Saturday, 15 January 2011

Ilustrasi: Raju dan Raja

Ini cerita dari India. Ada dua orang yang bersahabat, nanya Raju dan Raja. Mereka berasal dari desa yang sama, tapi dari kelas sosial yang berbeda. Raju dari kelas Sudra dan ia dari kelas Brahma Namun demikian, sejak masa kanak-lak, mereka sudah bersahabat kompak. Perbedaan kelas sosial, nampaknya tidak pernah memisahkan persahabatan mereka. Apalagi, mereka berdua berasal dari keluarga Kristen.

Persahabatan Raju dan Raja terjalin di atas realitas "bedaan kehidupan yang ada. Mereka sudah terbiasa hidupdi dalam perbedaan itu, sehingga perbedaan itu tidak mengganggu persahabatan mereka. Bahkan perbedaan yang ada dapat mempererat hubungan mereka. Persahabatan seperti itu memang jarang ditemui dan sulit terjadi, apalagi di India sendiri.

Ketika Raju dan Raja sudah dewasa, mereka sama-sama berangkat ke kota untuk mengadu nasib di sana. Setelah tahun-tahun hidup di kota, jurang pemisah persahabatan mereka sebenarnya semakin menganga. Bayangkan saja. Raju menjadi seorang pemuda yang taat beragama. la hampir tidak pernah absen ke gereja dan tidak pernah lupa berdoa. Sedangkan Raja sahabatnya, mungkin karena ia seorang Brahma yang pada umumnya kaya-kaya, merasa tidak kurang apa-apa, sehingga berkecimpung dengan berbagai dosa anak kota, la hidup di tengah-tengah galaunya kehidupan mewah. la. tidak pernah lepas dari kenikmatan dunia, seperti uang, minuman dan perempuan. Namun demikian, persahabatan Raju dan Raja tetap berrjalan seperti sediakala. Pada waktu-waktu tertentu mereka masih bertemu, bercengkrama dan berdiskusi tentang kehidupan dan masa depan kehidupan mereka.

Namun sore itu, pertemuan mereka agak lain dari biasanya. Entah mengapa, Raja mendesak agar Raju ikut pergi ke pesta di kafe. Katanya, untuk mencari hiburan di sana. Tentu saja Raju menolak, bukan saja karena ia mau pergi ke gereja. Tetapi sedikitpun ia tidak tertarik dengan pesta-pesta kota. Satu-satunya yang dibenci Raju dari Raja adalah gaya hidupnya yang dinilai sudah kelewat batas. Kemudian sebaliknya, Raju rnengajak Raja menghentikan kebiasaan buruknya.

Raju dan Raja saling membujuk. Raju membujuk Raja agar mereka pergi ke gereja saja. Sementara Raja membujuk Raju agar mereka bersenang-senang di pesta.

"Sudahlah, kali ini kita pergi ke kafe saja. Apa kau tidak bosan, terus-menerus hanya pergi ke gereja? Pada hal dari dulu hidupmu seperti ini-ini saja, tidak ada yang berubah. Sekaran tidak usah pergi ke gereja, kita ke pesta saja! Bagaimana?” Kata Raja membujuk Raju.

"Tidak Raja! Justru kau yang perlu sadar bahwa perbuatanmu itu tidak benar. Uangmu memang banyak, tetapi itu dari penjualan narkoba. Hidupmu tidak pernah lepas dari minuman keras. Apakah kau tidak sadar juga, bahwa semua ltu merusak kehidupanmu. Sekarang, saya mau katakan, tinggalkanlah kafe. Jauhkan narkoba dan perempuan jalang. Sernua itu tidak akan membuat kau senang. Ayo, ikut aku pergi bersama-sama ke gereja!"

"Ooo Raju, Raju! Rupanya kau sudah menjadi pendeta sekarang. Terimakasih atas khotbahmu itu.Telapi begini saja! Sekarang kita pergi ke kafe, kapan-kapan nanti kita pergi ke gereja, okey?"

"Ehm, maaf ya Raja! Kalau kau mau, mari sekarang pergi ke gereja. Kalau tidak, apa boleh buat, ya goodbye saja!.

"Kamu tidak perlu ragu Raju. Di kafe nanti, kau dapat menikmati apa saja. Tidak usah takut, saya yang bayarl Tidak apa ‘kan, menikmati arti hidup yang selama ini belum pernah kau rasakan? Tokh, nanti kita akan pergi juga ke gereja, bagaimana?"

