(1) Andreas.
Pada hari setelah Yohanes Pembaptis melihat Roh Kudus turun ke atas Yesus, Ia memperkenalkan Yesus kepada dua orang muridnya dan berkata, "Lihatlah Anak Domba Allah!" (Yoh. 1:36). Tertarik dengan pemberitahuan tersebut, kedua orang itu meninggalkan Yohanes dan mulai mengikuti Yesus. Yesus memperhatikan mereka dan menanyakan apa yang mereka cari. Dengan segera mereka menjawab, "Rabi, di manakah Engkau tinggal?" Yesus mengajak mereka ke rumah di mana Ia tinggal dan mereka menginap di sana dengan Dia. Seorang dari mereka bernama Andreas (Yoh. 1:38-40).
Andreas segera menemui saudaranya, Simon Petrus. Ia berkata kepada Petrus, "Kami telah menemukan Mesias ... (Yoh. 1:41). Melalui kesaksian ini, ia memenangkan Petrus bagi Tuhan.
Andreas adalah sebuah nama Yunani yang berarti "gagah." , Petunjuk lain dalam Injil menunjukkan bahwa Andreas kuat secara fisik dan seorang yang setia juga beriman. Ia dan Petrus mendiami sebuah rumah bersama (Mrk. 1:29). Mereka adalah anak dari seorang yang bernama Yunus atau Yohanes, seorang nelayan kaya. Kedua orang muda itu telah bergabung dengan ayah mereka dalam usaha penangkapan ikan.
Andreas lahir di Betsaida, di tepi utara Danau Galilea. Meskipun Injil Yohanes menggambarkan pertemuan pertama Andreas dengan Yesus, ia tidak menyebutkan Andreas sebagai murid sampai beberapa lama kemudian (Yoh. 6:8). Injil Matius memberi tahu bahwa ketika Yesus sedang berjalan menyusur pantai Danau Galilea, Ia memanggil Andreas dan Petrus dan mengajak mereka untuk menjadi murid-Nya (Mat. 4:18-19). Cerita ini tidaklah bertentangan dengan kisah Yohanes: melainkan menambahkan detil yang baru. Jika dibaca dengan teliti, Yohanes 1:35-40 menunjukkan bahwa Yesus tidak mengajak Andreas dan Petrus untuk mengikuti Dia pada pertemuan pertama mereka.
Andreas dan seorang murid lain yang bernama Filipus memperkenalkan kelompok orang Yunani kepada Yesus (Yoh. 12:20-22). Karena alasan ini, kita dapat mengatakan bahwa Andreas dan Filipus adalah misionaris pertama tentang iman Kristen.
Tradisi mengatakan bahwa Andreas menghabiskan tahun-tahun terakhir hidupnya di Skitia, di sebelah utara Laut Hitam. Tetapi sebuah buku kecil berjudul Acts of Andrew (kemungkinan ditulis sekitar tahun 260) bercerita bahwa Andreas memberitakan Injil terutama di daerah Makedonia dan meninggal sebagai seorang martir di Patras.89
Tradisi Katolik Roma menceritakan bahwa Andreas disalibkan pada kayu salib yang berbentuk X, sebuah simbol religius yang sekarang dikenal sebagai Salib Santo Andreas. Juga dipercaya bahwa ia disalibkan pada tanggal 30 November, jadi gereja Katolik Roma dan gereja Ortodoks Yunani memperingati peristiwa itu pada setiap tanggal tersebut. Dewasa ini Andreas menjadi Santo pelindung untuk Skotlandia. Ordo Santo Andreas merupakan perkumpulan penyambut tamu di gereja yang berusaha terutama untuk bersikap sopan terhadap orang asing.
(2) Bartolomeus (Natanael?)
Kami tidak mempunyai informasi yang cukup tentang identitas rasul yang bernama Bartolomeus. Ia hanya disebutkan dalam daftar para rasul. Selain itu, sementara Injil-Injil sinoptik setuju bahwa nama rasul tersebut adalah Bartolomeus, Yohanes menyebutnya sebagai Natanael (Yoh. 1:45). Beberapa pakar percaya bahwa Bartolomeus adalah nama keluarga Natanael.
Menurut bahasa Aram, kata bar berarti "anak laki-laki," jadi nama Bartolomeus secara harfiah berarti "anak laki-laki Talmai" Alkitab tidak memperkenalkan Talmai kepada kita, tetapi ia mungkin diberi nama sesuai dengan nama Raja Talmai dari Gesur (II Sam. 3:3). Beberapa pakar yakin bahwa Bartolomeus mempunyai hubungan dengan keluarga Ptolemeus, keluarga yang berkuasa di Mesir; teori ini didasarkan pada pernyataan Hieronimus bahwa Bartolomeus adalah satu-satunya rasul dari kalangan bangsawan.
Dengan beranggapan bahwa Bartolomeus adalah orang yang sama dengan Natanael, kita belajar sedikit lebih banyak tentang dirinya dari Injil Yohanes. Yesus menyebut Natanael "seorang Israel sejati ... tidak ada kepalsuan di dalamnya" (Yoh. 1:47).
Tradisi mengatakan bahwa Natanael melayani sebagai misionaris di India. Venerable Bede mengatakan bahwa kepalanya dipancung oleh Raja Astriagis. Tradisi lainnya mengatakan bahwa Natanael disalibkan dengan kepala di bawah.
(3) Yakobus, Anak Alfeus
Injil hanya menyebutkan sekilas mengenai Yakobus, anak Alfeus (Mat. 10:3, Mrk. 3:18, Luk 6:15).
Banyak pakar yakin bahwa Yakobus adalah saudara Matius, karena Alkitab mengatakan bahwa ayah Matius juga bernama Alfeus (Mrk. 2:14). Lainnya beranggapan bahwa Yakobus yang ini dikenal sebagai "Yakobus Muda"; tetapi kita tidak mempunyai bukti bahwa kedua nama ini merujuk pada orang yang sama (bdg. Mrk. 15:40).
Jika anak Alfeus adalah sama dengan Yakobus Muda, kemungkinan ia adalah sepupu Yesus sendiri (bdg. Mat. 27:56; Yoh. 19:25). Beberapa penafsir Alkitab berteori bahwa murid yang satu ini memiliki kemiripan fisik dengan Yesus, yang bisa menjelaskan mengapa Yudas Iskariot perlu untuk memperkenalkan Yesus pada malam Ia dikhianati (Mrk. 14:43-45; Luk. 22:47-48).
Beberapa legenda mengatakan bahwa Yakobus ini mengabarkan Injil di Persia dan disalibkan di sana. Tetapi kita tidak mempunyai informasi nyata mengenai pelayanan terakhir dan kematiannya.
(4) Yakobus, Anak Zebedeus.
Setelah Yesus memanggil Simon Petrus dan saudaranya Andreas, Ia pergi sedikit lebih jauh lagi di tepi pantai Danau Galilea dan memanggil "Yakobus anak Zebedeus. dan Yohanes saudaranya, yang juga sedang membereskan jala mereka di dalam perahu" (Mrk. 1:19). Seperti Petrus dan Andreas; Yakobus dan saudaranya dengan segera menanggapi ajakan Kristus.
