Nats: 1 Samuel 18:1-5
Berbicara mengenai persahabatan bagai kepompong, berarti paling tidak ada dua hal yang harus kita pahami, yang pertama persahabatan itu tidak semudah kita banyangkan, tidaklah jadi dengan sendirinya. Membutuhkan waktu dan proses yang kadang sangat tidak menyenangkan. Sebagaimana proses kepompong menjadi kupu-kupu. Yang kedua, semakin lama seharusnya semakin baik, semakin indah, semakin berguna bagi orang lain. Dalam persfektif kristiani berarti berguna bagi Kerajaan Allah dan sesama manusia.
Coba kita lihat gambar di bawah ini, bagaimana sebuah prosesi dari sebuah ulat yang notabene sebuah makhluk kecil yang lemah pemalas, rakus, kadang menjijikan bagi sebagian orang, akan tetapi melalui sebuah proses keterasingan yang lama, tanpa makan minum atau dalam sebuah kerangka untuk menuju suatu perubahan yang besar dan signifikan dapat kita liat hasilnya disamping, sebuah maha karya yang menakjubkan, dari sebuah ulat yang sebagian orang takut akan nya menjadi sebuah pemandangan yang dirindukan orang-orang ketika berada ditaman bunga.
Gambar: suatu proses menjadi kupu-kupu, telur, ulat, kepompong, pupu-kupu yang indah.
Melalui thema ini, saya menyakini ada kerinduan permata, khusunya pengurus permata, lebih khususnya lagi bidang pembinaan agar permata menuju proses persahabatan bagi kepompong. Persahabatan yang semakin lama semakin lebih baik, lebih indah, lebih dirasakan. Memang kita semua saudara, kita semua sahabat dalam Yesus Kristus. Tetapi apakah kita sudah menjadi sahabat yang baik? Sahabat yang saling menguatkan agar bertumbuh bersama kearah kedewasaan Kristus? (Efesus 4:13).
Mari kita belajar melalui persahabatan Daud dan Yonathan dalam 1 Samuel 18:1-5.
Daud dan Yonathan dapat menjadi sahabat yang baik, karena dalam pertemana tersebut:
(1) Tidak memandang status sosial. Daud: orang desa, penggembala. Yonathan: orang kota, anak raja. Kalau kita perhatikan ayat-ayat ini, Yonathan sering mengambil inisiatif duluan (karena ia mengerti statusnya, maka ia yang harus "turun"); (2) Tidak bertanya "Apa untungnya persahabatan saya dengan dia?" (3) Juga, Persahabatan Daud dan Yonatan mencakup semua yang termasuk dalam persahabatan biasa, seperti: penghargaan, kasih, kepercayaan, kelembutan, kesetiaan, pergaulan/hubungan tanpa kecurigaan, Membantu Teman Berhasil/Menguatkan. (4) Masing-masing melihat dalam diri yang lain suatu pertalian rohani.
(1) Tidak memandang status sosial. Daud: orang desa, penggembala. Yonathan: orang kota, anak raja. Kalau kita perhatikan ayat-ayat ini, Yonathan sering mengambil inisiatif duluan (karena ia mengerti statusnya, maka ia yang harus "turun"); (2) Tidak bertanya "Apa untungnya persahabatan saya dengan dia?" (3) Juga, Persahabatan Daud dan Yonatan mencakup semua yang termasuk dalam persahabatan biasa, seperti: penghargaan, kasih, kepercayaan, kelembutan, kesetiaan, pergaulan/hubungan tanpa kecurigaan, Membantu Teman Berhasil/Menguatkan. (4) Masing-masing melihat dalam diri yang lain suatu pertalian rohani.
Kita akan membahas beberapa hal dari kutipan pada poin 3 dan 4 di atas.
a) Penghargaan (1 Samuel 18:4).
a) Penghargaan (1 Samuel 18:4).
Kita harus memberi penghargaan atas apa yang baik dalam diri sahabat kita, atau atas hal baik yang ia lakukan. Hal salah yang sering terjadi adalah selalu mengkritik pada waktu sahabatnya salah, tetapi hanya berdiam diri pada waktu sahabatnya melakukan sesuatu yang baik. Mungkin ia menghargai tetapi ia tidak mau menyatakan hal itu (menghargai dalam hati). Ini tidak cukup; kita harus menyatakan penghargaan itu.
