Wednesday, 10 June 2015

Renungan / Khotbah Roma 12:1-2, Minggu 14 Juni 2015

Invocatio : 
Kaupeliharalah juga hari raya menuai, yakni menuai buah bungaran dari hasil usahamu menabur di ladang; demikian juga hari raya pengumpulan hasil pada akhir tahun, apabila engkau mengumpulkan hasil usahamu dari ladang (Keluaran 23:16)

Bacaan : Amsal 3:9-10 (Responsoria); Khotbah : Roma 12:1-2 (Tunggal)

Tema : Persembahan Yang Hidup

Persembahan adalah istilah yang tidak asing bagi kita dan salah satu aktivitas yang sering kita lakukan sebagai orang yang beriman. Mungkin karena sudah terlalu sering kita dengar dan kita lakukan , bisa saja menjebak kita kepada sebuah rutinitas dan kehilangan makna yang sesungguhnya. Mingu ini kita diingatkan lagi tentang persembahan yang benar dan yang berkenan bagi Tuhan.

Roma 12: 1-2 akan menuntun kita kepada persembahan yang benar,
1. Motivasi dalam memberikan persembahan
Motivasi adalah dorongan dari dalam diri seseorang untuk melakukan suatu aktivitas dengan tujuan tertentu. Paulus sangat menekankan pengajarannya tentang motivasi dalam memberikan peresembahan, karena motivasi membrikan persembahan dapat menggeser makna persembahan itu sendiri. Jika motivasi memberikan persembahan supaya mendapatkan pemberian yang lebih banyak lagi, maka persembahan itu bukan lagi menjadi persembahan tetapi menjadi alat “penyogokan”, jika memberi persembahan tujusannya supaya orang memuji dan mengatakan kita orang saleh, maka persembahan itu menjadi alat unruk “membeli” pujian dan perhatian orang, jika motivasi kita memberikan persembahan karena tutntutan “aturan” maka persembahan itu berubah maknanya menjadi membayar.

Paulus mengatakan motivasi yang benar memberikan persembahan adalah “demi kemurahan Allah”, artinya kita memberi persembahan karena Tuhan telah meberikan kemurahan-Nya kepada kita, bukan untuk mendapatkan berkat yang lebih banyak (bukan seperti orang memancing, diberikan umapan lebih besar untuk mendapatkan ikan yang lebih besar). Kata “demi” , artinya ada aksi dan ada reaksi, Allah memperlihatkan aksi/tindakan-Nya memberikan kemurahan dan manusia memberikan reaksi/sikap. Sikap yang benar merespons kemurahan/kebaikan/pemberian adalah rasa syukur. Persembahan yang benar dilandasi denagn rasa sukur. Persembahan adalah pertemuan atara Allah sebagai pemberi (beraksi) dengan manusia yang menerima pemberian, merupakan pertemuan sukacita yang luar biasa, sehingga orang mendevinisikan “Persembahan/ibadah” adalah “Aksi dan celebration” atau dengan kata lain pertemuan dengan yang di sembah dengan penyembah.

2. Sikap Dalam Memberikan Persembahan
Motovasi memberikan persembahan akan berdampak pada sikap dalam memberikan persembahan. Motivasi Kristiani dalam memberikan persembahan adalah mengucap syukur terhadap kemurahan Allah. Pertemuan antara yang di di sembah dan penyembah. Persembahan kata dasarnya adalah “sembah” menurut kamus artinya adalah : Pernyataan hormat dan khidmat (dinyatakan dengan cara menangkupkan keduabelah tangan, yang dikatakan juga dengan menyusun jari 10, lalu diangkat keatas sampai ke bawah dagu dan juga keatas dahi atau dengan menyentuhkan ibu jari ke hidung atau ke dahi). Persembahan adalah pemberian kepada yang terhormat, mulia dan agung, pencipta segala sesuatu yang telah meberikan keselamatan kepada manusia. Jadi sikap yang tepat dalam memberikan persembahan adalah denagn sikap yang hormat dan kagum kepada Tuhan.