Yakobus adalah rasul pertama dari kedua belas rasul yang harus mati sebagai martir. Raja Herodes Agripa I memerintahkan agar Yakobus dihukum mati dengan pedang (Kis. 12:2). Tradisi mengatakan bahwa hal ini terjadi pada tahun 44, ketika Yakobus masih sangat muda tentunya. (Meskipun Perjanjian Baru tidak menjelaskan tentang kematian para rasul yang lain sebagai martir, tradisi mengatakan kepada kita bahwa mereka semua mati demi mempertahankan imannya, kecuali Yohanes.)
Injil tidak pernah menyebutkan Yakobus sendirian; para penulis Injil selalu menyebut "Yakobus dan Yohanes." Bahkan ketika mencatat kematiannya, Kisah Para Rasul menyebutnya sebagai "Yakobus saudara Yohanes" (Kis. 12:2). Yakobus dan Yohanes mulai mengikuti Yesus pada hari yang sama, dan keduanya hadir ketika Yesus dipermuliakan (Mrk. 9:2-13). Yesus menyebut kedua orang ini "anak-anak guruh" (Mrk. 3:17).
Penganiayaan yang merenggut nyawa Yakobus telah membangkitkan semangat baru pada jemaat Kristen pada saat itu (bdg. Kis. 12:5-25). Tidak diragukan lagi, Herodes Agripa berharap bisa menghancurkan gerakan Kristen dengan membunuh pemimpin-pemimpin mereka, seperti Yakobus. "Maka firman Tuhan makin tersebar dan makin banyak didengar orang" (ay. 24).
Anehnya, Injil Yohanes tidak pernah menyebutkan Yakobus. Yohanes merasa segan untuk menyebutkan namanya sendiri, dan mungkin ia juga merasa rendah hati untuk menyebutkan berbagai aktivitas saudaranya. Hanya sekali Yohanes merujuk pada dirinya dan Yakobus sebagai "anak-anak Zebedeus" (Yoh. 21:2). Selain itu, ia tidak mengatakan apa-apa mengenai kegiatan Yakobus.
Legenda-legenda mengatakan bahwa Yakobus merupakan misionaris Kristen pertama ke Spanyol. Pemimpin Gereja Katolik Roma beranggapan bahwa tulang-tulangnya dikuburkan di Kota Santiago, bagian barat laut Spanyol.
(5) Yohanes.
Untunglah, kita mempunyai informasi cukup banyak mengenai murid yang bernama Yohanes. Markus memberi tahu bahwa Yohanes adalah saudara Yakobus, anak Zebedeus (Mrk. 1:19). Markus menceritakan bahwa Yakobus dan Yohanes bekerja bersama dengan "orang-orang upahan" ayah mereka (Mrk. 1:20).
Beberapa pakar menduga bahwa ibu Yohanes adalah Salome, yang ikut serta menyaksikan penyaliban Yesus (Mrk. 15:40). Jika Salome adalah saudara ibu Yesus, seperti yang tersirat dalam Injil Yohanes (Yoh. 19:25), tentunya Yohanes adalah sepupu Yesus.
Yesus menjumpai Yohanes dan saudaranya Yakobus sedang membereskan jala mereka di pinggir Danau Galilea. Yesus menyuruh mereka pergi agak jauh dari pantai dan menebarkan jala untuk menangkap ikan. Mereka mendapatkan hasil tangkapan yang sangat banyak - suatu mukjizat yang meyakinkan mereka akan kuasa Yesus. "Dan sesudah mereka menghela perahu-perahu mereka ke darat, merekapun meninggalkan segala sesuatu, lalu mengikut Yesus" (Luk. 5:11). Simon Petrus ada bersama dengan mereka.
Rupanya Yohanes seorang pemuda yang bertindak menuruti kata hatinya. Tidak lama setelah ia dan Yakobus menjadi anggota kelompok murid yang terdekat dengan Yesus, Sang Guru menjuluki mereka "anak-anak guruh" (Mrk. 3:17). Para murid kelihatannya menempatkan Yohanes di tempat kedua dalam kelompok mereka. Semua kitab Injil menyebut Yohanes setelah Yakobus; pada banyak kesempatan, kelihatannya, Yakobuslah yang menjadi juru bicara kedua bersaudara itu. Ketika Rasul Paulus menyebutkan Yohanes di antara para rasul yang ada di Yerusalem, ia menempatkan Yohanes pada urutan terakhir (Gal. 2:9).
Emosi Yohanes sering meledak-ledak ketika ia berbicara dengan Yesus. Pada suatu ketika, Yohanes menjadi marah karena seorang lain melayani dengan menggunakan nama Yesus. "Kami cegah orang itu,", ia berkata kepada Yesus, "karena ia bukan pengikut kita" (Mrk. 9:38). Yesus menjawab, "Jangan kamu cegah dia! ... Barangsiapa tidak melawan kita, ia ada di pihak kita." Pada kesempatan yang lain, Yakobus dan Yohanes dengan ambisius menyarankan agar mereka diizinkan duduk di sebelah kanan dan kiri Yesus di surga. Ide ini menimbulkan kemarahan murid-murid yang lain (Mrk: 10:35-41).
Namun keberanian Yohanes berguna pada waktu kematian dan kebangkitan Yesus. Injil Yohanes 18:15 mengatakan kepada kita bahwa Yohanes "mengenal Imam Besar." Sebuah legenda Fransiskan menceritakan bahwa keluarga Yohanes memasok ikan kepada keluarga imam besar.90 Mungkin hal inilah yang membuat para pengawal ragu-ragu untuk menangkap dia ketika mereka menahan Yesus. Bagaimanapun juga, Yohanes adalah satu-satunya rasul yang berani berdiri di kaki salib, dan Yesus menyerahkan ibu-Nya untuk dijaga oleh Yohanes (Yoh. 19:26-27). Ketika para murid mendengar bahwa tubuh Yesus menghilang dari kubur, Yohanes lari mendahului mereka yang lain dan sampai di kubur paling awal. Walaupun begitu, ia membiarkan Petrus masuk terlebih dahulu ke dalam kubur (Yoh. 20:1-4; 8).
Seandainya benar bahwa Yohanes yang menulis Injil keempat, surat-surat Yohanes dan Kitab Wahyu, maka ialah rasul yang paling banyak menuliskan isi Perjanjian Baru daripada rasul-rasul yang lain. Kita tidak memiliki alasan yang cukup kuat untuk meragukan bahwa Yohaneslah yang menulis kitab-kitab itu.
Tradisi menceritakan bahwa Yohanes merawat ibu Yesus sementara ia menggembalakan jemaat di Efesus, dan ibu Yesus meninggal di sana. Tertulianus mengatakan bahwa Yohanes dibawa ke Roma dan "dimasukkan ke dalam minyak mendidih, namun ia tidak terluka, dan kemudian ia dibuang ke sebuah pulau." Pulau itu kemungkinan adalah Pulau Patmos, tempat Kitab Wahyu ditulis. Juga dipercayai bahwa Yohanes hidup sampai lanjut usia dan tubuhnya dibawa kembali ke Efesus untuk dimakamkan di sana.
(6) Yudas
(yang bukan Iskariot). Yohanes menyebutkan seorang dari para murid itu sebagai "Yudas, yang bukan Iskariot" (Yoh. 14:22). Tidaklah mudah untuk menentukan identitas murid yang satu ini. Hieronimus menjulukinya Trionius - "orang dengan tiga nama."