Dalam kasus Yonatan dan Daud, maka pemberian pakaian dan peralatan perang Yonatan kepada Daud (ay 4) mungkin sekali merupakan penghargaan, atau bahkan penghormatan, kepada Daud yang sudah berhasil mengalahkan Goliat.
b) Kasih (1Sam 18:1b-3).
Perhatikan kata "mengasihi" diulang-ulang terus di sini. Kasih merupakan syarat utama dalam persahabatan. Kasih menyebabkan kita bisa mengampuni kesalahan sahabat kita; kasih tidak iri hati (1Kor 13:4), kasih kadang-kadang memukul dengan maksud baik (Amsal 27:6), dan kasih menyebabkan kita melakukan segala sesuatu bukan untuk keuntungan/ kesenangan diri kita sendiri, tetapi keuntungan/kesenangan sahabat kita. Lawan kata dari kasih adalah egoisme.
c) Kepercayaan.
Supaya bisa ada kepercayaan, tentu harus ada kejujuran, ketulusan dan keterbukaan satu terhadap yang lain.
Dalam Pulpit Commentary disebutkan, bahwa dasar dari kesetiaan dan kekonstanan yang kita usahakan dalam persahabatan adalah ketulusan; karena tidak ada yang setia tetapi tidak tulus.
d) Kelembutan.
Ini bertentangan dengan keras dan kasar. Tetapi ini tidak berarti mudah tersinggung.
e) Pergaulan tanpa kecurigaan.
Ini berhubungan dengan kejujuran, ketulusan dan kepercayaan satu terhadap yang lain yang sudah dibahas di atas. Tetapi ini juga berhubungan dengan sifat mudah curiga yang terdapat dalam diri orang-orang tertentu, yang tetap ada dalam dirinya sekalipun sahabatnya jujur, tulus dan terbuka terhadapnya. Kalau sifat seperti ini tidak dibereskan, ini bisa merusakkan persahabatan.
f) Membantu Teman Berhasil/Menguatkan (bd. 1 Sam 23:15-18). Yonathan menguatkan Daud, bahkan walaupun ia mengetahui ia akan menjadi orang kedua di bawah Daud. Kata-kata yang benar dan mendorong sangatlah penting dalam membina persahabatan.
g) Kesetiaan (1Sam 20:33, 2Sam 9:1,7,11,12). Yonathan setia pada Daud sampai akhir, demikian juga sebaliknya.
h) Tambahan elemen agamawi: harus mempunyai iman yang sama. Ini memang tak berarti bahwa kita sama sekali tak boleh berteman dengan orang non kristen. Berteman biasa tentu boleh, karena kalau tidak, siapa yang memberitakan Injil kepada mereka? Tetapi bersahabat/berteman secara akrab, seharusnya dilakukan dengan sesama saudara seiman .
Salah satu implikasi ekklesiologis dari persahabatan yang baik adalah spend time together (meluangkan waktu bersama). Dengan kata lain untuk bersahabat maka kita harus ada untuk orang lain, maka yang menjadi pertanyaan selanjutnya adalah dimana hal itu dapat diwujudnyatakan, meluangkan waktu bersama setidaknya bisa dimulai di gereja. Gereja bukanlah sekedar tempat melakukan ritus-ritus keagamaan melainkan juga tempat dimana persahabatan bisa diwujudnyatakan, dan gereja juga merupakan persekutuan dari sahabat-sahabat dalam Kristus.
Penutup
Persahabatan tidaklah jadi dengan sendirinya. Menjadi sahabat yang baik memerlukan kemauan, inisiatif serta perjuangan. Persahabatan bagi kepompong dapat juga diartikan persahabatan di dalam Yesus Kristus akan mengubah kita menjadi sahabat yang baik.
Ingat!!! Sahabat setia kita adalah Tuhan Yesus. Ia sungguh-sungguh mengasihi kita, bahkan demi kasihNya Ia telah mati demi keselamatan kita. Karena itu Seorang sahabat yang baik, yang mengikuti teladan Kristus, ialah sahabat yang bersedia berkorban demi kebaikan sahabat yang dikasihinya.
