Saturday, 26 June 2010

Asseb-Khotbah 1 Petrus 3:13-17, Minggu 27 Juni 2010

Thema:
LAKUKAN SENANTIASA YANG BAIK
(Tetaplah dalanken si mehuli)

Introitus: 1 Korintus 15:58; Pembacaan: Pengkhotbah 3:16-22
Khotbah: 1 Petrus 3:13-17

Pendahuluan
Semua orang pasti mengharapkan agar orang lain berbuat baik kepadanya, kecuali manusia tidak normal. Namun tidak semua orang senang dan bersedia melakukan perbuatan baik. Aneh memang. Namun realitanya, ya demikian. Mengapa bisa demikian? Banyak yang menjadi penyebab. Terlebih ditengah-tengah jaman “edan” saat ini, demikian ada orang menggambarkan kondisi sekarang, berbuat baik dianggap tindakan bodoh, tidak populer, merugikan, dsb. Walaupun dalam realitanya sering demikian, bagaimana dengan orang kristen? Apakah ikut-ikutan edan?

Pendalaman Nas
Perikop kita menekankan agar rajin berbuat baik. Bagi Petrus berbuat baik sebagai bagian dari hidup orang kristen untuk melakukan kebenaran menjadi keharusan sehubungan dengan tugas panggilannya di tengah-tengah dunia ini. Sebelumnya, Petrus sudah memberi nasehat kepada istri-istri dan suami[1]. Tips yang diberikan Petrus tidak lain agar istri tetap berbuat baik bagi suaminya dengan berusaha patuh. Memang hal ini tidak mudah. Namun Istri harus menyadari bahwa hal ini dilakukan bukan semata-mata kepentingan keharmonisan dalam keluarga saja tetapi terlebih dalam rangka memenangkan jiwa bagi Allah. Dan ini tugas semua orang percaya. Demikian juga suami agar hidup bijaksana terhadap istrinya. Kebaikan yang harus dinampakkan suami kepada istrinya sebagai implikasi imannya adalah hidup bijaksana. Dalam Kamus Populer[2], bijaksana berarti pandai memakai akal pikiran serta dapat membedakan yang baik dan mana yang tidak baik, arif, selalu dengan nalar. Dengan demikian dalam hubungannya dengan istri, suami yang bijaksana akan mengerti dan memahami keadaan istrinya sehingga jika dirasa ada kekurangan tidak dengan mudah menjatuhkan hukuman. Terlebih dalam kekristenan dipahami bahwa laki-laki dan perempuan sama-sama pewaris dari kasih karunia. Dengan pemahaman ini suami tidak boleh arogansi terhadap istrinya sebaliknya menghormatinya.

Demikian juga dalam hidup ditengah-tengah persekutuan. Petrus menekankan agar hidup saling memberkati, bukan sebaliknya membalas kejahatan dengan kejahatan, caci maki dengan caci maki. Artinya, memohon kuasa Allah yang penuh kasih dan karunia agar dicurahkan atas segala orang, juga atas mereka yang menghendaki kita ditimpa oleh kecelakaan. Memang bagian terakhir ini sering tidak mudah dilakukan. Mungkin mulut mengatakan memberkati, tetapi dalam hati mengutuk. Bila demikian, mengapa Petrus memberikan nasehat demikian? Alasannya sangat jelas. Sebagaimana dikutip Petrus dalam Mazmur 34:13-17. Bahwa orang kristen dipanggil untuk hidup dijalan yang benar dan jujur, dan dengan alasan yang sama dengan Perjanjian Lama, Allah akan mengawasi dan memberkati kelakuan tersebut, sebaliknya Allah menentang kelakuan yang bertentangan dengan hidup saling memberkati.