Perjanjian Baru menyebutkan beberapa orang dengan nama Yudas - Yudas Iskariot (lihat bagian berikutnya), Yudas saudara Yesus (Mat. 13:55; Mrk. 6:3), Yudas dari Galilea (Kis. 5:37), dan "Yudas, yang bukan Iskariot." Jelas sekali, Yohanes bermaksud untuk menghindari kebingungan ketika ia merujuk kepada orang ini, terutama karena murid yang lain yang bernama Yudas itu mempunyai reputasi yang sangat buruk.
Matius menyebut orang ini Lebeus, "yang nama keluarganya adalah Tadeus" (Mat. 10:3). Markus hanya menyebutnya Tadeus (Mrk. 3:8). Lukas menyebutnya sebagai "Yudas anak Yakobus" (Luk. 6:16; Kis. 1:13). Alkitab versi King James melakukan kesalahan ketika menerjemahkan Injil Lukas dengan mengatakan bahwa orang ini adalah saudara Yakobus.
Kita tidak tahu pasti siapa ayah Tadeus yang sebenarnya. Beberapa orang berpikir bahwa ia adalah Yakobus, saudara Yesus - dengan demikian Yudas merupakan kemenakan laki-laki Yesus. Tetapi ini tidak mungkin, karena para sejarawan gereja mula-mula melaporkan bahwa Yakobus yang ini tidak pernah menikah. Beberapa orang lain berpikir bahwa ayahnya adalah Rasul Yakobus, anak Zebedeus. Kita tidak dapat memastikannya.
William Steuart McBirnie mengusulkan bahwa nama Tadeus adalah bentuk kecil untuk Theudas, yang berasal dari kata benda bahasa Aram tad, yang berarti "dada." Jadi, Tadeus bisa jadi merupakan nama julukan yang secara harfiah berarti "yang dekat dengan dada", atau "yang dicintai." McBirnie beranggapan bahwa nama Lebeus mungkin berasal dari kata benda leb dalam bahasa Ibrani, Yang artinya "hati".91
Sejarawan Eusebius menceritakan bahwa Yesus pernah mengutus rasul yang satu ini kepada Raja Abgar di Mesopotamia untuk berdoa agar raja itu disembuhkan. Menurut cerita ini, Yudas pergi ke Abgar setelah kenaikan Yesus. ke surga, dan ia tetap berada di Mesopotamia untuk memberitakan Injil di beberapa kota di Mesopotamia.92 Tradisi lainnya menyatakan bahwa murid ini dibunuh oleh para penyihir di Kota Suanir di Persia. Konon ia dibunuh dengan pentungan dan lemparan batu.
(7) Yudas Iskariot.
Semua Injil menempatkan Yudas Iskariot di urutan terakhir dari murid-murid Yesus. Tidak diragukan lagi, ini menunjukkan reputasi buruk Yudas sebagai pengkhianat Yesus.
Kata Iskariot dalam bahasa Aram secara harfiah berarti "pria dari Keriot." Keriot adalah nama sebuah kota kecil dekat Hebron (Yos. 15:25). Namun, Yohanes mengatakan bahwa Yudas adalah anak Simon (Yoh. 6:71).
Jika benar Yudas berasal dari Kota Keriot, ia adalah satu-satunya orang Yudea di antara para murid Yesus. Orang-orang Yudea mengejek orang-orang Galilea sebagai penduduk perbatasan yang kasar. Sikap ini mungkin yang membuat Yudas merasa terasing di antara para murid yang lain.
Injil tidak menceritakan secara jelas, kapan Yesus memanggil Yudas Iskariot untuk bergabung dengan kelompok pengikutnya. Kemungkinan hal ini dilakukan pada saat mula-mula ketika Yesus memanggil banyak orang (bdg. Mat. 4:18-22).
Yudas bertugas sebagai bendahara para rasul, dan sedikitnya pada suatu kesempatan ia menunjukkan sifat kikirnya terhadap pekerjaan mereka. Ketika seorang wanita bernama Maria datang untuk mengurapi kaki Yesus dengan minyak yang mahal harganya, Yudas mengeluh, "Mengapa minyak narwastu ini tidak dijual tiga ratus dinar dan uangnya diberikan kepada orang-orang miskin?" (Yoh. 12:5). Yohanes memberi komentar bahwa Yudas berkata demikian "bukan karena ia memperhatikan nasib orang miskin, melainkan karena ia adalah seorang pencuri" (Yoh. 12:6).
Ketika para rasul makan bersama untuk terakhir kalinya dengan Yesus, Tuhan menunjukkan bahwa ia sudah tahu diri-Nya akan dikhianati, dan Ia menyebut Yudas sebagai pelakunya. Yesus mengatakan kepada Yudas, "Apa yang hendak kauperbuat, perbuatlah dengan segera" (Yoh. 13:27). Meskipun demikian murid-murid lain tidak curiga tentang apa yang sesungguhnya akan diperbuat Yudas. Yohanes melaporkan bahwa "Karena Yudas memegang kas ada yang menyangka, bahwa Yesus menyuruh dia membeli apa-apa yang perlu untuk perayaan itu (Paskah) ... " (Yoh. 13:28-29).
Para pakar mengemukakan beberapa teori mengenai alasan pengkhianatan Yudas. Sebagian dari mereka berpikir bahwa Yudas merasa sakit hati ketika Yesus menegur dia waktu ia mencela perempuan yang mengurapi Yesus.93 Yang lain lagi berpikir bahwa Yudas melakukan hal itu karena tamak akan uang yang ditawarkan oleh musuh-musuh Yesus.94 Lukas dan Yohanes hanya mengatakan bahwa Iblis yang mendorong perbuatan Yudas (Luk. 22:3; Yoh. 13:27).
Matius menceritakan bahwa Yudas menyesal dan berusaha untuk mengembalikan uang itu kepada para penangkap Yesus, "Maka ia pun melemparkan uang perak itu ke dalam Bait Suci, lalu pergi dari situ dan menggantung diri" (Mat. 27:5). Menurut sebuah legenda rakyat, Yudas menggantung dirinya di sebuah pohon yang kuncupnya berwarna merah, yang sering disebut "pohon Yudas." Dalam beberapa tulisan modern, Yudas digambarkan sebagai seorang zelot atau seorang patriot yang ekstrem yang kecewa karena kegagalan Yesus untuk memimpin sebuah gerakan masa atau pemberontakan terhadap Roma. Namun, hingga kini hanya sedikit bukti untuk pandangan ini.
(8) Matius.
Pada zaman Yesus, pemerintah Romawi mengumpulkan beberapa macam pajak dari masyarakat Palestina. Pajak untuk mengangkut barang melalui jalan darat atau laut ditagih oleh pemungut pajak swasta, yang membayar jumlah tertentu kepada pemerintah Romawi untuk mendapat hak menagih pajak ini. Para pemungut pajak ini mengambil keuntungan dengan memungut jumlah yang lebih besar dari yang sudah ditetapkan. Pemungut pajak yang sah kadang-kadang menyewa pejabat-pejabat kecil yang disebut pemungut cukai untuk mengerjakan pekerjaan mereka. Para pemungut cukai ini memperoleh upah mereka dengan menagih sedikit lebih banyak dari apa yang dituntut oleh atasan mereka. Murid Tuhan yang bernama Matius adalah seorang pemungut cukai yang mengumpulkan pajak di jalan antara Damsyik dan Ako; posnya terletak sedikit di luar Kapernaum dan mungkin juga ia menarik pajak pendapatan dari para nelayan.
