Saturday, 7 March 2015

Renungan / Khotbah Ibrani 12:18-29, Minggu 15 Maret 2015

Introitus : 
Percayalah kepada Tuhan dan lakukanlah yang baik, diamlah di negeri dan berlakulah setia. (Mazmur 37:3)

Pembacaan : Bilangan 21:4-9 (Tunggal); Khotbah : Ibrani 12:18-29 (Responsoria)

Tema : Berharaplah kepada Tuhan.


Pendahuluan
  1. Alur perenungan menurut J.Wesley Brill dilengkapi pemahaman William Barclay.
  2. Surat Ibrani terutama ditulis kepada orang-orang Kristen Yahudi yang sedang mengalami penganiayaan dan keputusasaan.
  3. Karenanya dalam Surat Ibrani ini sangat ditekankan betapa pentingnya iman sebagai dasar hidup setiap orang beriman. Iman itulah yang telah menyelamatkan banyak orang, baik di masa lampau maupun di masa yang akan datang. Karena itu kita harus tetap bertekun dalam iman.

Khotbah
Jemaat yang dikasihi Tuhan!
Bulan depan, tepatnya 18 April 2015 Gereja Batak Karo Protestan (GBKP) genap 125 tahun. Sebagai Gereja atau sebagai ‘serayan’ tentu begitu banyak tantangan yang telah dihadapi, baik dari luar maupun dari dalam intern kita. Namun GBKP dapat bertahan dan bertumbuh hanya oleh anugerah dan penyertaan Tuhan melalui pelayanan dan motivasi serayan Tuhan. Karenanya relevan sekali kalau perikop kita minggu ini seputar yang sedang dialami orang-orang Kristen Yahudi yaitu penganiayaan dan keputusasaan. Dan tema kita merupakan solusi “berharaplah kepada Tuhan”. Introitus mengingatkan apa yang harus dilakukan kedepan? Tidak lain ORA ET LABORA. Percayalah kepada Tuhan dan lakukanlah yang baik, diamlah di negeri dan berlakulah setia. (Mazmur 37:3). Gampang-gampang susah.

Jemaat yang dikasihi Tuhan!
Ayat perenungan kita hari ini merupakan nasihat untuk studi banding. Penulis Ibrani mempertentangkan antara Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Perbedaan tajam antara pemberian hukum di Gunung Sinai dan Perjanjian yang baru yang dibawa oleh Yesus dengan membandingkan dengan 2 (dua) gunung yaitu Gunung Sinai dan Gunung Sion:

1. Gunung Sinai:
* Suatu Gunung yang sungguh-sungguh
* Menyala dengan api
* Kekelaman (kebingungan)
* Kegelapan (keputusasaan)
* Angin badai (tidak ada perhentian)
* Bunyi sangkakala (panggilan untuk berhimpun)
* Suara Firman (pemberian taurat)
Apa artinya sifat-sifat Gunung Sinai Perjanjian Lama yang dinyatakan ini? Keagungan Allah yang terlihat pada tabiat yang tidak dapat dihampiri oleh orang berdosa. Tabiat yang dinyatakan dengan kekudusan-Nya yang bernyala-nyala. Semua sifat yang disebutkan itu hendak menyatakan kedahsyatan hadirat Allah. Jelas sekali kuasa Allah yang menghancurkan dan didalamnya tidak terdapat kasih. Yang mencoba mendekat pasti mati. Itulah pengalaman orang-orang yang dibawah hukum taurat. Penuh dengan rasa takut, takut untuk melihat dan takut untuk mendengarkan.

2. Gunung Sion:
* Yerusalem sorgawi
* Suatu kumpulan beribu-ribu malaikat
* Jemaat anak-anak sulung
* Allah Bapa, yang menghakimi semua orang
* Roh-roh orang-orang benar yang telah menjadi sempurna
* Yesus, Perantara perjanjian baru
* Darah pemercikan