3. Wujud Persembahan Yang Yang Berkenan Bagi Tuhan
Persembahan yang berkenan bagi Tuhan bukan ibadah tanpa roh(sermonial atau rutinitas) bukan materi tanpa hati, bukan tubuh tanpa jiwa (spirit), tetapi yang Tuhan mau adalah tubuh sebagai persembahan yang hidup. Tubuh yang tidak ternoda oleh kata dan perbuatan yang tercela, tetapi tubuh tempat bersemayamnya Roh Tuhan yang terus berpikir, bertindak dan berbicara dalam kebenaran dan kekudusan. Tubuh yang mempunyai keinginan tulus iklas untuk menyenangkan hati Allah dalam kasih dan pengabdian. Tubuh yang mau melakukan pelayanan, menolong dan meringankan beban-beban kehidupan. Tubuh yang berkerja dan ada di tengah-tengah dunia tetapi tidak sama dengan dunia ini, tubuh yang lahir dari pembaharuan akal budi, tubuh yang didiami oleh akal budhi yang tahu membedakan mana kehendak Allah dan apa yang baik dan yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna.

4. Persembahan Yang Hidup (Tema)
Tema kita Minggu ini, persembahan yang hidup, ada dua hal yang mungkin bisa membantu kita untuk mengerti apa yang di maksud dengan persembahan yang hidup, yaitu :
 Persembahan materi
Tuhan mau persembahan yang hidup bukan yang mati, artinya walaupun kita memberikan persembahan berupa materi (benda mati) harus dilandasi dengan gejolak hati yang penuh rasa syukur akan kemurahan Tuhan, itu juga akan menjadi persembahan yang hidup. Ketika kita memberikan persembahan berupa materi tetapi tidak dilandasi oleh “rasa” syukur kepada Tuhan, atau pun ketika kita memebrikan persembahan hanya karena rutinitas, atau karena kewajiban (aturan) maka materi itu akan tetap menjadi persembahan yang mati.
 Persembahan Tubuh
Ada sebuah ilusterasi tentang persembahan yang hidup yaitu tentang “Sapi dan Babi”, didalam ilustrasi itu di gambarkan bahwa Sapi merupakan binatang yang sungguh mengabdikan hidupnya untuk tuannya, mulai dari tenaganya, susunya dan sampai matinya dia berguna untuk tuannya, berbeda dengan babi kegunaannya yang jelas ketika dia mati....
Artinya yang dikatakan dengan persembahan yang hidup adalah menyerahkan kehidupan (totalitas) kepada Tuhan, syair lagu Sekolah Minggu....hati-hati gunakan tanganmu..... hati-hati gunakan kakimu...matamu.....lidahmu....kupingmu (telingamu), penggunaan semua oragan tubuh ini harus dilandasi dengan pembaharuan akal budi, dan tidak dapat juga di pungkiri bahwa cara kita menggunakan panca indra kita akan mempengaruhi akal budi kita....sehingga di ayat yang ke-2, Paulus sangat jelas menekankan supaya kita tidak serupa dengan dunia ini oleh pembaharuan akal budi.

5. “Kerja Rani” (Hari Raya Menuai)
Hubungan antar penyembah dengan yang di sembah adalah “persembahan” jika ada orang yang mengaku percaya kepada Tuhan tetapi tidak pernah memberikan persembahan..yah rasa-rasanya masih perlu berpikir lebih dalam tentang imanya itu. Kalau kita mengaku beriman kepada Tuhan berikanlah persembahan kepada Tuhan. Amsal 3:9 “Muliakanlah Tuhan dengan hartamu....” Paulus juga sangat menekankan bahwa semua kehidupan kita dari Tuhan, oleh Tuhan dan untuk Tuhan (Roma 11:36 Sebab segala sesuatu adalah dari Dia, dan oleh Dia, dan kepada Dia: Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya)

Untuk lebih memahami makna “kerja rani (Hari Raya Menuai)” ini mungkin kita dapat merenungkan syair lagu PEE GBKP No. 103 :2 “benih siisuan kami epe rehna bas kam nari, Kuasa-Ndu mahanca turah, Kuasa-Ndu erbanca erbuah” artinya benih yang kita tanam berasal dari Tuhan, kuasa Tuhan yang menumbuhkan dan Kuasa Tuhan juga yang membuat berbuah.... melalui perenungan akan Firman Tuhan dan syair lagu ini marilah kita mensyukuri semua pemberian Tuhan....apapun pekerjaan kita....apapun profesi kita kita percaya itu adalah anugerah Tuhan...untuk itu mari kita sukseskan “Hari Raya Panen” ini meberikan persembahan sebagai wujud persembahan yang hidup untuk menyenangkan hati Tuhan.... .amin.

Pdt. Saul Ginting
Rg. Klender


Artikel lain yang terkait:



0 komentar:

Post a Comment