Biasanya, pemungut cukai menarik pajak sebesar 5 persen dari harga beli barang-barang yang biasa dan 12,5 persen untuk barang-barang mewah. Matius juga menarik pajak dari para nelayan yang menangkap ikan sepanjang Danau Galilea dan para pemilik perahu yang membawa barang-barang mereka dari kota-kota di seberang danau.
Orang Yahudi menganggap uang para pemungut pajak sebagai uang haram, jadi mereka tidak pernah mengambil uang kembali dari para penagih pajak tersebut. Seandainya seorang Yahudi tidak memiliki uang pas seperti yang dikehendaki si penagih, maka ia akan meminjam dari temannya. Masyarakat Yahudi memandang rendah para pemungut cukai sebagai wakil kekaisaran Romawi yang mereka benci dan wakil raja boneka Yahudi. Pala pemungut cukai dilarang untuk memberikan kesaksian di pengadilan, dan mereka juga tidak boleh memberikan uang persepuluhan di Bait Suci Bahkan seorang Yahudi baik-baik tidak mau berhubungan dengan pemungut cukai dalam kehidupannya (bdg. Mat. 9:10-13).
Orang Yahudi membagi para penagih pajak menjadi dua golongan. Yang pertama disebut gabbai, mereka yang menagih pajak umum untuk pertanian dan pajak sensus dari masyarakat. Golongan yang kedua disebut mokhsa, yakni petugas yang mengumpulkan uang dari para pedagang keliling. Kebanyakan mokhsa ini adalah orang Yahudi, karenanya mereka dipandang sebagai pengkhianat bangsanya sendiri. Matius termasuk dalam golongan penagih pajak ini.
Injil Matius menceritakan bahwa Yesus mendekati orang yang dianggap tidak pantas menjadi murid-Nya ini ketika pada suatu hari ia sedang duduk di rumah cukainya. Yesus hanya mengatakan kepada Matius, "Ikutlah Aku," dan Matius segera meninggalkan pekerjaannya dan mengikuti Sang Guru (Mat. 9:9).
Kelihatannya Matius adalah seorang yang berada, karena ia mengadakan perjamuan makan di rumahnya. "Dan Lewi mengadakan suatu perjamuan besar untuk Dia di rumahnya dan sejumlah besar pemungut cukai dan orang-orang lain turut makan bersama-sama dengan Dia" (Luk. 5:29). Fakta sederhana bahwa Matius memiliki rumah sendiri menunjukkan bahwa ia lebih kaya dari para pemungut cukai yang lain.
Karena jenis pekerjaannya, kita merasa cukup yakin bahwa Matius dapat membaca dan menulis. Dokumen-dokumen pajak pada kertas papirus yang berasal dari sekitar tahun 100 menunjukkan bahwa para pemungut cukai cukup menguasai keterampilan hitung-menghitung. (Mereka menggunakan simbol-simbol Yunani yang lebih sederhana, dan bukan angka-angka Romawi yang rumit)
Matius mungkin memiliki hubungan saudara dengan rasul Yakobus, karena masing-masing mereka disebut "anak Alfeus" (Mat. 10:3; Mrk. 2:14). Kadang-kadang Lukas menggunakan nama Lewi untuk menyebut Matius (bdg. Luk. 5:27-29). Karena itu, beberapa pakar yakin bahwa nama Matius sebelum ia memutuskan untuk mengikut Yesus adalah Lewi, dan bahwa Yesus memberinya nama yang baru, yang berarti "pemberian Allah." Pakar lainnya beranggapan bahwa Matius adalah anggota suku para imam Lewi.
Meskipun seorang mantan pemungut cukai telah bergabung dengan kelompok-Nya, Yesus tidak bersikap lunak kepada para penagih pajak. Ia menyamakan mereka dengan perempuan sundal (bdg. Mat. 21:31), dan Matius sendiri menggolongkan para pemungut cukai dengan orang berdosa (Mat. 9:10).
Di antara semua kitab Injil lainnya, Injil Matius mungkin yang paling berpengaruh. Kepustakaan kristiani dari abad kedua lebih sering mengutip dari Injil Matius daripada Injil lainnya. Para bapa gereja menempatkan Injil Matius pada permulaan kanon Perjanjian Baru, kemungkinan karena dinilai memiliki arti yang penting. Tulisan Matius menekankan bahwa Yesus menggenapi nubuat Perjanjian Lama. Injil tersebut menekankan bahwa Yesus adalah Mesias yang dijanjikan, yang datang untuk menebus seluruh umat manusia.
Kita tidak tahu apa yang terjadi dengan Matius setelah hari Pentakosta. Dalam bukunya, Book of Martyrs, John Foxe menulis bahwa Matius menghabiskan sisa hidupnya dengan menginjil di Partia dan Etiopia. Foxe mengatakan bahwa Matius mati sebagai martir di kota Nadabah pada tahun 60. Bagaimanapun juga, kita tidak tahu dari sumber manakah Foxe mendapat informasi ini (selain dari sumber-sumber Yunani abad pertengahan) dan kita tidak dapat menilai apakah informasi ini layak dipercaya.
(9) Filipus.
Injil Yohanes adalah satu-satunya Injil yang memberikan informasi yang cukup rinci mengenai murid yang bernama Filipus. (Filipus ini janganlah dikelirukan dengan Filipus pemberita Injil - bdg. Kis. 21:8).
Yesus pertama kali bertemu dengan Filipus di Betania di seberang Sungai Yordan (Yoh. 1:28). Sangat menarik bahwa Yesus memanggil Filipus sendirian, sementara Ia memanggil sebagian besar murid-murid lainnya secara berpasangan. Filipus memperkenalkan Natanael kepada Yesus (Yoh. 1:45-51) dan Yesus juga memanggil Natanael (atau Natanael Bartolomeus) untuk menjadi murid-Nya.
Ketika 5000 orang berkumpul untuk mendengarkan Yesus, Filipus bertanya kepada Tuhan bagaimana mereka bisa memberi makan orang banyak itu. "Roti seharga dua ratus dinar tidak akan cukup untuk mereka, sekalipun masing-masing mendapat sepotong kecil saja," katanya (Yoh. 6:70).
Pada kesempatan lain, sekumpulan orang Yunani datang kepada Filipus dan memintanya untuk memperkenalkan mereka kepada Yesus. Filipus dengan bantuan Andreas membawa orang-orang itu untuk bertemu dengan Yesus (Yoh. 12:20-22).
Sementara para murid makan perjamuan terakhir dengan Yesus, Filipus berkata, "Tuhan, tunjukkanlah Bapa itu kepada kami, itu sudah cukup bagi kami" (Yoh. 14:8). Yesus menjawab bahwa mereka sudah melihat Bapa di dalam diri-Nya.
Tiga kejadian ini merupakan semua informasi mengenai Filipus yang bisa kita dapatkan dari kitab-kitab Injil. Pihak gereja sendiri memelihara banyak tradisi tentang pelayanan terakhir dan kematiannya. Beberapa sumber mengatakan bahwa ia melayani di Prancis: sebagian lagi mengatakan ia melayani di Rusia Selatan, Asia Kecil, atau bahkan India. Pada tahun 194, Uskup Polikrates dari Antiokhia menulis bahwa "Filipus, salah seorang dari kedua belas rasul, meninggal di Hierapolis." Namun, kita tidak memiliki bukti yang kuat untuk mendukung pernyataan ini.
