Invocatio:
Jadilah bagiku gunung batu, tempat berteduh, kubu
pertahanan untuk menyelamatkan aku; sebab Engkaulah bukit batuku dan
pertahananku (Mazmur 71:3)
Pembacaan: Roma 10:13-21; Khotbah:
Markus 8:31-38
Thema:
Mengikut Yesus, Menyangkal
Diri Dan Memikul Salib
Ada banyak orang gagal paham tentang mengikut Yesus. Ada
orang yang menganggap jika mengikut Yesus tidak ada lagi penderitaan, tidak ada
lagi sakit penyakit, tida ada lagi kelaparan, pokoknya semuanya aman
terkendali. Pemahaman ini bukan hanya bagi mereka yang baru mengikut Yesus,
bahkan ada yang sudah lama mengikut Yesus masih beranggapan demikian. Salah
satunya adalah penganut aliran teologi sukses. Mereka beranggapan indicator
mengikut Yesus dengan sungguh-sungguh atau dengan kata lain tanda orang beriman
adalah sukses dalam artian apa yang diingini akan terwujud. Benarkah demikian?
Jika kita merunut perikop khotbah minggu ini, jika kita meneladani kehidupan
sang Maha Guru Kita Yesus Kristus maka mengikut Yesus ternyata tidak demikian,
bahkan dikatakan mengikut Yesus berarti memikul salib dan menyangkal diri. Tapi
pun demikian, juga kita tidak boleh gagal paham tentang hal ini seolah jika
mengikut Yesus melulu penderitaan yang akan kita alami, tidak. Yang pasti bagi
setiap pengikut Yesus yang setia sebagaimana nampak dalam kehidupan Paulus adalah
selalu atau senantiasa bersukacita dalam situasi bagaimana pun ntah itu
kecukupan atau kekurangan (bd. Filipi 4:4). Jika diberkati dengan kekayaan
tidak menjadi sombong sebaliknya semakin luarbiasa menjadi berkat bagi banyak
orang, demikian juga jika dalam kesengsaraan tidak membuat bersungut-sungut dan
menyalahkan keadaan dan Tuhan, tetapi sebaliknya semakin bertekun di dalam
Tuhan sebab kita percaya sebagaimana disaksikan Paulus dalam Roma 8:28 “Kita
tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk
mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang
terpanggil sesuai dengan rencana Allah”.
Gagal paham ini bisa terjadi kepada siapapun. Seperti
Petrus dalam perikop khotbah Minggu ini. Banyangkan Petrus sudah mengikut Tuhan
Yesus selama 3 tahun dan mengikutinya siang dan malam, bahkan Petrus walaupun
tidak ada sk pengangkatan secara formal tetapi Petrus diposisikan sebagai
pemimpin, tetapi toh masih gagal paham tentang penderitaan yang bakal dialami
Yesus.
Jika merujuk secara logika sikap Petrus sangat wajar.
Bukankah Yesus sangat berkuasa? 5 ribu orang diberi makan hanya dengan 5 roti
dan 2 ikan, bahkan sisa 12 keranjang?. Bukankah Yesus tidak hanya menyembuhkan
orang sakit tetapi bahkan membangkitkan orang mati? Bukankah Yesus berkuasa juga
terhadap alam dimana angin dan gelombang mendengar hardikannya menjadi tenang?
Sampai hari ini bisa jadi sebagaimana Petrus pada waktu itu kita juga gagal
paham jika menganggap penderitaan kita, penderitaan orang lain oleh karena
kurangnya iman. Apakah penderitaan Yesus karena kekurangan iman? Tentu tidak.