Apakah saudara mau menjadi sahabat Tuhan Yesus? Menjadi sahabat Tuhan Yesus, berarti juga menjadi sahabat semua orang, khusunya sahabat bagi semua permata. Karena itu seorang sahabat yang baik, yang mengikuti teladan Kristus, ialah sahabat yang bersedia berkorban demi kebaikan sahabat yang dikasihinya.
10 KIAT MENJADI SAHABAT YANG BAIK
(1) Bersikap terbuka.
(2) Ciptakan keseimbangan antara memberi dan menerima.
(3) Terimalah sahabat anda sebagaimana adanya.
(4) Bila sahabat anda mempunyai sifat atau kebiasaan yang umumnya tidak disukai orang lain dan bisa menghambat pergaulan, ingatkanlah pada waktu yang tepat.
(5) Bermurah hatilah.
(6) Berikanlah perhatian.
(7) Bersikap penuh toleransi.
(8) Hargai sahabat anda sebagai seorang pribadi yang punya harga diri.
(9) Hormatilah privasi sahabat anda.
(10) Bila terjadi konflik, selesaikanlah segera.
Selamat menjalani persahabatan dengan Tuhan Yesus dan sesama manusia, khususnya sesama PERMATA. Tuhan Memberkati
Pondok Gede, 4 Juli 2009
Pdt.S.Brahmana
h) Tambahan elemen agamawi: harus mempunyai iman yang sama. Ini memang tak berarti bahwa kita sama sekali tak boleh berteman dengan orang non kristen. Berteman biasa tentu boleh, karena kalau tidak, siapa yang memberitakan Injil kepada mereka? Tetapi bersahabat/berteman secara akrab, seharusnya dilakukan dengan sesama saudara seiman .
Salah satu implikasi ekklesiologis dari persahabatan yang baik adalah spend time together (meluangkan waktu bersama). Dengan kata lain untuk bersahabat maka kita harus ada untuk orang lain, maka yang menjadi pertanyaan selanjutnya adalah dimana hal itu dapat diwujudnyatakan, meluangkan waktu bersama setidaknya bisa dimulai di gereja. Gereja bukanlah sekedar tempat melakukan ritus-ritus keagamaan melainkan juga tempat dimana persahabatan bisa diwujudnyatakan, dan gereja juga merupakan persekutuan dari sahabat-sahabat dalam Kristus.
Penutup
Persahabatan tidaklah jadi dengan sendirinya. Menjadi sahabat yang baik memerlukan kemauan, inisiatif serta perjuangan. Persahabatan bagi kepompong dapat juga diartikan persahabatan di dalam Yesus Kristus akan mengubah kita menjadi sahabat yang baik.
Ingat!!! Sahabat setia kita adalah Tuhan Yesus. Ia sungguh-sungguh mengasihi kita, bahkan demi kasihNya Ia telah mati demi keselamatan kita. Karena itu Seorang sahabat yang baik, yang mengikuti teladan Kristus, ialah sahabat yang bersedia berkorban demi kebaikan sahabat yang dikasihinya.
Apakah saudara mau menjadi sahabat Tuhan Yesus? Menjadi sahabat Tuhan Yesus, berarti juga menjadi sahabat semua orang, khusunya sahabat bagi semua permata. Karena itu seorang sahabat yang baik, yang mengikuti teladan Kristus, ialah sahabat yang bersedia berkorban demi kebaikan sahabat yang dikasihinya.
10 KIAT MENJADI SAHABAT YANG BAIK
(1) Bersikap terbuka.
(2) Ciptakan keseimbangan antara memberi dan menerima.
(3) Terimalah sahabat anda sebagaimana adanya.
(4) Bila sahabat anda mempunyai sifat atau kebiasaan yang umumnya tidak disukai orang lain dan bisa menghambat pergaulan, ingatkanlah pada waktu yang tepat.
(5) Bermurah hatilah.
(6) Berikanlah perhatian.
(7) Bersikap penuh toleransi.
(8) Hargai sahabat anda sebagai seorang pribadi yang punya harga diri.
(9) Hormatilah privasi sahabat anda.
(10) Bila terjadi konflik, selesaikanlah segera.
Selamat menjalani persahabatan dengan Tuhan Yesus dan sesama manusia, khususnya sesama PERMATA. Tuhan Memberkati
Pondok Gede, 4 Juli 2009
Pdt.S.Brahmana
0 komentar:
Post a Comment