(10) Simon (Petrus)
Petrus. Murid yang bernama Simon Petrus adalah seseorang yang penuh dengan kekontrasan. Di Kaisarea Filipi, Yesus bertanya, "Tetapi apa katamu, siapakah Aku ini?" Segera Petrus menjawab, "Engkau adalah Mesias anak Allah yang hidup!" (Mat. 16:15-16). Tetapi tujuh ayat kemudian, kita membaca, "Tetapi Petrus menarik Yesus ke samping, dan menegur Dia ... " Beralih dari satu tindakan ekstrem kepada tindakan ekstrem yang lain merupakan sifat khas Petrus
Ketika Yesus hendak membasuh kaki Petrus di Ruang Atas, murid yang emosional ini berseru, "Engkau tidak akan membasuh kakiku sampai selama-lamanya." Namun, ketika Yesus bersikeras, Petrus berkata, "Tuhan, jangan hanya kakiku saja, tetapi juga tangan dan kepalaku!" (Yoh. 13:8-9).
Pada malam terakhir mereka bersama-sama, Petrus berkata kepada Yesus, "Biarpun mereka semua tergoncang imannya, aku tidak" (Mrk. 14:29). Namun dalam beberapa jam saja, Petrus bukan saja menyangkal Yesus, tetapi bahkan mengutuk Dia (Mrk. 14:71).
Sifat gampang berubah pendirian dan sulit diduga ini, sering menyusahkan Simon Petrus. Namun Roh Kudus membentuknya menjadi seorang yang mantap, pemimpin yang dinamis dari gereja mula-mula, seorang yang "setegar batu karang" (Petrus berarti "batu karang") dalam segala hal.
Para penulis Perjanjian Baru menggunakan empat nama yang berbeda ketika mengacu kepada Petrus. Pertama adalah nama Ibrani Simeon (Kis. 15:14), yang kira-kira berarti "mendengar." Yang kedua adalah Simon, bentuk Yunani untuk Simeon. Yang ketiga adalah Kefas, bahasa Aram untuk "batu karang." Nama yang keempat adalah Petrus, bahasa Yunani untuk "batu karang"; para penulis Perjanjian Baru lebih sering menggunakan nama ini dibandingkan ketiga nama yang lain.
Ketika Yesus bertemu orang ini untuk pertama kalinya, Ia berkata, "Engkau Simon, anak Yohanes (Yunus), engkau akan dinamakan Kefas" (Yoh. 1:42). Yunus adalah nama Yunani, yang artinya "burung merpati" (bdg. Mat. 16:17; Yoh. 21:15-17). Beberapa versi baru menerjemahkannya sebagai "Yohanes."
Petrus dan saudaranya, Andreas, adalah nelayan di Danau Galilea (Mat. 4:18; Mrk. 1:16). Ia berbicara dengan aksen orang Galilea, dan kebiasaan-kebiasaannya yang aneh membuat orang mengenalinya sebagai seorang penduduk asli daerah perbatasan Galilea (bdg. Mrk. 14:70). Saudaranya, Andreas, yang membawanya kepada Yesus (Yoh. 1:40-42).
Ketika Yesus terpaku di kayu salib, Petrus kemungkinan berada bersama-sama dengan kelompok dari Galilea yang "berdiri jauh-jauh dan melihat semuanya itu" (Luk. 23:49). Dalam I Petrus 5:1, ia menulis, "Aku sebagai teman penatua, dan saksi penderitaan Kristus ... "
Simon Petrus selalu menempati urutan teratas dalam daftar para rasul dalam setiap kisah Injil. Hal ini memberi kesan bahwa para penulis Perjanjian Baru menganggap dia sebagai yang paling penting di antara Kedua belas murid. Ia tidak menulis sebanyak Yohanes atau Matius, tetapi ia muncul sebagai pemimpin yang paling berpengaruh di gereja yang mula-mula. Sekalipun ada 120 pengikut Yesus yang menerima pencurahan Roh Kudus pada hari Pentakosta, Alkitab hanya mencatat perkataan Petrus (Kis. 2:14-40). Petruslah yang menyarankan agar para rasul segera mencari pengganti Yudas Iskariot (Kis. 1:22). Ia dan Yohanes adalah murid-murid pertama yang mengadakan mukjizat setelah hari Pentakosta, yaitu menyembuhkan seorang lumpuh di Gerbang Indah Kota Yerusalem (Kis. 3:1-11).
Kitab Kisah Para Rasul banyak menceritakan mengenai perjalanan-perjalanan Paulus, tetapi Petrus juga banyak melakukan perjalanan. Ia mengunjungi Antiokhia (Gal. 2:11), Korintus (I Kor. 1:12), dan mungkin juga Roma. Eusebius menyatakan bahwa Petrus disalibkan di Roma, kemungkinan pada masa pemerintahan Kaisar Nero.
Petrus merasa bebas untuk melayani orang-orang bukan Yahudi (bdg. Kis. 10), tetapi ia lebih dikenal sebagai rasul bagi orang Yahudi (bdg. Gal. 2:8). Sewaktu Paulus semakin giat dalam pelayanan gereja, dan orang-orang Yahudi semakin membenci kekristenan, Petrus berangsur hilang di latar belakang kisah Perjanjian Baru.
Gereja Katolik Roma merunut otoritas Paus sampai kepada Petrus, karena diduga bahwa Petrus adalah Uskup gereja di Roma ketika ia mati. Tradisi mengatakan bahwa Basilika St. Petrus di Roma dibangun di atas tempat Petrus dikuburkan. Penggalian-penggalian modern di bawah gereja kuno itu memperlihatkan sebuah kuburan kuno Romawi dan beberapa makam lainnya yang secara tergesa-gesa digunakan untuk menguburkan orang Kristen. Jika kita membaca kitab-kitab Injil dan bagian awal dari Kitab Kisah Para Rasul secara teliti, tampak kecenderungan untuk mendukung tradisi bahwa Petrus adalah tokoh utama gereja yang mula-mula. Tradisi bahwa Petrus merupakan tokoh pemimpin gereja rasuli mendapat dukungan kuat.
(11) Simon Orang Zelot.
Matius dan Markus merujuk kepada seorang murid yang bernama "Simon orang Kanaan", sedangkan Lukas dan Kitab Kisah Para Rasul menyebutnya "Simon orang Zelot." Kedua nama tersebut mengacu kepada orang yang sama. Zelot berasal dari sebuah kata Yunani yang artinya "orang yang penuh semangat"; "Canaanite" (orang Kanaan) adalah sebuah transliterasi bahasa Inggris dari kata bahasa Aram kanna'ah, yang juga berarti "orang yang penuh semangat"; karena itu murid ini rupanya berasal dari sekte Yahudi yang dikenal sebagai orang-orang Zelot. (Baca "Orang Yahudi Dalam Zaman Perjanjian Baru").
Alkitab tidak menjelaskan kapan Simon orang Zelot diundang untuk bergabung bersama para rasul yang lain. Tradisi mengatakan bahwa Yesus memanggil dia pada saat yang sama ketika la memanggil Andreas dan Petrus, Yakobus dan Yohanes, Yudas Iskariot dan Tadeus (bdg. Mat. 4:18-22).
