Wednesday, 17 June 2015

Renungan / Khotbah 2 Korintus 9:6-15, Minggu, 28 Juni 2015

Invocatio : 
Orang-orang yang menabur dengan mencucurkan air mata, akan menuai dengan bersorak-sorai (Mazmur 126:5)

Bacaan : Ulangan 33:13-17 (T); Khotbah : 2 Korintus 9:6-15 (T)

Tema : Menabur di dalam Nama Tuhan


Pendalaman 2 Korintus 9:6-15.
Orang Kristen dapat memberi dengan murah hati atau dengan sedikit? Allah akan memberikan pahala sesuai dengan pemberian mereka (lih. Mat 7:1-2). Bagi Paulus, memberi itu bukan berarti kehilangan, melainkan merupakan semacam tabungan: itu menghasilkan keuntungan besar bagi mereka yang memberi. Paulus tidak berbicara terutama tentang jumlah pemberian itu, tetapi mengenai mutu dari kerinduan hati dan motivasi kita. Janda yang miskin itu memberi sedikit, tetapi Allah telah menganggapnya banyak karena dibandingkan dengan bagian yang diberikannya dan karena pengabdiannya yang sempurna

Ayat 6 menuliskan camkanlah ini: Orang yang menabur sedikit, akan menuai sedikit juga, dan orang yang menabur banyak, akan menuai banyak juga (but this I say, he which soweth sparingly shall reap also sparingly; and he which soweth bountifully shall reap also bountifully). Demikianlah mereka harus menabur banyak¸bukan sedikit. Gagasan dasar tentang menuai apa yang ditabur (Amsal 11:24; 19:17) diterapkan dalam Galatia 6:7-10 kepada penuaian rohani, dan dalam Matius 6:14-15 kepada pengampunan; bnd. Matius 7:1,2;10:42; Lukas 6:34-38.

Kata “menabur banyak” dari terjemahan King James Version adalah bountifullly (dengan baik hati). Arti kata tersebut menunjukkan bahwa jemaat harus betul-betul dengan sepenuh hati memberikan dan tanpa paksaan (baik hati), tidak untuk menunjukkan kekuasaan atau kekayaan (sikap pamer). Dan, terjemahan dari Kitab Yunani untuk kata “menabur banyak” adalah blessednesses (keterberkatan) menunjukkan bahwa jemaat pun harus dengan sikap merestui segala pekerjaan pelayanan untuk membagun gereja (dalam arti luas).

Ayat 7 menuliskan hendaklah masing-masing memberikan menurut kerelaan hatinya, jangan dengan sedih hati atau karena paksaan, sebab Allah mengasihi orang yang memberi sukacita (Every man according as he purposeth in his heart, so let him give; not grudgingly, or of necessity: for God loveth a cheerful giver). Jangan … karena paksaan, artinya jangan dengan berpikir ‘sesedikit mungkin’. “Sumber pemberian bukanlah kantong, melainkan hati”. (bnd.Markus 12:41-44). Orang yang memberi dengan sukacita,memberi dengan sukacita menggembirakan sekali. Kutipan ini diambil dari Amsal 22:8, LXX; tidak terdapat di dalam Kitab Amsal bahasa Ibrani, bnd.Roma12:8.

Penekanan ayat 7 ini merupakan bagian dari makna kata yang dipakai Paulus pada ayat 6 untuk menegaskannya, yakni eulogiai (dengan baik hati; keterberkatan). Sehingga tampak jelas bahwa jemaat dibuka hatinya untuk memberi dengan sepenuh hati, tanpa ada pengertian atau tafsiran untuk pamer, dan terlebih bersikap angkuh untuk dipandang di antara jemaat.

Ayat 8 menuliskan dan Allah sanggup melimpahkan segala kasih karunia kepada kamu, supaya kamu senantiasa berkecukupan di dalam segala sesuatu dan malah berkelebihan di dalam pelbagai kebajikan (and God is able to make all grace abound toward you; that ye, always having all sufficiency in all things, may abound to every good work). Allah sanggup menjadikan sisa-sisa sumber-sumber kita lebih dari cukup.Berkecukupan (bnd. Filipi 4:11; 1 Timotius 6:6), hasil yang lazim dari jawaban Allah terhadap iman. Sebutan El-Syaddai (Kejadian 17:1) dapat berarti Allah yang berkecukupan. Allah memberikan apa yang perlu baik materi maupun rohani di dalampelbagai kebajikan (bnd. Filipi 4:19).[11]

Kata “berkecukupan” yang dipakai dalam Kitab Yunani adalah autarkeain (diterjemahkan edisi Inggris: same-sufficiency = kecukupan). Namun, terjemahan lain yang dipakai adalah contentment (kesenangan, kepuasan hati, kesukaan). Dengan demikian, ayat Paulus ini menegaskan bahwa Allah memang akan memuaskan hati dengan berkat-berkatNya, dimana kepenuhan dan ketulusan hati dalam memberi akan membuka kekuatan tersendiri dari Allah.