Gunung Sion adalah Gunung yang menjadi sasaran tujuan. Jelas sekali perbedaan antara Perjanjian Lama dengan Perjanjian Baru, antara taurat dengan anugerah yang ada dalam Yesus Kristus. Dalam Roma 8:1 jelas dinyatakan: Demikianlah sekarang tidak ada penghukuman bagi mereka yang ada di dalam Yesus Kristus. Jadi sangat kontras. Kita tidak perlu lagi pergi ke Gunung yang tidak bisa disentuh yaitu Gunung Sinai, tetapi dengan mendengar suara Yesus yang lemah lembut memanggil: “Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu”. Kita tidak masuk ke dalam kekelaman dan kegelapan. Gelap gulita, mau melukiskan kebingungan orang berdosa dibawah hukum taurat.Tetapi kita datang kepada Yesus Kristus, terang dunia, dan terang bagi jiwa yang berada dalam kegelapan dosa. Kegelapan mau menggambarkan keputusasaan akan mendapat keselamatan dengan menuruti hukum torat. Angin badai yang melambangkan orang berdosa yang bergumul dalam dosa. Bunyi sangkakala yang sangat keras adalah panggilan untuk menghadap pengadilan Allah. Itulah sangkakala hukuman dan ketakutan. Namun bagi kita yang dibawah anugerah, menantikan bunyi sangkakala yang lebih merdu, apabila Tuhan Yesus memanggil kita kepada diri-Nya dalam awan seperti dinyatakan dalam 1 Tes.4:16-17.

Jemaat yang dikasihi Tuhan!
Musa sendiri menceritakan pengalamannya pada ayat 21 Aku sangat ketakutan dan sangat gemetar. Jikalau Musa sendiri begitu gemetar dan ketakutan, apalagi bangsa itu. Ayat-ayat tersebut mau mengatakan bahwa Allah yang kudus sangat benci dengan dosa, sehingga betapa sulitnya orang berdosa menghampiri hadiratNya. Syukurlah kita tidak lagi menghampiri Gunung Sinai tetapi Gunung Sion. Ada suasana lain yang baru dengan Gunung Sion yang tidak lagi menakutkan tetapi penuh pengharapan dan sentosa. Ayat 22 “Tetapi kamu sudah datang ke Bukit Sion, ke kota Allah yang hidup, Yerusalem sorgawi dan kepada beribu-ribu malaikat, suatu kumpulan yang meriah”. Kita melihat kondisi yang sangat berbeda:
  1. Sinai ada di padang gurun, Sion ada di tanah perjanjian di Kanaan, tanah subur, berbuah banyak.
  2. Tuhan Allah datang ke Sinai hanya untuk sementara, tetapi Ia berdiam di Sion untuk selama-lamanya.
  3. Sinai adalah Gunung ketakutan, hukuman dan kedahsyatan; sedangkan Sion adalah gunung rahmat dan sejahtera.
  4. Sinai adalah gunung batu yang curam, tempat topan dan terpencil; sedangkan Sion adalah gunung dimana ada negeri Allah Yerusalem sorgawi, dimana Allah menyatakan diriNya kepada kaumNya.
  5. Tuhan memberikan taurat dari Gunung Sinai; sedangkan Tuhan Yesus memberikan Injil dari Sion, Gunung dimana Tuhan Yesus disalibkan untuk dosa kita.
  6. Bangsa Israel takut dan gemetar dihadapan Sinai; sedangkan orang Kristen datang ke Sion dengan keberanian dan keyakinan, karena Sion adalah tempat kehidupan yang rohani dan kekal.
Jemaat yang dikasihi Tuhan!
Pada ayat 22 disebutkan datang ke Yerusalem sorgawi artinya sebuah negeri yang disediakan Tuhan Yesus bagi kita yaitu tanah air sorgawi.
Suatu kumpulan beribu-ribu malaikat menggambarkan sebuah perkumpulan yang mulia karena yang datang telah mengalami perubahan adalah orang-orang berdosa yang bertobat, anak-anak sulung pewaris keselamatan. Yesus Kristus disebut yang sulung yang pertama bangkit dari antara orang mati (Kolose 1:18). Dan orang-orang yang ditebus oleh Yesus disebut anak sulung yang mewarisi segala perjanjian yang mempunyai hak menjadi warga sorga. Orang yang namanya terdaftar di sorga. Kondisi di Gunung Sion sama sekali berbeda dengan kondisi Gunung Sinai yang penuh dengan ketakutan dan keputusasaan.