Kita mempunyai beberapa cerita yang saling bertentangan mengenai pelayanan kemudian dari orang ini. Gereja Kupti di Mesir mengatakan bahwa ia memberitakan Injil di Mesir, Afrika, Britania Raya, dan Persia; sumber-sumber lain zaman dulu mengatakan bahwa ia pernah melayani di kepulauan Britania, tetapi hal ini agak meragukan. Niceforus dari Konstantinopel menulis, "Simon, yang lahir di Kana, Galilea, yang ... juga disebut orang Zelot, setelah menerima Roh Kudus dari surga, mengadakan perjalanan ke seluruh Mesir dan Afrika, lalu ke Mauritania dan Libya, untuk memberitakan Injil. Dan ajaran yang sama juga ia beritakan di sekitar Laut Atlantik dan kepulauan yang disebut Britania Raya."
(12) Tomas.
Injil Yohanes memberikan gambaran yang lebih lengkap mengenai murid yang bernama Tomas daripada gambaran yang kita terima dari Injil-Injil Sinoptik atau Kisah Para Rasul. Yohanes menceritakan bahwa Tomas juga disebut Didimus (Yoh. 11:16), yang berasal dari kata Yunani yang berarti "kembar", sama seperti bahasa Ibrani t'hom. Alkitab Vulgata Latin lebih senang menggunakan nama Didimus sebagai nama diri dan gaya ini diikuti oleh sebagian besar versi Alkitab dalam bahasa Inggris sampai abad ke-20. Versi RSV dan terjemahan terbaru lainnya menyebut dia "Tomas yang disebut si Kembar."
Kita tidak mengetahui siapa Tomas sebelumnya, juga kita tidak tahu tentang latar belakang keluarganya atau bagaimana ia dipanggil untuk bergabung bersama para rasul yang lain. Namun, kita tahu bahwa Tomas adalah salah seorang dari enam murid lain yang kembali pada perahu nelayan mereka yang lama setelah Yesus disalibkan (Yoh. 21:2-3). Hal ini menandakan bahwa mungkin ia pernah belajar menjadi nelayan ketika masih muda.
Pada suatu kesempatan, Yesus memberi tahu kepada murid-murid-Nya bahwa Ia bermaksud kembali ke Yudea. Murid-murid-Nya memperingatkan Dia untuk tidak pergi ke sana karena kebencian masyarakat Yudea kepada-Nya. Tetapi Tomas berkata; "Marilah kita pergi juga untuk mati bersama-sama dengan Dia" (Yoh. 11:16).
Namun para pembaca modern sering melupakan keberanian Tomas; ia lebih sering dikenang sebagai orang yang lemah dan peragu. Di Ruang Atas, Yesus berkata kepada para murid-Nya, "Dan ke mana Aku pergi, kamu tahu jalan ke situ." Tetapi Tomas menjawab, "Tuhan, kami tidak tahu ke mana Engkau pergi; jadi bagaimana kami tahu jalan ke situ?" (Yoh. 14:4-5). Setelah Yesus bangkit dari antara orang mati, Tomas mengatakan kepada teman-temannya, "Sebelum aku melihat bekas paku pada tangan-Nya dan sebelum aku mencucukkan jariku ke dalam bekas paku itu dan mencucukkan tanganku ke dalam lambung-Nya, sekali-sekali aku tidak akan percaya" (Yoh. 20:25). Beberapa hari kemudian Yesus menampakkan diri kepada Tomas dan murid-murid yang lain untuk memberikan bukti fisik bahwa Ia hidup. Pada saat itu Tomas berseru, "Ya Tuhanku dan Allahku!" (Yoh. 20:28).
Para bapak Gereja mula-mula sangat menghargai contoh yang diberikan Tomas. Augustinus berkomentar, "Ia telah ragu-ragu supaya kita tidak ragu-ragu."
Tradisi mengatakan bahwa akhirnya Tomas menjadi misionaris di India. Konon ia mati sebagai martir di sana dan dikuburkan di Milapore, yang sekarang menjadi daerah pinggiran Kota Madras. Namanya terus dikenang oleh sebuah gereja yang bernama Marthoma, atau gereja "Guru Tomas."
(13) Pengganti Yudas.
Setelah kematian Yudas Iskariot, Simon Petrus mengusulkan agar para rasul memilih seseorang untuk menggantikan pengkhianat itu. Petrus memberikan beberapa persyaratan tertentu yang harus dimiliki oleh rasul yang baru (bdg. Kis. 1:15-22). Calon rasul ini harus mengenal Yesus "mulai dari baptisan Yohanes sampai pada hari Yesus terangkat ke surga meninggalkan kami." Ia juga harus menjadi "saksi dengan kami tentang kebangkitan-Nya" (Kis. 1:22).
Para rasul menemukan dua orang yang memenuhi persyaratan-persyaratan tersebut; Yusuf yang juga dikenal sebagai Yustus, dan Matias (Kis. 1:23). Mereka kemudian membuang undi untuk menentukan pilihan, dan pilihan jatuh kepada Matias.
Nama Matias melupakan nama lain dalam bahasa Ibrani untuk Mattathias, yang berarti "pemberian Allah." Sayang sekali, Alkitab tidak menceritakan apa-apa mengenai pelayanan Matias. Eusebius berpendapat bahwa Matias mungkin melupakan salah seorang dari tujuh puluh orang yang diutus oleh Yesus untuk mengabarkan Injil (bdg. Luk. 10:1-6). Beberapa sumber lainnya mengidentifikasi dia sebagai Zakheus (bdg. Luk. 19:2-8). Sebuah tradisi mengatakan bahwa ia memberitakan Injil kepada orang-orang kanibal di Mesopotamia, tradisi lainnya mengatakan bahwa ia dilempari batu sampai mati oleh orang Yahudi. Bagaimanapun juga, kita tidak memiliki bukti yang cukup kuat untuk mendukung salah satu dari cerita ini.
Beberapa pakar menyebutkan bahwa Matias didiskualifikasi sebagai rasul, dan kemudian para rasul memilih Yakobus, saudara Yesus, untuk menggantikannya (bdg. Gal. 1:19; 2:9). Namun, tampaknya ada lebih dari 12 orang yang dipandang sebagai rasul dalam gereja yang mula-mula dan Alkitab tidak memberikan indikasi bahwa Matias telah meninggalkan kelompok rasul.
Sumber: http://alkitab.sabda.org/resource.php?topic=1188&res=almanac
Pada hari setelah Yohanes Pembaptis melihat Roh Kudus turun ke atas Yesus, Ia memperkenalkan Yesus kepada dua orang muridnya dan berkata, "Lihatlah Anak Domba Allah!" (Yoh. 1:36). Tertarik dengan pemberitahuan tersebut, kedua orang itu meninggalkan Yohanes dan mulai mengikuti Yesus. Yesus memperhatikan mereka dan menanyakan apa yang mereka cari. Dengan segera mereka menjawab, "Rabi, di manakah Engkau tinggal?" Yesus mengajak mereka ke rumah di mana Ia tinggal dan mereka menginap di sana dengan Dia. Seorang dari mereka bernama Andreas (Yoh. 1:38-40).
