THEMA:
Khotbah : Kejadian 22:9-14
Tokoh dalam Alkitab yang disebut sebagai bapa segala orang percaya adalah Abraham. Dia disebut demikian karena terbukti bahwa ia seorang yang sungguh-sungguh percaya kepada Tuhan. Ia seorang yang tidak hanya sekedar percaya tetapi orang yang sungguh-sungguh mempercayakan dirinya kepada Tuhan. Ketika Tuhan memanggilnya untuk meninggalkan kampung halaman berserta sanak saudaranya pergi ke tanah Kanaan, tempat yang tidak diketahui berapa Km jauhnya dan bagaimana sesungguhnya keadaan disana, Abraham tanpa memikirkan untung ruginya ia patuh kepada panggilan tersebut. Ia percaya janji Tuhan ya dan amin. Ia menggantungkan hidup dan masadepannya ke dalam janji itu. Dan benar sesuai janji Allah, Abraham diberkati. Kepada Abraham diberikan kekayaan, kemasyuran, dan keturunan pada masa tuanya[1].
Yang menarik mencermati iman Abraham, bahwa ia tetap memahami apa pun yang telah dimiliki itu semata-mata oleh karena pemberian Tuhan. Pemahaman ini membuat Abraham sungguh-sungguh patuh kepada Tuhan. Satu hal yang sangat berharga bagi Abraham dan Sara ialah anaknya Ishak. Ishak diberikan Allah kepada waktu usia mereka sudah tua. Dan sudah pasti Ishak sangat disayang. Dalam Kejadian 21:10 kita membaca, Sara meminta Abraham mengusir Hagar dan anaknya Ismael demi anaknya Ishak. Sebab menurut Sara hanya anaknya berhak yang menjadi ahli waris, walaupun Ismael juga anak Abraham dari Hagar, budak Sara. Namun pun demikian, ternyata ketika Allah meminta agar mempersembahkan anaknya Ishak, Abraham tidak menolak. Abraham patuh kepada Allah.
Pendalaman Nas
Kejadian 22:9-14 yang menjadi nas renungan kita menceritakan bagaimana Abraham mau mempersembahkan Ishak, anaknya. Memang kalau kita baca ayat 1 disana disebutkan bahwa Allah mencoba Abraham. Namun pertanyaannya ialah mengapa Allah memberikan cobaan yang bertentangan dengan janji Allah sendiri, yakni membuat Abraham menjadi bangsa yang besar? Ishak anak perjanjian yang dijanjikan Allah, kalau ishak mati bagaimana nantinya dibangun keturunan Abraham? Bukankah dengan perintah ini mencegah perjanjian dan rencana keselamatan Allah dengan perantaraan ketaatan itu? Adakah Allah bertentangan dengan dirinya sendiri? Seribu satu pertanyaan dlam pikiran kita, mungkin juga di hati Abraham pada saat itu. Kalau pertimbangan kemanusia kita, saya rasa kita menyarankan agar Abraham menolak saja perintah Allah tersebut. Lebih baik Abraham mogok melawan perintah yang menentang kemauan Allah sendiri.
Namun yang luarbiasanya, Abraham kembali memperlihatkan imannya yang “lugu” (tidak neko-neko). Allah memerintahkan, Abraham melakukan dengan patuh. Kita tidak dapat menyelami bagaimana perasaan Abraham pada saat itu. Terlebih ketika dalam perjalanan menuju tempat yang diperintahkan Allah kepadanya untuk mempersembahkan Ishak. Dalam ayat 9 disebutkan sampailah mereka ketempat yang ditunjukkan Allah kepadanya. Dan dengan tangannya sendiri Abraham mendirikan mezbah dan dengan tangannya sendiri mengikat Ishak dan menaruhnya di atas mezbah, di atas kayu api. Lalu ia mengambil pisau untuk menyembelih anaknya. Dan bagaimana dengan Ishak? Ishak bukan lagi anak kecil. Ia sudah besar. Ia dapat mengerti apa yang akan terjadi atas dirinya. Namun Ishak tidak membuka mulut. Ia pasrah terhadap apapun yang dilakukan bapanya kepadanya. Ia percaya bapanya tidak mungkin bermaksud jahat[2].
Benarkah Allah demikian bengis dan tidak mau tahu perasaan Abraham sebagai seorang bapa? Ternyata tidak. Pada saat dimana Abraham hendak menyembelih ishak, pada saat itu Allah melalui malekatnya menyerukan nama Abraham dua kali dan ditengah-tengah suasana yang mendebarkan hati tersebut ternyata Abraham masih mampu mendengar suara Tuhan dan ia pun patuh untuk tidak menyembelih Ishak. Dalam ayat 12 disebutkan maksud dari perintah untuk mempersembahkan Ishak. Melalui perintah itu Allah mau memeriksa atau menguji apakah Abraham sungguh-sungguh takut kepada Allah atau tidak. Abraham telah diuji dan ia lulus: “telah ku ketahui sekarang”… Allah telah mengetahui bahwa Abraham dengan iklas, dan dengan segenap hatinya mengasihi dan mematuhi Allah.
Dalam ayat 13 disebutkan ketika Abraham menoleh kebelakang ia melihat seekor domba jantan yang tanduknya tersangkut dalam belukar. Abraham mengambil domba tersebut lalu mempersembahkannya kepada Tuhan ganti Ishak. Apa artinya hal ini? Allah mau Abraham memahami bahwa Ishak bukanlah miliknya secara mutlak dan dapat diperbuat sesuka hati, melainkan adalah hadiah, karunia, anugrah pemberian sukarela Allah. Ishak seharusnya mati, tetapi ditebus Allah dengan seekor domba jantan menjadi penggantinya.
Pointer Aplikasi
(1) Salah satu indekator patuh tidaknya kita kepada Allah nampak melalui persembahan kita. Itulah yang disaksikan melalui nas renungan yang telah kita baca. Abraham disebut sebagai bapa semua orang percaya oleh karena imannya teruji melalui kepatuhannya kepada perintah Allah. Dan kepatuhannya yang luarbisa diperlihatkan ketika Abraham tidak menolak untuk mempersembahkan Ishak, anaknya sebagai koban sembelihan kepada Allah. Bagaimana dengan kita?
Pondok Gede, 19 Maret 2010
Pdt.S.Brahmana
[1] Abraham berusia 100 tahun dan sara 90 tahun (Kejadian 17:17).
[2] Hakim 11:35-36
[3] Matius 4:9
0 komentar:
Post a Comment