Jemaat yang dikasihi Tuhan!
Darah Kristus jauh lebih unggul dari pada darah binatang yang dipersembahkan oleh Habil atau oleh imam-imam keturunan Lewi. Darah Habel memohon hukuman atas pembunuhnya. Waktu Habel dibunuh, darahnya ditanah menuntut pembalasan (Kej.4:10), sedangkan darah Kristus memohon ampun bagi pembunuh-pembunuh itu. Waktu Yesus dibunuh, darahNya membuka jalan untuk perdamaian. PengorbananNya telah memungkinkan manusia untuk bersahabat dengan Allah.

Jemaat yang dikasihi Tuhan!
Apa yang mau dicapai dengan mengungkapkan Gunung Sinai dengan Gunung Sion dan Darah Habel dengan Darah Kristus?
Dengan gambaran ini, orang-orang Kristen Yahudi yang sedang mengalami penganiayaan dan keputusasaan dapat memilih sendiri anugerah dan rahmat dari Gunung Sion atau hukuman dari Gunung Sinai. Dahulu manusia ada di bawah kekuasaan hukum yang menakutkan. Hubungannya dengan Allah merupakan jarak yang tak dapat dijembatani dan rasa takut yang mengerikan. Tetapi setelah Yesus datang, hidup dan mati, maka Allah yang berada jauh menjadi dekat dan jalan menjadi terbuka untuk datang ke hadiratNya. Yesus membuka sebuah lembaran baru, ada perubahan yang sangat mendasar.

Jemaat yang dikasihi Tuhan!
Pada bagian terakhir ayat 25-29 disampaikan peringatan keras: Jagalah supaya kamu jangan menolak Dia, yang berfirman. Sebab jika menolak atau murtad dari Kristus akan menerima hukuman yang lebih berat lagi. Hal ini diungkapkan kalau dulu hanya menggoncangkan bumi saja, maka sekarang akan menggoncangkan bumi dan langit juga. Kalau dahulu Musa hanyalah penyiar firman Allah atau penyambung lidah artinya melalui Musa itu Allah berfirman. Namun kehadiran Yesus bukan hanya penyiar firman Allah, tetapi adalah firman Allah sendiri. Petrus dalam 2 Petrus 3:11-12 menyebut peringatan keras ini sebagai Hari Tuhan. Jadi, jika segala sesuatu ini akan hancur secara demikian, betapa suci dan salehnya kamu harus hidup, yaitu kamu yang menantikan dan mempercepat kedatangan hari Allah. Kata hancur disini tidak berarti dihapuskan atau dilenyapkan, tetapi akan dilepaskan atau dimerdekakan dari hal-hal yang membinasakan kita. Akhirnya kita menerima kerajaan yang tidak tergoncangkan itu, dan itulah hidup yang sesungguhnya, hidup kekal.

Jemaat yang dikasihi Tuhan!
Kondisi kini tidak jauh dengan kondisi orang-orang Kristen Yahudi atau bangsa Israel dalam pembacaan Bilangan 21:4-9 yang terus menerus bersungut-sungut melawan Allah dan Musa: Mengapa kondisi begini, mengapa hal ini terjadi, apa salah saya, muak. Sadar atau tidak Tuhan menyuruh ular-ular tedung yang membuat kondisi semakin tidak dimengerti dan penuh tanda tanya. Apa yang terjadi di GBKP dan di medan pelayanannya dalam memasuki HUT ke-125 banyak yang tidak dimengerti. Satu-satunya solusi adalah tema kita hari ini: Berharaplah kepada Tuhan! Percayalah kepada Tuhan dan lakukanlah yang baik, diamlah di negeri dan berlakulah setia. (Mazmur 37:3). Dari pihak Allah sangat jelas, Dia yang sudah berkarya dan terus berkarya bagi keselamatan kita. Tentunya dari pihak kita, walaupun penulis Ibrani seolah-olah mau mengatakan: Bagimu ada pilihan, yaitu tetap setia kepada Allah, sehingga waktu alam semesta dihancurkan hubungan dengan Allah akan tetap teguh dan aman; atau tidak setia kepadaNya, sehingga Allah yang mestinya menjadi keselamatan akan menjadi api yang menghanguskan. Sebenarnya tiada pilihan lain bagi GBKP, yaitu tetap setia kepada Allah dengan memperlihatkan pelayanan yang lebih baik lagi, sehingga memperoleh segala-galanya. Amin. (EP)

Pdt. E.P. Sembiring


Artikel lain yang terkait:



0 komentar:

Post a Comment