Ayat 9-10 menuliskan seperti ada tertulis: “Ia membagi-bagikan, Ia memberikan kepada orang miskin, kebenaranNya tetap untuk selamanya”. Ia yang menyediakan benih bagi penabur, dan roti untuk dimakan, Ia juga yang akan menyediakan benih bagi kamu dan melipatgandakannya dan menumbuhkan buah-buah kebenaranmu (as it is written, He hath dispersed abroad; He hath given to the poor: His righteousness remaineth for ever. Now He that ministreth seed to the sower both minister bread for your food, and multiply your seed sown, and increase the fruits of you righteousness;). Dukungan Alkitab itu diambil dari Mazmur 112:9; Yesaya 55:10; Hosea 10:12. Ia yang menyediakan, Yesaya 55:10 hanya menyebutkan “memberikan”. Paulus menggunakan suatu istilah yang lebih kaya seperti dalam Galatia 3:5. Benih, yang dapat ditabur, juga berasal dari Allah, ialah pemberian dalam ayat 6-8. Akan menyediakan, bnd. Filipi 4:15,19. Melipatgandakan, daya guna benih itu, karena Allah, jauh lebih besar daripada wujudnya. Kebenaran, perbuatan yang benar, di dalam hal ini: kemurahan hati.

Penyataan ayat ini juga mengandung tendensi terhadap bangsa Yahudi dimana saat mereka kelaparan (Kejadian 16:1-36), dan kejadian-kejadian penciptaan yang dilakukan Allah (Kejadian 1:11,12). Dan, buah-buah kebenaran yang dimaksudkan antara lain buah-buah roh yang dimaktubkan dalam Galatia 5:22,23.

Ayat 11-12 menuliskan kamu akan diperkaya dalam segala macam kemurahan hati, yang membangkitkan syukur kepada Allah oleh karena kami, sebab pelayanan kasih yang berisi pemberian ini bukan hanya mencukupkan keperluan-keperluan orang-orang kudus, tetapi juga melimpahkan ucapan syukur kepada Allah (Being enriched in every thing to all bountifulness, which causeth through us thanksgiving to God. For the administration of this service not only supplieth the want of the saints, but is abundant also by many thanksgivings unto God). Memberi adalah pengalaman yang memperkaya (bnd. Ayat 7). Kepentingan Paulus sendiri tidak terlibat dalam penopangan mengenai pemberian sedekah itu, sebab ia sudah meolak untuk menerima apa saja baginya dari orang Korintus (11:7-9). Pelayanan kasih, kata Yunani leitourgia (liturgi) dipakai dalam kebaktian-kebaktian umum yang dibiayai oleh penduduk Atena yang kaya. Segala macam kemurahan hati, bukan hanya mencukupi keperluan jasmani orang-orang kudus, tetapi lebih daripada itu: secara rohani kemurahan hati itu juga melimpahkan ucapan syukur dari yang menerimanya kepada Allah (1:11), serta mendorong kasih dan doa yang timbal balik (ayat 14).

Sebagai bagian dari kelimpahan adalah kemurahan hati yang ditunjukkan pada ayat 11, maka ucapan syukur yang dalam kata Yunani eucharistian (eucharistian) atau eucharistion (eucharistiwn) menunjukkan makna rasa syukur yang lebih mendalam. Maka, dalam pandangan gereja-gereja katolik (Timur dan Barat), ekaristi atau pengucapan syukur adalah puncak liturgi katolik, dimana segala pemberian Allah diberikan kembali melalui sedekah, untuk keperluan bahan-bahan liturgi, atau pembiayaan pelayanan. Bolehlah diutarakan bahwa pengucapan syukur itu senantiasa mengingatkan akan karunia-karunia Allah dalam kehidupan sehingga perlu untuk mengembalikannya lagi.

Ayat 13 menuliskan dan oleh sebab kamu telah tahan uji dalam pelayanan itu, mereka memuliakan Allah karena ketaatan kamu dalam pengakuan akan Injil Kristus dan karena kemurahan hatimu dalam membagikan segala sesuatu dengan mereka dan dengan semua orang (whiles by the experiment of this ministration they glorify God for your professed subjection unto the Gospel of Christ, and for your liberal distribution unto them, and unto all men). Tahan uji, dengan bantuan mereka (orang-orang kudus) para petobat dari golongan kafir itu mempertontonkan kesungguhan pengakuan Kristen mereka kepada petobat dari golongan Yahudi, dan mengungkapkan kesatuan mereka dalam Kristus. Membagikan segala sesuatu (Yunani: koinonia): persekutuan, mendapat bagian; bnd.1:7.