Dari peristiwa ini Yesus mau mengajar kita (1) Dialah Mesias Juruslamat yang
sudah dinubuatkan itu, demi menebus dosa manusia Dia akan mengalami banyak
penderitaan, bahkan mati namun pada hari yang ke tiga bangkit dari antara
orang. Harusnya murid-murid mengingat akan hal ini. (2) Ungkapan mengikut Yesus
menyangkal diri dan memikul salib berarti menyatakan bahwa perjalanan hidup
seseorang yang sudah percaya akan Yesus Kristus juga akan banyak menanggung
penderitaan. Hal ini disebabkan:
(1) Kita menderita dalam perjuangan seumur hidup melawan dosa (Roma 6:1-21; 1 Pet 4:1-2) dengan menyalibkan semua keinginan duniawi kita (Roma 8:33, Gal 2:20, 6:14, Titus 2:12)
(2) Kita menderita dalam peperangen dengan Iblis dan
kuasa-kuasa kegelapan pada waktu kita membesarkan Kerajan Allah demikian juga penganiayaan
yang akan datang melalui perlawaanan kita terhadap guru-guru palsu yang
memutarbalikkan kebenaran Injil (Gal 1:9, Fil 1:15-17)
(3) Kita menanggung kebencian dan ejekan dari dunia
(Yoh 15:18-26) ketika kita bersaksi tentang kasih Allah dan perbuatan mereka
yang jahat (Yoh 7:7), demikian juga ketika kita berbeda dengan dunia ini secara
moral dan rohani.
(4) Seperti Yesus, mungkin kita juga menerima ejekan
dan penganiayaan dari dunia agama (Mrk 8:31).
Walaupun demikian Yesus mau mengingatkan dan sekaligus
menghiburkan murid-murid dan juga kita hari ini bahwa hal yang paling berharga
bagi manusia yakni keselamatan itu sendiri yakni kehidupan yang kekal akan
menjadi milik kita ketika kita tidak takut kehilangan nyawa sekalipun sebagai
konsekwensi mengkitut Yesus dengan setia dari pada sukses dengan memperoleh
seluruh dunia ini tetapi kehilangan nyawa. Disini Yesus membandingkan memperoleh
semua dunia dengan nyawa. Kalau kita memilih, manakah yang kita
pilih? Saya pikir kalau kita sehat (maksudnya berpikir normal) kita akan pilih
nyawa. Sangat logika sekali untuk apa seluruh dunia ini dengan segala
kemegahannya tetapi kita mati? (Ayat 35-37). Perlu ditambahkan yang dimaksud
mati atau kehilangan nyawa bukan sekedar mati, tetapi mati yang kekal.
Selanjutnya ada juga hal penting disebutkan Yesus
dalam ayat 38 yakni mengenai kata “malu”. Apakah sikap Petrus ada unsur merasa
malu karena Tuhan Yesus yang telah diikuti dan dijadikan Guru selama ini
ternyata pada saatnya seperti manusia bisa menderita dan mati? Terlepas ada
unsur tersebut atau tidak, satu hal yang penting juga diingatkan oleh Tuhan
Yesus dalam mengikut Dia yakni agar tidak merasa malu hidup sebagai pengikutNya
dan menyaksikannya di hadapan siapa saja bahwa Dialah Tuhan dan Juruslamat bagi
dunia ini, sebab jika kita malu maka Anak Manusia juga akan malu apa bila Ia datang
kelak dalam kemuliaan Bapa.
Pointer Aplikassi
(1) Dengan penderitaan, kematian dan kebangkitanNya
membuktikan bahwa Yesus adalah Mesias yang telah dinubuatkan oleh para nabi.
Dialah Juruslamat manusia. Kita bersyukur boleh bercaya kepadaNya (bd. Yoh
3:16).
(2) Mengikut Yesus, menyangkal diri dan memikul Salib
berarti dalam mengikut Kristus benar-benar membutuhkan komitmen yang tinggi,
tidak boleh setengah-setengah. Sebab Penyangkalan diri berarti harus
menyalibkan segala keinginan daging kita, rela meninggalkan dosa dan
berkomitmen untuk hidup seturut dengan kehendak Tuhan. Memikul salib berarti harus rela dibenci dan
dimusuhi oleh dunia ini karena nama Yesus. Bahkan dikatakan, "...siapa
yang mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi
barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku dan karena Injil, ia akan
menyelamatkannya." (Markus 8:35).
Batam, 7 Februari 2018
Pdt.
S. Brahmana
0 komentar:
Post a Comment