Introitus: Matius 16:25; Pembacaan : Matius 16:24-28;
Khotbah : Bilangan 11:30-35
Thema:
Cukupkanlah sesuai kebutuhanmu /Cukupkenlah asa si niperlukenndu.
Pendahuluan
Berbicara mengenai cukup, apakah kita harus memakan sebanyak-banyaknya agar tidak merasa kurang? Apakah kita harus memiliki segala-galanya agar merasa cukup? Dan memuaskan seluruh keinginan agar merasa senang? Jika jawabannya ya, percayalah, itu pun tidak akan membuat kita merasa cukup. Walaupun kita telah memiliki, mencapai dan memperoleh begitu banyak kekayaan, prestasi dan kesenangan tetap saja kita akan merasa kurang, kurang dan kurang. Seperti ada lagu pop rohani yang dinyayikan Ramona Purba: “Enggo sada, dua min, enggo dua telu min bage ateta”. Namun jika kita menjawab “tidak” terhadap pertanyaan-pertanyaan di atas, berarti kita telah memahami suatu hal yang penting yang memungkinkan kita pun memiliki pemahaman seperti Daud ketika mengatakan “Tuhan adalah gembalaku, takkan kekurangan aku”[1]. Artinya dengan pernyataan tersebut, Daud mengakini bahwa hanya dengan menjadikan Tuhan sebagai gembala dalam hidup, kita akan merasa cukup. Dan benar, kita tidak akan kekurangan sebab Allah pasti memelihara orang yang dikasihiNya.
Orang-orang yang tahu merasa cukup bukan saja akan selalu bersyukur tetapi juga membuka mata dan hatinya terhadap berbagai kebajikan dan kemurahan Tuhan. Bagi orang yang mampu mengatakan cukup, pemberian kecil akan sangat dirasa besar dan bermakna. Apalagi pemberian besar dari Tuhan, yaitu: keselamatan, keampunan dosa, hidup baru dan kekal, damai sejahtera. Jika berkat kecil saja mendorong orang-orang yang merasa cukup bersukacita dan bersyukur, apalagi berkat besar dan berkelimpahan. Sebaliknya orang-orang yang tidak pernah merasa berkecukupan tidak akan mampu mensyukuri apapun yang baik dalam hidupnya. Dan orang yang demikian akan mudah menjadi stress, sakit mag, darah tinggi, sakit jantung, lever, dan sebagainya[2]. Melalui Doa Bapa Kami yang diajarkan Yesus kepada murid-muridNya dan juga kepada kita semua, sesungguhnya sudah mengingatkan kita agar memohon kepada Bapa di Surga memberikan makanan yang secukupnya saja. Sebab bila lebih dari secukupnya, apa lagi bila sangat berlebihan dapat berakibat tidak baik bagi kehidupan manusia itu sendiri.
Pendalaman Nas
Aneh! Mungkin itu yang terbesit dalam pikiran kita membaca nas Bilangan 11:30-35. Allah memberikan burung puyuh ketika umatNya menginginkan makan daging. Namun selagi daging itu ada di mulut mereka, sebelum dikunyah, maka bangkitlah murka TUHAN terhadap bangsa itu dan TUHAN memukul bangsa itu dengan suatu tulah yang sangat besar[3]. Mengapa demikian? Agar kita tidak merasa aneh sebaiknya kita baca secara keseluruhan pasal 11. Allah murka dan menghukum umatNya tidak lain karena (1) mereka meragukan maksud baik Allah membawa mereka keluar dari mesir ke tanah Kanaan[4], (2) Tidak mengucap Syukur ketika diberikan makan daging sesuai permintaan mereka. Hal tersebut nampak dari kelakuan bangsa Israel yang dihinggapi nafsu rakus. Dalam ayat 32 disebutkan: “Lalu sepanjang hari dan sepanjang malam itu dan sepanjang hari esoknya bangkitlah bangsa itu mengumpulkan burung-burung puyuh itu -- setiap orang sedikit-dikitnya mengumpulkan sepuluh homer --, kemudian mereka menyebarkannya lebar-lebar sekeliling tempat perkemahan”. Dengan mengumpulkan setiap orang paling sedikit 10 homer (lebih 100 gantang) menunjukkan kerakusan mereka. Dari sikap tersebut memperlihatkan bagaimana dangkalnya pemahaman dan pengenalan mereka akan Allah yang telah membebaskan mereka keluar dari Mesir. Dapat dikatakan mereka meragukan maksud baik dan kuasa Allah. Mereka berpikir burung puyuh berterbangan ke daerah sekitar mereka hanya kebetulan, itu nasib baik mereka, sehingga mereka merasa perlu mengerahkan seluruh tenaga mengumpulkan burung puyuh sebanyak mungkin. Mereka lupa bahwa itu terjadi karena kuasa Allah. Allah yang memberikan semua itu dengan mengutus angin yang membawa burung puyuh dari arah laut (barang kali teluk Akaba)[5]. Dengan kata lain, dengan kelakuan mereka tersebut, mereka tidak atau kurang percaya terhadap pemeliharaan Allah kedepan sehingga mereka mengumpulkan sebanyak-banyaknya.