Andreas segera menemui saudaranya, Simon Petrus. Ia berkata kepada Petrus, "Kami telah menemukan Mesias ... (Yoh. 1:41). Melalui kesaksian ini, ia memenangkan Petrus bagi Tuhan.
Andreas adalah sebuah nama Yunani yang berarti "gagah." , Petunjuk lain dalam Injil menunjukkan bahwa Andreas kuat secara fisik dan seorang yang setia juga beriman. Ia dan Petrus mendiami sebuah rumah bersama (Mrk. 1:29). Mereka adalah anak dari seorang yang bernama Yunus atau Yohanes, seorang nelayan kaya. Kedua orang muda itu telah bergabung dengan ayah mereka dalam usaha penangkapan ikan.
Andreas lahir di Betsaida, di tepi utara Danau Galilea. Meskipun Injil Yohanes menggambarkan pertemuan pertama Andreas dengan Yesus, ia tidak menyebutkan Andreas sebagai murid sampai beberapa lama kemudian (Yoh. 6:8). Injil Matius memberi tahu bahwa ketika Yesus sedang berjalan menyusur pantai Danau Galilea, Ia memanggil Andreas dan Petrus dan mengajak mereka untuk menjadi murid-Nya (Mat. 4:18-19). Cerita ini tidaklah bertentangan dengan kisah Yohanes: melainkan menambahkan detil yang baru. Jika dibaca dengan teliti, Yohanes 1:35-40 menunjukkan bahwa Yesus tidak mengajak Andreas dan Petrus untuk mengikuti Dia pada pertemuan pertama mereka.
Andreas dan seorang murid lain yang bernama Filipus memperkenalkan kelompok orang Yunani kepada Yesus (Yoh. 12:20-22). Karena alasan ini, kita dapat mengatakan bahwa Andreas dan Filipus adalah misionaris pertama tentang iman Kristen.
Tradisi mengatakan bahwa Andreas menghabiskan tahun-tahun terakhir hidupnya di Skitia, di sebelah utara Laut Hitam. Tetapi sebuah buku kecil berjudul Acts of Andrew (kemungkinan ditulis sekitar tahun 260) bercerita bahwa Andreas memberitakan Injil terutama di daerah Makedonia dan meninggal sebagai seorang martir di Patras.89
Tradisi Katolik Roma menceritakan bahwa Andreas disalibkan pada kayu salib yang berbentuk X, sebuah simbol religius yang sekarang dikenal sebagai Salib Santo Andreas. Juga dipercaya bahwa ia disalibkan pada tanggal 30 November, jadi gereja Katolik Roma dan gereja Ortodoks Yunani memperingati peristiwa itu pada setiap tanggal tersebut. Dewasa ini Andreas menjadi Santo pelindung untuk Skotlandia. Ordo Santo Andreas merupakan perkumpulan penyambut tamu di gereja yang berusaha terutama untuk bersikap sopan terhadap orang asing.
(2) Bartolomeus (Natanael?)
Kami tidak mempunyai informasi yang cukup tentang identitas rasul yang bernama Bartolomeus. Ia hanya disebutkan dalam daftar para rasul. Selain itu, sementara Injil-Injil sinoptik setuju bahwa nama rasul tersebut adalah Bartolomeus, Yohanes menyebutnya sebagai Natanael (Yoh. 1:45). Beberapa pakar percaya bahwa Bartolomeus adalah nama keluarga Natanael.
Menurut bahasa Aram, kata bar berarti "anak laki-laki," jadi nama Bartolomeus secara harfiah berarti "anak laki-laki Talmai" Alkitab tidak memperkenalkan Talmai kepada kita, tetapi ia mungkin diberi nama sesuai dengan nama Raja Talmai dari Gesur (II Sam. 3:3). Beberapa pakar yakin bahwa Bartolomeus mempunyai hubungan dengan keluarga Ptolemeus, keluarga yang berkuasa di Mesir; teori ini didasarkan pada pernyataan Hieronimus bahwa Bartolomeus adalah satu-satunya rasul dari kalangan bangsawan.
Dengan beranggapan bahwa Bartolomeus adalah orang yang sama dengan Natanael, kita belajar sedikit lebih banyak tentang dirinya dari Injil Yohanes. Yesus menyebut Natanael "seorang Israel sejati ... tidak ada kepalsuan di dalamnya" (Yoh. 1:47).
Tradisi mengatakan bahwa Natanael melayani sebagai misionaris di India. Venerable Bede mengatakan bahwa kepalanya dipancung oleh Raja Astriagis. Tradisi lainnya mengatakan bahwa Natanael disalibkan dengan kepala di bawah.
(3) Yakobus, Anak Alfeus
Injil hanya menyebutkan sekilas mengenai Yakobus, anak Alfeus (Mat. 10:3, Mrk. 3:18, Luk 6:15).
Banyak pakar yakin bahwa Yakobus adalah saudara Matius, karena Alkitab mengatakan bahwa ayah Matius juga bernama Alfeus (Mrk. 2:14). Lainnya beranggapan bahwa Yakobus yang ini dikenal sebagai "Yakobus Muda"; tetapi kita tidak mempunyai bukti bahwa kedua nama ini merujuk pada orang yang sama (bdg. Mrk. 15:40).
Jika anak Alfeus adalah sama dengan Yakobus Muda, kemungkinan ia adalah sepupu Yesus sendiri (bdg. Mat. 27:56; Yoh. 19:25). Beberapa penafsir Alkitab berteori bahwa murid yang satu ini memiliki kemiripan fisik dengan Yesus, yang bisa menjelaskan mengapa Yudas Iskariot perlu untuk memperkenalkan Yesus pada malam Ia dikhianati (Mrk. 14:43-45; Luk. 22:47-48).
Beberapa legenda mengatakan bahwa Yakobus ini mengabarkan Injil di Persia dan disalibkan di sana. Tetapi kita tidak mempunyai informasi nyata mengenai pelayanan terakhir dan kematiannya.
(4) Yakobus, Anak Zebedeus.
Setelah Yesus memanggil Simon Petrus dan saudaranya Andreas, Ia pergi sedikit lebih jauh lagi di tepi pantai Danau Galilea dan memanggil "Yakobus anak Zebedeus. dan Yohanes saudaranya, yang juga sedang membereskan jala mereka di dalam perahu" (Mrk. 1:19). Seperti Petrus dan Andreas; Yakobus dan saudaranya dengan segera menanggapi ajakan Kristus.
Yakobus adalah rasul pertama dari kedua belas rasul yang harus mati sebagai martir. Raja Herodes Agripa I memerintahkan agar Yakobus dihukum mati dengan pedang (Kis. 12:2). Tradisi mengatakan bahwa hal ini terjadi pada tahun 44, ketika Yakobus masih sangat muda tentunya. (Meskipun Perjanjian Baru tidak menjelaskan tentang kematian para rasul yang lain sebagai martir, tradisi mengatakan kepada kita bahwa mereka semua mati demi mempertahankan imannya, kecuali Yohanes.)
Injil tidak pernah menyebutkan Yakobus sendirian; para penulis Injil selalu menyebut "Yakobus dan Yohanes." Bahkan ketika mencatat kematiannya, Kisah Para Rasul menyebutnya sebagai "Yakobus saudara Yohanes" (Kis. 12:2). Yakobus dan Yohanes mulai mengikuti Yesus pada hari yang sama, dan keduanya hadir ketika Yesus dipermuliakan (Mrk. 9:2-13). Yesus menyebut kedua orang ini "anak-anak guruh" (Mrk. 3:17).