Memang hidup menjalankan kebenaran di tengah-tengah dunia ini, terlebih di jaman “edan” ini bukanlah sesuatu yang mudah. Walaupun logikanya kegiatan untuk kebenaran yang dilakukan orang percaya tidak mungkin mengakibatkan penganiayaan. Namun dalam realitanya sering tidak demikian. Banyak contoh mengenai hal ini. Karena menolong orang kecelakaan lalu lintas, kemudian dijadikan sasaran pemerasan oleh pihak keluarga yang menyatakan mengambil barang-barang korban. Karena tidak bersedia korupsi dan menerima pembagian uang korupsi dikucilkan teman-teman sekantor, bahkan dimutasi ketempat lain. Demikian juga karena membuat “minggu ceria” bagi anak-anak sekolah minggu dan kebetulan ada anak tentangga ikut bergabung, 3 orang guru sekolah minggu (dr Rebecca Laonita, Ratna Mala Bangun dan Ety Pangesti) diponis 3 tahun penjara dengan tuduhan pemurdatan, dll. Apakah dengan realita demikian membuat orang kristen enggan melakukan hal yang baik? Seharusnya tidak. Petrus mengatakan dalam ayat 14 “sekalipun kamu harus menderita juga karena kebenaran, kamu akan berbahagia”. Mengapa berbahagia? Pertama, sebagaimana disebutkan Yesus dalam Yohanes 15:8-9, dibenci atau menderita karena tidak hidup menurut cara-cara dunia memperlihatkan bahwa kita sungguh-sungguh milik Kristus. Kedua, penderitaan dipahami sebagai cobaan, sebagai sarana pembuktian akan kemurnian iman. Jikalau emas yang fana juga diuji kemurniannya dengan api, tentu terlabih lagi iman kita yang jauh lebih tinggi nilainya dibanding dengan emas[3]. Ketiga, Sebab mata Tuhan tertuju kepada orang-orang benar, dan telinga-Nya kepada permohonan mereka yang minta tolong, tetapi wajah Tuhan menentang orang-orang yang berbuat jahat[4]. Keempat, karena pada akhirnya kita akan beroleh keselamatan[5].

Dengan pemahaman demikian, Petrus mengingatkan jemaat agar tidak usah takut dalam berbuat baik. Walaupun selalu ada risiko hidup yang demikian, yakni penderitaan. Tetapi takutlah kepada Tuhan dengan hidup benar, hidup selalu berbuat baik. Memang hidup di tengah-tengah dunia tidak ada orang yang steril dari yang namanya penderitaan. Baik orang yang percaya atau pun tidak, baik orang yang hidup benar atau tidak. Jika demikian, bukankah lebih baik menderita karena berbuat baik dari pada menderita karena berbuat jahat? Demikianlah Petrus menegaskannya dalam ayat 17. Sebab menderita oleh karena berbuat baik sebagai implkasi iman kita kepada Yesus Kristus akan berakhir kebahagiaan, happy ending.

Pointer Aplikasi
(1) Dalam Mazmur 145:9, disebutkan bahwa Allah itu baik. Kebaikan Allah yang spektakuler telah dinyatakan di dalam Yesus Kristus. Demi keselamatan manusia Ia rela mati di salibkan. Memahami hal ini, sangat wajar apa bila Paulus mengatakan bahwa ia orang yang “berhutang”[6]. Paulus merasa berhutang jika belum memberitakan Injil kepada semua orang, sebagai ucapan syukur atas anugrah keselamatan yang telah diterimanya. Memberitakan Injil tentu bukan saja dengan perkataan tetapi juga melalui bagaimana kita hidup. Sebab memberitakan Injil dengan perkataan tanpa diikuti dengan hidup yang benar tidak akan membawa orang kepada pertobatan. Hal inilah yang dipahami Petrus sehingga ia memberi nasehat kepada istri-istri agar tunduk kepada suami supaya jika ada di antara mereka yang tidak taat kepada Firman, mereka juga tanpa perkataan dimenangkan oleh kelakuan isterinya, jika mereka melihat, bagaimana murni dan salehnya hidup isteri mereka itu.