"Raja! Cobalah pikirkan! Apa yang telah kau lakukan adalah hal-hal yang tidak berguna. Hidupmu memang mewah, bersenang-senang, tetapi semua itu adalah perbuatan dosa! SadarlahRaja!"
"Okeylah kalau begitu. Nampaknya di antara kita tidak ada yang mengalah. Baiklah, silahkan saja pergi ke gereja dan aku pergi ke kafe berpesta."

Raju dan Raja berpisah. Raju pergi ke gereja, beribadah seperti biasa. Raja pergi ke kafe, bersenang-senang menikmati dunianya. Tetapi sebenarnya keduanya sama-sama merenungkan percakapan mereka tadi. Di gereja, di tengah-tengah ibadah berlangsung, ajakan Raja terus terngiang menggema. "Ada juga benarnya si Raja. Dari waktu kecil aku rajin ke gereja, tidak mau ikut pengaruh dunia. Tetapi nyatanya, kehidupanku begini-begini saja. Tidak seperti Raja, hidupnya rnewah dan dapat menikmati apa saja. Apa mernang salah sekali-sekali mengikuti ajakan Raja?" Raju bertanya kepada dirinya sendiri.

Kemudian ia membayangkan bagaimana kira-kira kehidupan Raja. Tentu ada minuman dan ada perempuan di sampingnya. "Wah, sekali-sekali menikmati yang belum pernah dicicipi, mungkin tidak ada salahnya", kata Raju mengulang ucapan Raja kepada dirinya. Akhirnya, ia mengambil keputusan. "Biarlah. Sekali ini saja. Aku akan pergi menemui Raja di kafenya". Rajupun keluar dari gereja. la mengendarai rnobilnya dan pergi ke kafe menemui Raja sahabatnya.

Pada waktu yang sama, di kafe tempat berpesta, Raja merasa gelisah. la seperti kesepian di tempat keramaian. Ucapan Raju tadi berkali-kali terngiang menggema di kupingnya. "Sadarlah Raja, perbuatanmu itu penuh dosa!"

Setelah merenungkannya, Raja berubah pikiran. "Kau benar Raju!, katanya dalam hati. "Perbuatanku penuh dengan dosa!" Raja mengenang dan mengingat kernbali apa yang telah dilakukannya, sejak ia berada di kota. "Oh, dosaku sungguh banyak. Saya benar-benar sampah masyarakat. Saya telah bergelimang dosa. Hidupku penuh dengan noda. Oh Tuhan! Ampunilah saya!" Raja akhirnya menangis terisak-isak di mejanya.

"Mungkinkah Tuhan mau menerima saya?1', pikir Raja lagi. "Ah, kalau begitu, saya pergi saja ke gereja, menjumpai Raju teman saya. Mungkin ia dapat membantu, bagaimana, supaya Tuhan menerima dan menghapus dosa-dosaku." Raja pun mengumpulkan keberaniannya untuk bertemu dengan Tuhan. Sebelum berangkat, ia berkata dalam hati: "Tuhan, aku akan datang ke gerejamu, terimalah aku!". Raja benar-benai berdoa, lalu rneninggalkan kafe itu.

Raja mengendarai rnobilnya, bergegas pergi ke gereja. Di tengah jalan, peristiwa naas itupun terjadi. Kelihatannya memang kebetulan saja. Akan tetapi begitulah yang terjadi. Mobil yang dikendari Raja bertabrakan adu kepala kambing dengan mobil yang dikendarai Raju tadi. Suaranya keras, sepert bom meledak. Mobilnya terpelanting ke atas, lalu berguling guling di jalan. Raju dan Raja meninggal dunia seketika itu juga

Nah, ini persis seperti film India. Setelah intermession, cerita itu berlanjut lagi. Konon mereka berdua, Raju dari Raja tiba di akhirat, pengadilan terakhir manusia. Raju ditempatkan di ruangan sebelah kiri, tempat manusia mau dikirim ke neraka. Sementara Raja ditempatkan di sebelah kanan, tempat manusi mau dikirim ke sorga. Jadi ruangan itu hanya tempat transit, sebelum mereka dikirim ke tempat akhir. Di antara ruangan itu ada semacam counter desk, tempat menerima keluhan, usul da klaim seseorang, sebelum akhirnya mereka dikirim ke tempat tujuan masing-masing.