Pointer Aplikasi
1. Allah bukan tidak tahu keadaan umatNya. Ia tahu penderitaan mereka dan apa yang mereka dibutuhkan. Kadang Allah tidak segera menjawab doa umatNya. Allah mau melihat sejauhmana mereka setia atau patuh kepada Tuhan[6]. Apakah bagi mereka dan juga kita saat ini keselamatan yang dianugrahkan Allah jauh lebih berharga dari kekayaan dunia ini, atau tidak[7]. Allah tidak akan menghukum umatNya jikalau mereka tidak bersungut-sungut. Allah tidak akan membuat mereka mati terbunuh kena tulah ketika memakan daging burung puyuh jikalau mereka mengumpulkannya dengan ucapan syukur dan mengambil secukupnya, sesuai dengan kebutuhan. Tidak dilatarbelakangi nafsu rakus atau serakah.
2. Memang saat ini kita tidak lagi melihat Allah menghukum manusia sebagaimana Allah menghukum umatNya pada zaman Alkitab yang sering secara langsung. Namun tidak berarti Allah tidak menghukum manusia ketika tidak patuh kepada Tuhan. Kita melihat bencana terjadi dimana-mana. Itu karena apa? Banyak disebabkan karena kita tidak melakukan kebenaran Firman Tuhan seperti menjaga dan memelihara alam ciptaan Tuhan ini dengan baik[8]. Kita juga sering mendengar bahkan mungkin mengalami sendiri betapa karena kekuatiran yang berlebihan dan juga keinginan daging kita yang tidak pernah puas itu mengalami banyak penderitaan. Karena kekuatiran yang berlebihan akan hari esok mengakibatkan ada orang bekerja tanpa mengenal yang namanya waktu santai/waktu istirahat apa lagi pergi ke gereja menyembah Tuhan, dianggap suatu kebodohan. Seolah hanya dengan cara demikian ia baru bisa memiliki masadepan yang baik (masa depan yang cerah). Apakah benar demikian? Silahkan menjawabnya sendiri. Dan yang lebih parah lagi ada orang karena teropsesi menjadi kaya, menghalalkan segala cara untuk menjadi kaya, akibatnya memang benar ada yang menjadi kaya tetapi bukannya hidup berbahagia tetapi sebaliknya mendatangkan berbagai-bagai penderitaan mulai dari rumah tangga hancur, anak-anak hidup dalam pergaulan bebas (seks bebas, narkoba) sampai berakhir dalam penjara. Alangkah kasiannya orang demikian. Karena itu benarlah Firman ini: “apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia tetapi kehilangan nyawanya? Dan apakah yang dapat diberikannya sebagai ganti nyawanya”[9]. Demikian juga seperti disebutkan dalam Lukas 12:15 "Berjaga-jagalah dan waspadalah terhadap segala ketamakan, sebab walaupun seorang berlimpah-limpah hartanya, hidupnya tidaklah tergantung dari pada kekayaannya itu”.
Pondok Gede, 7 Agustus 2009
Pdt.S.Brahmana
Pdt.S.Brahmana
------------------------------
[1] Mazmur 23:1
[2] Eka Darmaputera, Spiritualitas siap juang. Jakarta:BPK Gunung Mulia, 2004, hl.104
[3] Ayat 33
[4] Dengan kata lain mereka tidak menyukuri apa yang telah Allah lakukan demi membela umatNya, sebaliknya mereka bersungut-sunggut. Bersungut-sunggut berarti tidak puas, kecewa terhadap Allah. Dalam ayat 1 disebutkan mereka bersungut-sungut karena “nasib buruk” mereka. Dalam ayat 4-5 mereka malah membandingkan keadaan mereka sekarang yang hanya memakan “manna” dengan keadaan mereka di Mesir dahulu.
[5] Memang dengan kemahakuasaannya Allah kadang memakai gejala alam untuk menolong umatnya.
[6] Itulah salah satu sebabnya mengapa Allah membiarkan bangsa Israel menempuh perjalanan 40 tahun lamanya di padang gurun baru kemudian tiba di tanah Kanaan. Padahal menurut beberapa tafsiran menyatakan bahwa jarak tersebut hanya memerlukan ± 6 bulan perjalanan, bahkan mungkin tidak perlu selama itu.
[7] Bd. Introitus, Matius 16:25
[8] Bd.Kejadian 2:15
[9] Matius 16:26
[1] Mazmur 23:1
[2] Eka Darmaputera, Spiritualitas siap juang. Jakarta:BPK Gunung Mulia, 2004, hl.104
[3] Ayat 33
[4] Dengan kata lain mereka tidak menyukuri apa yang telah Allah lakukan demi membela umatNya, sebaliknya mereka bersungut-sunggut. Bersungut-sunggut berarti tidak puas, kecewa terhadap Allah. Dalam ayat 1 disebutkan mereka bersungut-sungut karena “nasib buruk” mereka. Dalam ayat 4-5 mereka malah membandingkan keadaan mereka sekarang yang hanya memakan “manna” dengan keadaan mereka di Mesir dahulu.
[5] Memang dengan kemahakuasaannya Allah kadang memakai gejala alam untuk menolong umatnya.
[6] Itulah salah satu sebabnya mengapa Allah membiarkan bangsa Israel menempuh perjalanan 40 tahun lamanya di padang gurun baru kemudian tiba di tanah Kanaan. Padahal menurut beberapa tafsiran menyatakan bahwa jarak tersebut hanya memerlukan ± 6 bulan perjalanan, bahkan mungkin tidak perlu selama itu.
[7] Bd. Introitus, Matius 16:25
[8] Bd.Kejadian 2:15
[9] Matius 16:26
0 komentar:
Post a Comment