Khotbah: 1 Kor.12:14-27
BERSATU DALAM KEPELBAGAIAN
(Ersada ibas Kinierbagen)
1. Korintus masuk wilayah Yunani, pusat pertemuan berbagai budaya, kota teater, kota ilmu pengetahuan, kota olah raga, kota pelabuhan, dan terkenal kuil penyembahan kepada dewa cinta Afrodite. Kota yang sangat duniawi, yang terkenal dengan kejahatannya. Dalam bahasa Yunani ada istilah “mengkorintuskan” yang berarti menjalankan kehidupan yang ditandai kemabukan dan percabulan. Paulus prihatin karena jemaat di Korintus sedang mengalami perselisihan yang mengakibatkan perpecahan.
2. Paulus menyampaikan pengajaran tentang kharisma yaitu karunia-karunia Roh. Kata ini menekankan kebaikan dan kemurahan Tuhan dalam memberikan kemampuan dan tanggungjawab khusus kepada jemaat Kristen. Karunia ini untuk menguatkan jemaat melalui kehidupan yang penuh sukacita, damai sejahtera dan pelayanan serta peribadatan yang benar. Jika karunia itu adalah untuk bernubuat baiklah kita melakukannya sesuai dengan iman kita; jika karunia untuk melayani, baiklah kita melayani; jika karunia untuk mengajar, baiklah kita mengajar; jika karunia untuk menasihati, baiklah kita menasihati; siapa yang membagi-bagikan sesuatu, hendaklah ia melakukannya dengan hati yang ikhlas; siapa yang memberi pimpinan, hendaklah ia melakukannya dengan rajin; siapa yang menunjukkan kemurahan, hendaklah ia melakukannya dengan sukacita. Jadi Paulus sangat menekankan, bahwa kasih adalah karunia yang paling utama diatas semua karunia-karunia tadi.
3. Allah juga telah menetapkan beberapa orang dalam jemaat : pertama rasul, kedua nabi, ketiga guru, ada juga beberapa orang yang mempunyai kemampuan melebihi kuasa manusia, ada yang mampu menyembuhkan orang sakit, ada yang mampu berbicara dalam bahasa-bahasa Roh dan ada yang mampu menafsirkan bahasa-bahasa Roh itu. Walaupun demikian Paulus tetap menggaris-bawahi bahwa yang istimewa diatas semuanya adalah karunia kasih (1 Kor.13). Kasih adalah kemudi yang harus mengemudikan karunia-karunia Roh itu.
4. Dalam kenyataan ada 2 (dua) kesalahan yaitu kecendrungan menganggap ada karunia yang lebih berbobot karena punya nilai lebih dan ada pula karunia yang direndahkan serta kurang bernilai. Seakan-akan karunia berbahasa lidah lebih berbobot.
Demikianlah dalam jemaat ada pengkultusan kepada orang yang punya karunia nilai lebih tadi yaitu orang yang mampu berbahasa lidah.
5. Karena itu mulai ayat 14 Paulus dengan sangat bijaksana merobah pola pikir, justru kepelbagaian karunia membuka peluang melakukan banyak hal untuk mempermuliakan Tuhan dengan perbandingan “tubuh”. Tubuh merupakan kombinasi dari begitu banyak anggota. Dalam ayat 15-17 Paulus menyalahkan orang yang terlalu meninggikan karunia tertentu. Demikian juga pada ayat 18-26 Paulus mengarahkan setiap orang supaya memposisiken seperti ayat 18 “Kita lihat bahwa Allah yang menempatkan anggota-anggota itu pada tubuh. Masing-masing ditempatkan ditempatnya oleh Allah menurut kehendakNya” ( terj.BIMK). atau “Tetapi Allah telah memberikan kepada anggota, masing-masing secara khusus, suatu tempat pada tubuh, seperti yang dikehendakiNya” (TB). Tuhan telah menempatkan pada tempatnya dengan baik. Allah telah menempatkan : kaki dibawah, telinga disebelah kepala, demikian pula tangan dan mata didepan, dlsb.
6. Kristus adalah kepala tubuh itu sendiri, yang membuat para pengikutNya menjadi satu karena saling berbagi dalam satu roti dan satu cawan Perjamuaan Kudus. Seperti diungkapkan dalam 1 Kor.10:17 “Karena roti adalah satu, maka kita, sekalipun banyak, adalah satu tubuh, karena kita semua mendapat bagian dalam roti yang satu itu”. Kita semua tubuh Kristus, dan masing-masing adalah anggotaNya. Karena itu, jika satu anggota menderita, semua anggota turut menderita; jika satu anggota dihormati, semua anggota turut bersukacita.
7. Dengan jelas sekali Kristus memproklamasikan hak istimewa “prerogative”, karenanya walaupun mata bukan tangan, tidak boleh mata mengatakan kepada tangan, “Aku tidak memerlukan kamu”. Mata anggota yang mulia dalam tubuh, tapi mata memerlukan tangan untuk mendapatkan apa yang dilihat oleh mata tadi dan sekali gus untuk membela mata juga. Dengan demikian Paulus ngajarkan bahwa tiap-tiap anggota jemaat memerlukan anggota yang lain dan menolongnya.