Raju dan Raja secara kebetulan bersamaan tiba di counter desk. Mereka berdua menghadap resepsionis yang ada di situ. Raja yang lebih dahulu berbicara menyapanya.

"Maaf mbak, mungkin kamu salah menempatkan saya. Seharusnya saya tidak di ruangan sebelah kanan tempat manusia yang mau dikirim ke sorga. Sebab saya mengenali diri saya. Saya penuh dosa. Saya tidak mungkin ke sorga. Saya terima kalau saya dikirim ke neraka. Tetapi sahabat saya ini, tolonglah! Namanya Raju, di dunia ia sangat rajin ke gereja dan tidak pernah lupa berdoa. Saya kira dia yang pantas dikirm ke sorga."
"Betul mbak! Soalnya sejak kecil di desa, saya sudah rajin ke gereja dan tidak pernah lupa berdoa. Setelah di kota, saya juga tidak pernak ikut-ikutan berbuat dosa. Sehingga tidak mungkin saya di kirim ke neraka. Jadi mungkin mbak salah menempatkan saja. Kebetulan nama saya, Raju, hampir sama dengan Raja. Jadi sayalah yang seharusnya di ruangan sebelah kanan sana, tempat manusia yang mau dikirim ke sorga."

Kemudian mbak itu, sebenarnya ia adalah malaikat, memeriksa sebuah buku tulis yang besar, tempat daftar nama-nama manusia dan segala perbuatannya. Kemudian berganti-ganti ia melirik mereka berdua. Wajah dan sinar mata mereka mereka diamati. Kemudian ia memberikan kepastian.

"Begini! Apa yang saudara katakan berdua sama sekali tidak benar. Menurut catatan kami, Raju memang anak yang baik sejak kecil. la orang yang rajin ke gereja dan tidak pernah lupa berdoa. Akan tetapi di akhir hidupnya, sesuai dengan catatan kami, ia berencana dan sudah melangkah untuk terjun melakukan dosa. Catatan terakhir inilah yang menjadi rujukan, mengapa Raju ditempatkan di ruangan sebelah kiri. Ini memang sangat ironis dan menyedihkan. Saudara tidak bertahan sampai akhir. Saudara bukan Raju yang dulu lagi ketika saudara menghembuskan nafas terakhir." Malaikat itu menarik nafas dan melanjutkan lagi.

"Mengenai Raja. Menurut catatan kami, ia memang orang berdosa dan layak menerima hukuman di neraka. Akan tetapi di akhir hidupnya, ia sempat bertobat, kembali menemui Tuhan. Sekalipun tidak sampai ke gereja. karena maut tiba datang, tetapi doanya, pertobatannya dan penyerahan dirinya telah diterima Tuhan. Jadi catatan terakhir inilah yang menempatkan dia layak masuk sorga." Kemudian malaika kembali memandang wajah mereka bergantian. "Jadi, begitulah saudara-saudara. Silahkan kembali ke tempat semula!"

Raju lesu membisu, ia kembali ke tempatnya semula. Tetapi Raja belum mengerti mengapa ia diterima Tuhan. Sekalipun keputusan itu sangat menyenangkan dan memberi kebahagiaan, namun ia tidak dapat menyembunyikan kesedihannya memikirkan Raju sahabatnya.

Saudara-saudara. Cerita ini memperingatkankan kita supaya jangan seperti Raju, yang akhirnya jatuh kepada bujuk rayu. Akan tetapi bukan pula untuk mengharuskan supaya seperti Raja, yang menumpuk dosa dan di akhir hayatnya bertobat kepada Tuhan. Kehidupan yang benar adalah menata dan meniti hidup ini dengan ibadah, doa dan taat kepada Tuhan. Bukan hanya sewaktu-waktu tetapi sepanjang hidup dan tetap bertahan sampai menang di akhir kehidupan. Dengan demikan kita akan menjadi pewaris kehidupan sorga yang telah disediakan Tuhan (Berteologi di dalam Ilustrasi: Pdt.Dr.Darwin Lumban Tobing, hal.102-107).


Artikel lain yang terkait:



0 komentar:

Post a Comment