Penganiayaan yang merenggut nyawa Yakobus telah membangkitkan semangat baru pada jemaat Kristen pada saat itu (bdg. Kis. 12:5-25). Tidak diragukan lagi, Herodes Agripa berharap bisa menghancurkan gerakan Kristen dengan membunuh pemimpin-pemimpin mereka, seperti Yakobus. "Maka firman Tuhan makin tersebar dan makin banyak didengar orang" (ay. 24).
Anehnya, Injil Yohanes tidak pernah menyebutkan Yakobus. Yohanes merasa segan untuk menyebutkan namanya sendiri, dan mungkin ia juga merasa rendah hati untuk menyebutkan berbagai aktivitas saudaranya. Hanya sekali Yohanes merujuk pada dirinya dan Yakobus sebagai "anak-anak Zebedeus" (Yoh. 21:2). Selain itu, ia tidak mengatakan apa-apa mengenai kegiatan Yakobus.
Legenda-legenda mengatakan bahwa Yakobus merupakan misionaris Kristen pertama ke Spanyol. Pemimpin Gereja Katolik Roma beranggapan bahwa tulang-tulangnya dikuburkan di Kota Santiago, bagian barat laut Spanyol.
(5) Yohanes.
Untunglah, kita mempunyai informasi cukup banyak mengenai murid yang bernama Yohanes. Markus memberi tahu bahwa Yohanes adalah saudara Yakobus, anak Zebedeus (Mrk. 1:19). Markus menceritakan bahwa Yakobus dan Yohanes bekerja bersama dengan "orang-orang upahan" ayah mereka (Mrk. 1:20).
Beberapa pakar menduga bahwa ibu Yohanes adalah Salome, yang ikut serta menyaksikan penyaliban Yesus (Mrk. 15:40). Jika Salome adalah saudara ibu Yesus, seperti yang tersirat dalam Injil Yohanes (Yoh. 19:25), tentunya Yohanes adalah sepupu Yesus.
Yesus menjumpai Yohanes dan saudaranya Yakobus sedang membereskan jala mereka di pinggir Danau Galilea. Yesus menyuruh mereka pergi agak jauh dari pantai dan menebarkan jala untuk menangkap ikan. Mereka mendapatkan hasil tangkapan yang sangat banyak - suatu mukjizat yang meyakinkan mereka akan kuasa Yesus. "Dan sesudah mereka menghela perahu-perahu mereka ke darat, merekapun meninggalkan segala sesuatu, lalu mengikut Yesus" (Luk. 5:11). Simon Petrus ada bersama dengan mereka.
Rupanya Yohanes seorang pemuda yang bertindak menuruti kata hatinya. Tidak lama setelah ia dan Yakobus menjadi anggota kelompok murid yang terdekat dengan Yesus, Sang Guru menjuluki mereka "anak-anak guruh" (Mrk. 3:17). Para murid kelihatannya menempatkan Yohanes di tempat kedua dalam kelompok mereka. Semua kitab Injil menyebut Yohanes setelah Yakobus; pada banyak kesempatan, kelihatannya, Yakobuslah yang menjadi juru bicara kedua bersaudara itu. Ketika Rasul Paulus menyebutkan Yohanes di antara para rasul yang ada di Yerusalem, ia menempatkan Yohanes pada urutan terakhir (Gal. 2:9).
Emosi Yohanes sering meledak-ledak ketika ia berbicara dengan Yesus. Pada suatu ketika, Yohanes menjadi marah karena seorang lain melayani dengan menggunakan nama Yesus. "Kami cegah orang itu,", ia berkata kepada Yesus, "karena ia bukan pengikut kita" (Mrk. 9:38). Yesus menjawab, "Jangan kamu cegah dia! ... Barangsiapa tidak melawan kita, ia ada di pihak kita." Pada kesempatan yang lain, Yakobus dan Yohanes dengan ambisius menyarankan agar mereka diizinkan duduk di sebelah kanan dan kiri Yesus di surga. Ide ini menimbulkan kemarahan murid-murid yang lain (Mrk: 10:35-41).
Namun keberanian Yohanes berguna pada waktu kematian dan kebangkitan Yesus. Injil Yohanes 18:15 mengatakan kepada kita bahwa Yohanes "mengenal Imam Besar." Sebuah legenda Fransiskan menceritakan bahwa keluarga Yohanes memasok ikan kepada keluarga imam besar.90 Mungkin hal inilah yang membuat para pengawal ragu-ragu untuk menangkap dia ketika mereka menahan Yesus. Bagaimanapun juga, Yohanes adalah satu-satunya rasul yang berani berdiri di kaki salib, dan Yesus menyerahkan ibu-Nya untuk dijaga oleh Yohanes (Yoh. 19:26-27). Ketika para murid mendengar bahwa tubuh Yesus menghilang dari kubur, Yohanes lari mendahului mereka yang lain dan sampai di kubur paling awal. Walaupun begitu, ia membiarkan Petrus masuk terlebih dahulu ke dalam kubur (Yoh. 20:1-4; 8).
Seandainya benar bahwa Yohanes yang menulis Injil keempat, surat-surat Yohanes dan Kitab Wahyu, maka ialah rasul yang paling banyak menuliskan isi Perjanjian Baru daripada rasul-rasul yang lain. Kita tidak memiliki alasan yang cukup kuat untuk meragukan bahwa Yohaneslah yang menulis kitab-kitab itu.
Tradisi menceritakan bahwa Yohanes merawat ibu Yesus sementara ia menggembalakan jemaat di Efesus, dan ibu Yesus meninggal di sana. Tertulianus mengatakan bahwa Yohanes dibawa ke Roma dan "dimasukkan ke dalam minyak mendidih, namun ia tidak terluka, dan kemudian ia dibuang ke sebuah pulau." Pulau itu kemungkinan adalah Pulau Patmos, tempat Kitab Wahyu ditulis. Juga dipercayai bahwa Yohanes hidup sampai lanjut usia dan tubuhnya dibawa kembali ke Efesus untuk dimakamkan di sana.
(6) Yudas
(yang bukan Iskariot). Yohanes menyebutkan seorang dari para murid itu sebagai "Yudas, yang bukan Iskariot" (Yoh. 14:22). Tidaklah mudah untuk menentukan identitas murid yang satu ini. Hieronimus menjulukinya Trionius - "orang dengan tiga nama."
Perjanjian Baru menyebutkan beberapa orang dengan nama Yudas - Yudas Iskariot (lihat bagian berikutnya), Yudas saudara Yesus (Mat. 13:55; Mrk. 6:3), Yudas dari Galilea (Kis. 5:37), dan "Yudas, yang bukan Iskariot." Jelas sekali, Yohanes bermaksud untuk menghindari kebingungan ketika ia merujuk kepada orang ini, terutama karena murid yang lain yang bernama Yudas itu mempunyai reputasi yang sangat buruk.
Matius menyebut orang ini Lebeus, "yang nama keluarganya adalah Tadeus" (Mat. 10:3). Markus hanya menyebutnya Tadeus (Mrk. 3:8). Lukas menyebutnya sebagai "Yudas anak Yakobus" (Luk. 6:16; