Friday, 9 April 2010

Asseb-Khotbah 1 Yohanes 2:1-6, Minggu 11 April 2010

Thema:
YESUS PERANTARA KITA, PATUHLAH
(Jesus kap kelang-kelangta, patuhlah!)
Introitus: 1 Petrus 2:2; Pembacaan: Mazmur 8:2-7
Khotbah: 1 Yohanes 2:1-6
Pendahuluan
Sebagai orang yang menyatakan diri pengkut Yesus Kristus seharusnyalah juga hidup sama seperti Kristus telah hidup. Hal inilah yang ditekankan Yohanes dalam ayat 6. Bagimanakah Kristus telah hidup? Intinya selama 33 tahun Yesus hidup di dunia ini, Yesus tidak pernah melakukan apapun yang tidak sesuai dengan kehendak BapaNya, Yesus patuh walaupun tidak sesuai dengan kehendaknya sebagai manusia. Ia percaya, bahwa semua kehendak bapaNya adalah rancangan yang baik, bukan sebaliknya[1]. Memang hidup menurut teladan Yesus bukan hal yang mudah. Misalnya hidup melayani bukan dilayani, hidup mengasihi dan mengampuni bukan sebaliknya, terlebih berani mati demi menyaksikan kebenaran, keadilan dan kejujuran. Walaupun tidak mudah, namun hal itu dituntut dilakukan oleh setiap orang yang mengaku mengenal Tuhan atau yang menyatakan diri sebagai pengikut Kristus. Hal inilah yang mau dikemukakan Yohanes dalam renungan kita Minggu ini.

Pendalaman Nas
Mendalami perikop kita, 1 Yohanes 2:1-6, hal pertama yang kita temukan adalah bahwa Yohanes menyapa jemaat yang menjadi alamat suratnya sebagai anak-anakku. Hal ini bukan berarti Yohanes sok tua atau mau mengecilkan jemaat. Tidak. Disamping Yohanes memang benar-benar sudah tua[2], seorang pemimpin rohani seharusnya menempatkan dirinya sebagai bapa rohani bagi jemaatnya. Seorang bapa berarti melindungi, menjaga dan memberikan yang dibutuhkan anak-anaknya dalam hal ini masalah kerohanian. Seorang bapa juga seharusnya menjadi panutan dalam segala hal. Paulus mengatakan bahwa Timotius anak rohaninya dan dalam memberikan nasehat Paulus juga berani mengatakan agar mengikuti teladanNya.

Dengan nada kebapakan, Yohanes memberi nasehat agar setiap orang yang telah menyatakan diri mengenal Allah dan menjadi pengikut Kristus tidak lagi berbuat dosa. Dosa berimplikasi merusak persekutuan dan menggersangkan sukacita[3]. Lebih jauh dosa menggiring orang kepada maut (kematian kekal), sebab upah dosa adalah maut[4]. Namun adakah orang steril dari dosa? Tidak. Semua orang telah berbuat dosa. Walaupun telah mengenal dan menjadi pengikut Kristus kemungkinan jatuh ke dalam dosa masih selalu ada, sebab si iblis belum pensiun. Sebagaimana disebutkan dalam 1 Petrus 5:8, si iblis masih sangat aktif. Ia seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya. Yohanes memahami hal ini sebab dalam realita kehidupan terkadang orang menjadi lemah dan berbuat dosa. Oleh karena itu sebagai seorang bapa rohani Yohanes memberi penghiburan agar tidak berpikir negatif terhadap hal itu, seperti berpikir bahwa Allah tidak akan lagi mau memberi pengampun jika setelah menerima pengampunan kembali jatuh ke dalam dosa sehingga memutuskan untuk terus hidup dalam dosa. Kepalang sudah basah ya basah sekalian. Hal ini tidak benar. Menurut Yohanes pintu pengampunan masih terbuka lebar sebab ada Yesus yang adil sebagai pengantara kita dengan Bapa. Dialah yang telah datang kedunia ini sebagai pendamai untuk segala dosa kita, bukan kita saja tetapi siapa saja jikalau menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruslamatnya dosanya diampuni. Namun pun demikian, hal ini tidak boleh disalahmengerti. Seolah dengan pemahaman ini kita tidak takut berbuat dosa karena ada Yesus sebagai pendamai. Tidak. Kata adil menekankan bahwa Allah mengampuni melalui cara yang sesuai dengan keadilan. Pengampunan tidaklah sama sekali menghilangkan hukuman yang dijatuhkan pengadilan dunia dan moral. Katakanlah dosa mencuri (korupsi), seperti yang ramai diberitakan saat ini. Benar kalau dia menyesal dan bertobat Allah mengampuni dosanya. Namun hukuman penjara yang ditetapkan sesuai dengan undang-undang yang berlaku dan juga moral dari masyarakat tidak dapat dihindarkan. Terlebih yang perlu juga di ingat, benar bahwa kapan saja kita bertobat Allah menerima pertobatan kita, namun masalahnya masihkah kita mempunyai kesempatan bertobat? Menurut saya, cara kerja dosa dapat di analogikan seperti sarang spider (laba-laba). Ketika lalat terjebak dalam perangkap spider lalat tersebut tidak mudah untuk melepaskan diri, apa lagi spider tentu tidak tinggal diam ketika mangsanya telah terperangkap. Spider akan mengluarkan jaringnya untuk melilit dan melilit sehingga lalat tidak berdaya dan pada akhirnya mati dimangsa. Oleh karena itu mintalah senantiasa prtolongan Tuhan agar kita tidak berbuat dosa lagi.

Hal kedua yang dikemukakan dalam perikop kita adalah ketaatan. Bagi Yohanes siapapun dia yang mengaku menegenal Allah sah-sah saja, namun benar tidaknya pengakuan tersebut diuji dari sejauhmana ia menuruti perintah-perintah Tuhan. Hal ini ditekankan karena Yohanes memahami adanya suatu pengetahuan yang nyata menegenai Allah yang tidak menghasilkan ketaatan. Oleh karena itu ditegaskan Yohanes di sini bahwa pengenalan akan Allah hanya dapat dibuktikan dengan ketaatan kepada Allah. Bila tidak demikian orang tersebut adalah seorang pendusta, artinya pengakuan orang tersebut tidak benar. Benar apa yang dikemukakan C.H.Dodd yang di kutif William Barclay[5] bahwa “mengenal Allah adalah mengalami kasihNya di dalam Kristus, dan mengembalikan kasih itu di dalam ketaatan”.

Pointer Aplikasi
(1) Akibat dosa sudah jelas. Dosa merusak persekutuan, dosa meredupkan dan menghilangkan sukacita. Lebih Jauh dosa menggiring kita ke dalam penderitaan dan pada akhirnya kematian kekal. Oleh karena itu janganlah berbuat dosa. Namun bila saat ini kita masih hidup dalam dosa jangan membuat kita merasa tidak ada jalan keluar, atau Allah tidak mau lagi mengampuni dosa kita sehingga kita terus berbuat dosa. Yohanes mengatakan “jika seorang berbuat dosa, kita mempunyai seorang pengantara pada Bapa, yaitu Yesus Kristus, yang adil”[6]. Artinya di dalam Yesus yang sudah mati disalibkan karena dosa-dosa manusia kita beroleh pengampunan. Kapanpun jikalau kita bertobat Allah mengampuni kita dan menerima kita oleh karena Yesus Kristus. Namun jangan dengan pemahaman ini kita tidak takut berbuat dosa dan terus berbuat dosa. Sebagaimana telah disebutkan kuasa dosa dapat dianalogikan dengan sarang laba-laba (spider). Ia akan menjarat kita sehingga sampai akhir hidup kita tidak dapat lagi bertobat. Karena itu benar seperti difirmankan dalam Ibrani 3:15, "Pada hari ini, jika kamu mendengar suara-Nya, janganlah keraskan hatimu…
(2) Setiap orang boleh saja mengaku bahwa dia sungguh-sungguh sudah bertobat, dia sungguh-sungguh mengenal Allah. Ia berdoa berjam-jam setiap hari dan banyak menghapal ayat-ayat Alkitab, dsb. Namun semuanya itu tidak berarti apa-apa dan tidak akan membuat orang tersebut benar-benar mengalami kasih Allah yang sesungguhnya jikalau tidak hidup menuruti FermanNya, hidup seperti Kristus hidup. Bagaimana itu? Melayani bukan dilayani, merendahkan diri bukan meninggikan diri, mengampuni bukan sebaliknya, terlebih berani menderita bahkan mati sekalipun demi menyaksikan kebenaran, keadilan dan kejujuran.
(3) Hidup menuruti FirmanNya bukanlah hal yang mudah, karena kita masih hidup di dunia ini dimana kuasa kedagingan dan kuasa keduniawian (iblis belum pensiun) akan terus menerus berupaya membuat kita tidak patuh, tidak hidup seperti Kristus hidup. Banyak tantangan hidup dalam kepatuhan. Tetapi jangan membuat kita psimis, karena ada Allah kita yang akan menolong dan melindungi, sebab istilah “pengantara” dalam bahasa Yunani “parakletos” juga berarti sebagai penolong, sebagai pelindung. Hal yang juga penting ialah bahwa Allah tidak memberi kita perintah melebihi kemampuan kita untuk mematuhinya. Dan sesuai janjiNya setiap orang yang patuh kepada perintahNya sungguh akan menikmati kasihNya dan kedamaian dalam hidup kita[7].
Pondok Gede, 9 April 2010
Pdt.S.Brahmana

--------------------------
[1] Yeremia 29:11
[2] Yohanes mestinya merupakan orang terakhir yang masih hidup dari generasinya. Mungkin seorang yang paling akhir yang masih hidup yang pernah berjalan dan bercakap-cakap dengan Yesus pada waktu Yesus masih hidup (William Barclay, Pemahaman Alkitab Setiap Hari surat-surat Yohanes. Jakarta: BPK Gunung Mulia, hal.55).
[3] Mengenai hal ini Yohanes sudah kemukakan dalam 1 Yohanes 1:3 dan 4 bahwa ia menulis suranya ini supaya pembaca dapat menikmati persekutuan, dan supaya sukacitanya menjadi sempurna.
[4] Roma 6:23
[5] William Barclay, Pemahaman Alkitab Setiap Hari Surat-surat Yohanes dan Surat Yudas. Jakaarta: BPK Gunung Mulia, 1990, hal.69
[6] Ayat 1
[7] Bd.Ayat 5


Artikel lain yang terkait:



0 komentar:

Post a Comment