8. Dalam ayat 22 Paulus mengingatkan anggota yang nampaknya paling lemah, justru yang paling dibutuhkan. Jadi yang lemah ditempatkan ditengah-tengah yang kuat. Artinya kalau ada bagian yang kurang menarik tempatkanlah itengah-tengah yang sangat menarik, supaya yang kurang menarik tadi mendapat perhatian. Kalau kaki terluka, maka pikiran menyuruh mata melihat yang terluka itu, lalu tanganpun langsung bergerak untuk membersihkan, mengobati, dan membalut kaki yang terluka itu. Demikian juga ditengah-tengah jemaat, kalau ada yang sakit, tentu semua anggota merasa sakit. Dan kalau ada yang mengalami sukacita, semua bergembira.
9. Dengan membandingkan “lukisan tubuh”, jelas bahwa tidak ada lagi alasan kalau masih ada golongan yang mengklaim diri paling utama atau yang paling penting, sedangkan golongen yang lain kelas murahan. Pengkotak-kotakan yang mengklaim golongan Paulus atau Apolos atau Petrus atau Kristus tidak lagi penting, dan yang penting bagaimana agar masing-masing sesuai dengan keberadaannya dapat melayani Tuhan, dan itulah Karunia Roh. Dengan pola pikir seperti ini sudah semakin jelas manfaatnya, kalau masing-masing orang mempunyai karunia yang berbeda. Kita tidak mungkin mengerjakan banyak hal kalau kita semua mempunyai karunia yang sama saja. Karenanya patut kita bersyukur bila memiliki karunia yang berbeda asal mempunyai tujuan yang sama. Seperti nyanyian GBKP No.209:4 “Erbage-bage pemere, man banta kerina. Tujunna sada me kepe : Terpuji Dibata”.
10. Kalau kita berandai-andai, andai kata tubuh kita hanya memiliki mata, bagaimana berjalan, bagaimana bergerak ? Dapat kita bayangkan kesulitan yang dialami oleh orang yang tidak lengkap organ tubuhnya. Katakanlah : tidak melihat, atau tidak mempunyai tangan atau tidak mempunyai kaki, dlsb.
11. Melalui bacaan Yesaya 2:1-3 mengajak bangsa-bangsa datang ke Sion sebagai pusat kerajaan damai. Ditempat itu ada nuansa damai, disitu diajar dan dibentuk bagaimana hidup sesuai kehendak Tuhan.
Pointer Aplikasi :
1) Tuhan menciptakan kita berbeda satu dengan yang lain, walaupun orangnya kembar. Semua mempunyai peran dan fungsi sendiri-sendiri dan penting. Artinya setiap jemaat menerima kharisma atau nilai lebih yang diberikan Tuhan, yang tentunya dipakai untuk melayani orang lain lebih efektif, dan bukan untuk menyombongkan diri. Semua organ tubuh mulai dari telapak kaki sampai ke ujung rambut mempunyai fungsi yang bervariasi dan tiada yang sia-sia. Semua punya nama, dan nama itu yang mengidentifikasi peran dan fungsinya.
2) Peringatan ! Sering kita terjebak, melihat perbedaan itu menjadi sumber perpecahan, karena ada pergeseren tujuan dimana tidak lagi untuk memuliakan Tuhan tapi penonjolan diri. Kalau tetap dalam tujuan dan rel yang sama, justru dengan perbedaan itu semakin memperkaya dan sekali gus semakin banyak bidang yang dapat dikerjakan.
3) Agar tidak mudah anjlok keluar dari rel dan bergeser dari tujuan, maka Alkitab merupakan pedoman yang tidak bisa ditawar-tawar lagi, seperti Mazmur 119:105 “Firman-Mu itu pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku”. Dalam operasional ditetapkan “Tata Gereja dan Garis Besar Pelayanan”, dan sebagai anggota PGI ada “Lima Dokumen Keesaan Gereja” yang perlu terus dibaca dan dipedomani oleh setiap gereja yang bernaung dibawah payung PGI.
4) Dapat dibayangkan bagaimana jadinya kalau mulut ini tidak kompak dengan perut walaupun dalam satu tubuh. Katakanlah masuk makanan yang bergizi, tentu perut bersyukur kepada mulut dan lidah. Mungkin ada kalanya perut protes juga kepada mulut dan lidah yang egois, yang enak sendiri dalam menyantap makanan sampai di kerongkongan enak-enak saja, tetapi akhirnya sangat menyiksa perut yang terlihat saat diare. Karenanya, kitalah manajer yang adil untuk mengelola semua anggota tubuh kita. Sebab semuanya anggota berperan bagi pertumbuhan tubuh, untuk menyehatkan tubuh. Kita tidak boleh pilih kasih untuk membela anggota tubuh tertentu, tetapi dapat menyiksa anggota tubuh yang lain. Mulailah menjadi pemimpin buat diri sendiri. Sebagai jemaat, mari dengan rendah hati menyerahkan hidup kita kepada Tuhan, agar dengan penuh keadilen Tuhan mengelola kepelbagaian kita semua ke satu tujuan yaitu Soli Deo Gloria.
