana yang benar. Menurut hemat dan pandangan kami bila dikaitkan dengan firmanNya : “ carilah dahulu kerajaan dan kebenarannya…..(mat 6 : 33), justru perjuangan awal yang harus dilakukan oleh manusia adalah sebaliknya. Mencari Allah adalah hal yang utama… atau imanlah yang utama… setelahnya Allahlah yang akan menyelesaikan apa yang menjadi kebutuhan manusia baik secara pribadi maupun keluarga.

Peringatan akan hari kelahiran Yesus Kristus yang kita sebut dengan Natal bagi keluarga Kristen adalah bahagian dari kehidupan sukacita yang diekspresikan dengan melakukan hal-hal yag menumbuhkan sukacita dan damai sejahtera….Gloria in excelsis Deo….. Terkadang peristiwa Natal tidak lagi merupakan momen dimana umatNya atau keluargaNya mengekspresikan sukacitanya karena ada dasar percaya bahwa kelahiran Yesus dari dulu hingga saat ini sebagai momen dimana Allah senantiasa menyatakan akan kepeduliannya atas kehidupan umat manusia. Kehadiran Natal juga merupakan bagian dari karya kasih Allah manusia untuk menumbuhkan rasa percaya yang sangat besar bahwa Allah senantiasa peduli akan umatNya. Momentum berharga ini diharapkan bukan sekedar “pesta perjumpaan manusia dengan manusia” tapi seharusnya merupakan “pesta pertemuan manusia dengan Penciptanya”. Dengan demikian maka “pertemuan dalam bentuk rasa dan percaya” haruslah terwujudnyata dalam kehidupan umat dan keluarga. Mengapa? Karena Allahlah yang menginginkan adanya penyadaran bahwa Allah senantiasa peduli, Allah yang senantiasa berindak secara luarbiasa. Bukankah kita yang “butuh keselamatan dan jaminan hidup” lah yang seharusnya datang mendekat dan bukan sebaliknya “menghindar”. Karena memang manusia tidak punya jalan lain untuk bisa dipakai bertemu dengan Allah dan mendapatkan apa yang Allah sudah persiapkan bagi umatNya..

Peringatan Natal juga harus tetap dilaksanakan dengan mengedepankan akan rasa percaya bahwa Allah tau dan senantiasa peduli akan setiap janji dan perkataanNya. Rasa percaya yang secara terus menerus diakukan akan menjadikan keluarga terkecil (bapa, ibu dan anak) akan lebih peduli dan selanjutnya dimampukan untuk memberikan persembahan diri bagi Allah. Sehingga pemahaman akan karya Allah beserta dengan janjiNya adalah merupakan sesuatu yang pasti dan berlaku. Selamat natal tahun 2014


Pdt. BRC Munthe, S.Th
GBKP Rg. Cisalak


Artikel lain yang terkait:



0 komentar:

Post a Comment