"Istiqlal artinya kemerdekaan dan konstruksinya merupakan salah satu saksi perjuangan kemerdekaan bangsa. Terlebih lagi, rumah ibadah bagi ribuan Muslim ini didesain seorang arsitek Kristen. Itulah semangat Indonesia. Pesan dari semangat filsafat inklusif Indonesia, Pancasila.... Islam tumbuh subur, juga agama-agama lain"
-----------------------------------------------------------------------------------
Sekitar 5.000 hadirin di Balairung Kampus UI Depok, Rabu (10/11), bersukacita mendengar nostalgia Presiden AS Barack Obama yang mengenang manis empat tahun masa kecilnya tinggal di Jakarta. Tepuk gemuruh, derai tawa, dan histeria terdengar setiap kali Obama berbahasa Indonesia.
Apalagi saat presiden kulit hitam AS pertama itu lantang mengatakan ”pulang kampung nih”, ”sate”, dan ”bakso”. Anak tiri pasangan Lolo Soetoro-Stanley Ann Dunham itu ingat suasana Menteng Dalam, Sarinah yang satu-satunya gedung tertinggi Ibu Kota, dan becak/bemo yang jumlahnya melebihi mobil.
Hadirin tergelak saat Obama membuka pidato dengan ”assalamualaikum” dan ”salam sejahtera” sembari tersenyum lebar.
”Indonesia bagian dari diri saya,” ujar suami Michelle dan ayah dari Malia serta Sasha yang tinggal di Jakarta selama 4 tahun ini, dalam bahasa Indonesia. Kalimat kunci ini membuat hadirin bersemangat diingatkan kembali tentang ancaman terhadap Bhinneka Tunggal Ika dan Pancasila.
”Tadi saya mengunjungi Istiqlal, masjid yang masih dibangun ketika saya di Jakarta. Saya kagum menaranya menjulang, kubahnya meraksasa, dan ruang-ruangnya nyaman. Tetapi, nama dan sejarahnya juga bertutur tentang apa yang membuat Indonesia bangsa yang besar.”
”Istiqlal artinya kemerdekaan dan konstruksinya merupakan salah satu saksi perjuangan kemerdekaan bangsa. Terlebih lagi, rumah ibadah bagi ribuan Muslim ini didesain seorang arsitek Kristen. Itulah semangat Indonesia. Pesan dari semangat filsafat inklusif Indonesia, Pancasila.... Islam tumbuh subur, juga agama-agama lain,” ujar kelahiran Honolulu, 4 Agustus 1961, ini.
Selain bernostalgia, mantan senator berayah asal Kenya yang juga bernama Barack Obama ini sedikit menyinggung tiga topik, yakni pembangunan, demokrasi, dan agama. Ia kembali mengulang tekad memperbaiki hubungan AS dengan negara-negara Muslim. Tekad itu pertama kali dikemukakan dalam pidatonya di Kairo, Mesir, Juni 2010.
Beberapa kali Obama terlihat mengusap dahi karena kepanasan. Usai pidato, ia menyempatkan diri menyapa hadirin di beberapa baris kursi terdepan yang diisi berbagai kalangan yang cukup dekat dengan dia saat tinggal di Jakarta. Selain bersalaman, Obama sempat pelukan dan ”cipika-cipiki” dengan mereka.
Ribuan hadirin berdatangan ke Depok sejak pagi hari dari berbagai titik keberangkatan. Kampus mirip ”kota hantu” karena kuliah diliburkan. Sejak pagi sampai kuliah usai sekitar jam 11.30 WIB, berlangsung demonstrasi menentang kehadirannya oleh mahasiswa UI di sekitar Stasiun Depok serta fly over UI. Untuk menghindari demo, iringan konvoi Obama meninggalkan UI dengan melawan arah.