(2) Thema kita, tetaplah lakukan yang baik. Benar berbuat baik tidaklah mudah. Dalam berbuat baik sebagaimana dikehendaki Tuhan memang ada kalanya kita mengalami penderitaan. Dan bila itu yang terjadi, jangan lantas kita takut berbuat baik lagi, teruslah lakukan yang baik sebab Tuhan berkenan kepada orang-orang yang demikian. Ia akan menolong kita dan memeberkati kita, sebab mata Tuhan tertuju kepada orang-orang benar, dan telinga-Nya kepada permohonan mereka yang minta tolong, tetapi wajah Tuhan menentang orang-orang yang berbuat jahat."

Ilustrasi mengenai berkat berbuat baik. Ada sebuah cerita tentang seorang yang menjadi pegawai di sebuah toko di Pattsburgh, Pennsylvania, Amerika Serikat. Pada waktu itu hujan turun sehingga pengunjungnya berkurang banyak, dan penjaga-penjaga toko sedang ngobrol satu sama lain. Tiba-tiba kelihatanlah seorang ibu tua yang sedang mondar-mandir di luar toko. Walaupun penjaga toko ini tahu bahwa ibu tersebut sedang membuang waktu, tetapi ia mengundang ibu tua itu masuk ke tokonya dan mempersilahkannya duduk. Setelah ibu itu duduk di kursi yang enak, sipenjaga toko ini bertanya apakah dia dapat menolong ibu itu. Ibu itu berkata bahwa ia sedang menunggu seorang teman untuk menjemputnya.

Penjaga toko ini dengan sabar keluar masuk tokonya untuk melihat apakah teman ibu itu sudah datang. Akhirnya datanglah teman ibu tua ini lalu iadiantar oleh penjaga toko ke ruang tempat ibu itu duduk. Penjaga toko itu mungkin tidak terlalu ramah, namun dia adalah seorang pekerja yang setia sehingga kesetiaannya nampak dalam banyak hal.

Si ibu tua dan temannya itu pun segera pergi. Setelah beberapa hari penjaga toko ini menerima sebuah kartu ucapan terimakasih yang amat indah. Kartu ini ditandatangani oleh Andrew Carnegie, pemilik suatu peusahaan besar "The American Steel Company". Andrew Canegie adalah putra dari ibu tua yang dipersilahkannya duduk beberapa hari yang lalu.

Perbuatan baik ini ternyata menghasilkan buah yang tidak terduga! Beberapa saat kemudian Canegie membangun sebuah proyek di Skotlandia. Ibu tua ini terus-menerus mendesak anaknya untuk memesan perabot-perabot rumah tangga dari toko di mana penjaga toko tadi bekerja. Daftar pesanan yang banyak, membuat toko tadi menjadi bertambah besar. Juga penjaga toko ini akhirnya menjadi seorang pengusaha yang berhasil. Dia dengan setia melaksanakan tugasnya, bahkan samapai diluar batas tanggungjawabnya. Kesetiaannya menyebabkan dia dapat membangun suatu hubungan yang amat menguntungkan dalam hidupnya (Sumber ilustrasi: Madu Sorgawi, Ishak Sugianto).

Ini sebuah ilustrasi, bahwa kebaikan sekecil apa pun yang kila lakukan sangat berguna dan akan mendatangkan berkat. Oleh karena itu teruslah lakukan yang baik.

Pondok Gede, 25 Juni 2010
Pdt.S.Brahmana

-------------------------------
[1] 1 Petrus 3:1-7
[2] Pius A Partanto, M.Dahlan Al Barry, Kamus Ilmiah Populer. Surabaya: Arkola Surabaya, 1994.
[3] 1 Petrus 1:6-9
[4] 1 Petrus 3:12
[5] Yakobus 1:12
[6] Roma 1:14


Artikel lain yang terkait:



0 komentar:

Post a Comment