Terjemahan lain dari kata Yunani koinonia adalah fellowship (bnd. Efesus 3:9) yang berarti persahabatan. Persahabatan yang dimaksud adalah penyatuan dalam kasih Allah, berkumpul dalam cinta, dan ungkapan-ungkapan dari buah-buah Roh yang diterima.

Ayat 14 menuliskan sedangkan di dalam doa mereka, mereka juga merindukan kamu oleh karena kasih karunia Allah yang melimpah di atas kamu (and by their prayer for you, which long after you for the exceeding grace of God in you). Paulus melaksanakan apa yang diajarkan dalam 1 Korintus 13:5. Sebab memanglah sementara anggota jemaat di Yerusalem sangat mempersulit hidup Paulus, Galatia 2:4 dst. Dengan mengumpulkan uang bagi jemaat itu Paulus bermaksud antara lain menanggulangi permusuhan dari pihak jemaat itu. Dengan uang yang dikumpulkan terbuktilah rasa hormat dan bakti dari pihak jemaat-jemaat bukan Yahudi terhadap jemaat induk yang pernah menyampikan kepada mereka (harta-harta) rohani, Roma 15:27.

Kesimpulan
Ada beberapa prinsip dan janji-janji penting yang menyangkut pemberian orang Kristen:
Kita ini milik Allah; apa yang kita punyai dipegang sebagai sesuatu yang dipercayakan Tuhan kepada kita (ayat 2Kor 8:5). Tubuh, harta dan apa pun yang kita punyai adalah bersumber dari Tuhan. Sehingga kita juga menabur didalam Tuhan.
Kita harus membuat keputusan yang mendasar dalam hati kita untuk hidup bagi Allah dan bukan untuk uang (ayat 2Kor 8:5; Mat 6:24). Kita mengabdi kepada Allah bukan bagi mammon.

Kita memberi untuk menolong mereka yang membutuhkan bantuan (ayat 2Kor 8:14; 9:12; Ams 19:17; Gal 2:10; meluaskan Kerajaan Allah (1Kor 9:14; Fili 4:15-18), menyimpan harta di sorga (Mat 6:20; Luk 6:32-35) dan belajar takut akan Tuhan (Ul 14:22-23).

Hal memberi itu harus menurut pendapatan kita (ayat 2Kor 8:3,12;1Kor 16:2).Hal memberi itu dipandang sebagai suatu bukti dari kasih kita (ayat2Kor 8:24) dan harus dilakukan sebagai pengorbanan (ayat 2Kor 8:3) dan dengan sukarela bukan paksaan (2 Kor 9:7).

Dengan memberi kepada Allah, kita tidak saja menaburkan uang, melainkan juga iman, waktu, dan pelayanan. Dengan demikian kita akan menuai iman dan berkat yang lebih besar (ayat 2Kor 8:5; 9:6,10-12). Ketika Allah menyediakan kelimpahan, itu adalah supaya kita dapat melipatgandakan perbuatan baik kita (2Kor 9:8; Ef 4:28).

Hal memberi meningkatkan penyerahan kita kepada Allah (Mat 6:21) dan mengaktifkan pekerjaan Allah dalam keadaan keuangan kita (Luk 6:38).
Allah telah berjanji untuk memberikan berkat yang melimpah kepada kita sepadan dengan bagaimana kita memberi kepada-Nya (lih. Ul 15:4; Mal 3:10-12; Mat 19:21; 1Tim 6:18-19. Seperti dalam Bacaan tentang berkat-berkat yang diterima Yusuf karena kesetiaan dan persembahan hidupnya hanya bagi Tuhan Allah (Ul. 33:13-17).

Dan pada akhirnya kita patut terus bersyukur kepada Allah, sadar karena kasih karunia-Nya yang tak terkatakan, menyelamatkan kita dari kematian kekal. Kasih yang luar biasa berharga. Sehingga apa yang sudah kita dapat, dengar akan kita tabur dalam segala pemikiran, perkataan dan perbuatan kita. Kasih yang tak berkesudahan. Menabur di dalam nama Tuhan akan mendatangkan berkat-berkat yang luar biasa.

Selamat menabur kebaikan di dalam kehidupan kita. Tuhan memberkati dengan segala kelimpahan dan berkatNya.

Sumber:
1. http://alkitab.sabda.org/article.php?id=8435
2. http://alkitab.sabda.org/verse.php?book=2Kor&chapter=8&verse=2&tab=text
3. https://ocsc.wordpress.com/2010/12/29/tafsir-perjanjian-baru-2-korintus-96-14/#_ftn1
4. Alkitab dengan Kidung Jemaat. 2012. Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia.

Pdt. Rosliana Br Sinulingga
Rg. Semarang


Artikel lain yang terkait:



0 komentar:

Post a Comment