Prosesi berjalan tertib karena UI, selaku tuan rumah, sigap menyiapkan detail acara bekerja sama dengan pihak Kedubes AS di Jakarta serta Gedung Putih. Dalam pidatonya, Obama mengucapkan terima kasih kepada Rektor UI Gumilar Somantri.
Dikutif dari Kompas, 11 Nopember 2011:
http://cetak.kompas.com/read/2010/11/11/02361825/tepuk.gemuruh.derai.tawa.dan.histeria
Apalagi saat presiden kulit hitam AS pertama itu lantang mengatakan ”pulang kampung nih”, ”sate”, dan ”bakso”. Anak tiri pasangan Lolo Soetoro-Stanley Ann Dunham itu ingat suasana Menteng Dalam, Sarinah yang satu-satunya gedung tertinggi Ibu Kota, dan becak/bemo yang jumlahnya melebihi mobil.
Hadirin tergelak saat Obama membuka pidato dengan ”assalamualaikum” dan ”salam sejahtera” sembari tersenyum lebar.
”Indonesia bagian dari diri saya,” ujar suami Michelle dan ayah dari Malia serta Sasha yang tinggal di Jakarta selama 4 tahun ini, dalam bahasa Indonesia. Kalimat kunci ini membuat hadirin bersemangat diingatkan kembali tentang ancaman terhadap Bhinneka Tunggal Ika dan Pancasila.
”Tadi saya mengunjungi Istiqlal, masjid yang masih dibangun ketika saya di Jakarta. Saya kagum menaranya menjulang, kubahnya meraksasa, dan ruang-ruangnya nyaman. Tetapi, nama dan sejarahnya juga bertutur tentang apa yang membuat Indonesia bangsa yang besar.”
”Istiqlal artinya kemerdekaan dan konstruksinya merupakan salah satu saksi perjuangan kemerdekaan bangsa. Terlebih lagi, rumah ibadah bagi ribuan Muslim ini didesain seorang arsitek Kristen. Itulah semangat Indonesia. Pesan dari semangat filsafat inklusif Indonesia, Pancasila.... Islam tumbuh subur, juga agama-agama lain,” ujar kelahiran Honolulu, 4 Agustus 1961, ini.
Selain bernostalgia, mantan senator berayah asal Kenya yang juga bernama Barack Obama ini sedikit menyinggung tiga topik, yakni pembangunan, demokrasi, dan agama. Ia kembali mengulang tekad memperbaiki hubungan AS dengan negara-negara Muslim. Tekad itu pertama kali dikemukakan dalam pidatonya di Kairo, Mesir, Juni 2010.
Beberapa kali Obama terlihat mengusap dahi karena kepanasan. Usai pidato, ia menyempatkan diri menyapa hadirin di beberapa baris kursi terdepan yang diisi berbagai kalangan yang cukup dekat dengan dia saat tinggal di Jakarta. Selain bersalaman, Obama sempat pelukan dan ”cipika-cipiki” dengan mereka.
Ribuan hadirin berdatangan ke Depok sejak pagi hari dari berbagai titik keberangkatan. Kampus mirip ”kota hantu” karena kuliah diliburkan. Sejak pagi sampai kuliah usai sekitar jam 11.30 WIB, berlangsung demonstrasi menentang kehadirannya oleh mahasiswa UI di sekitar Stasiun Depok serta fly over UI. Untuk menghindari demo, iringan konvoi Obama meninggalkan UI dengan melawan arah.
Prosesi berjalan tertib karena UI, selaku tuan rumah, sigap menyiapkan detail acara bekerja sama dengan pihak Kedubes AS di Jakarta serta Gedung Putih. Dalam pidatonya, Obama mengucapkan terima kasih kepada Rektor UI Gumilar Somantri.
Dikutif dari Kompas, 11 Nopember 2011:
http://cetak.kompas.com/read/2010/11/11/02361825/tepuk.gemuruh.derai.tawa.dan.histeria
0 komentar:
Post a Comment