Jakarta/Bogor, 6 September 2010
Pdt.E.P.Sembiring
---------------------------------
Masukan sermon, 1 September 2010
- Menerima fakta memang tidak sama, bahwa ada yang kuat dan ada yang lemah. Yang lemah jangan menganggap lemah sehingga tidak berbuat apa-apa lagi, tetapi apa yang dapat dilakukan, lakukanlah. Yang penting kebersamaan. Sebagai ilustrasi : Menarik kayu membangun rumah adat “siwaluh jabu”, ada pembagian tugas, semua dapat diselesaikan.
- Tidak semua “serayan” memiliki potensi yang sama, karenanya manfaatkan sesuai kesanggupannya.
- Mengetengahkan kasus “Gunung Sinabung”. Bagaimana kita membuktikan kebersamaan menolong pengungsi.
- Berbicara mengenai “Bersatu dalam kepelbagian” berarti juga baik intern mau pun ekstern.
- Dalam masyarakat Koro, hidup dalam kesatuan sudah merupakan bagian dari hidup yang dinyatakan dengan adanya rumah adat “rumah siwaluh jabu”. Konon katanya untuk membangun rumah adat ini dilakukan dengan gotong-royong. Untuk membangun rumah adat dibutuhkan kayu yang besar yang diambil di dalam hutan. Dahulu belum ada angkutan bermesin seperti sekarang ini. Kayu yang besar itu ditarik beramai-ramai ke desa. Sudah pasti ada yang tenaganya sangat kuat, ada yang sedang-sedang saja, ada juga yang lemah, demikian juga tidak semua ikut menark, ada yang mendorong, ada yang bernyanyi memberi semangat, ada yang membawa minuman, dll.
- Secara umum jika membuat suatu pesta terlebih dahulu ditentukan siapa-siapa panitianya. Masing masing-masing diberi tanggungjawab. Jikalau itu pesta perkawinan adat Karo di kampung, sebelum hari pelaksanaannya anak beru sudah membagi tugas sipa yang akan menggelar tikar, memotong lembu, memasak, mencari bambu ke hutan, dll. Pernah terjadi kerja-kerja (pesta) perjabun (perkawinan) di suatu kampung. Ada seorang Bapak namanya Pa Cikala. Pada kerja-kerja tersebut, dia salah seorang “anak beru”. Pa Cikala orangnya rajin, kepadanya diserahi tanggungjawab menggelar tikar. Pada hari pelaksanaan kerja-kerja itu, Pa Cikala sudah bangun jam 4 pagi. Setelah cuci muka, dia pergi ke Losd (Jambur). Karena tenaga untuk memotong lembu kurang, dipanggil Pa Cikala membantu. Selesai pekerjaan tersebut, ia kembali ke Losd, karena masih pagi dan tamu juga belum ada yang datang, kembali Pa Cikala diminta mengambil bambu di penggiran desa. Sementara Pa Cikala mengambil bambu tamu sudah pada datang dan tikar belum digelar. Sehingga anak anak beru kepala bertanya kepada anak beru yang lain siapa yang bertanggungjawab untuk menggelar tikar, mereka mengatakan Pa Cikala. Ketika ia sampai di Losd ia bukannya mendapat pujian tetapi sebaliknya, ia dimarahi. Pa Cikala juga menjadi Marah. “Aku sudah bangun jam 4 pagi, aku sudah membantu memotong lembu, aku juga sudah mengambil bambu, kalian sudah melakukan apa?”, katanya. Ini satu contoh, karena terlalu mencampuri urusan yang lain, tugas utamanya terlupa, sehingga pesta tersebut mengalami kekacauan. Dengan ilustrasi ini mengingatkan peran kita dalam kebersamaan.
1 komentar:
Realitas kepelbagaian menjadi sesuatu hal yang harus disyukuri, sebab apa gunanya Allah menciptakan manusia dengan sama tanpa perbedaan-perbedaan? Selanjutnya perbedaan-perbedaan itu bukti konkrit Kemahakuasaan Allah dalam menciptakan segala sesuatu yang penuh dengan perbedaan-perbedaan. Dengan demikian yang menjadi pertanyaan ialah bagaimana mengorganisir perbedaan tersebut menjadi keutuhan dan kekuatan dalam menjalankan fungsi Gereja sebagai tubuh Kristus. Tidak ada kata lain selain daripada setiap anggota tubuh menjalankan fungsi dan peranannya sebagai bahagian anggota Tubuh Kristus yakni dengan melaksanakan apa yang dapat dilaksanakan oleh masing-masing merupakan aplikasi nyata ibadah yang menghidupkan.
Post a Comment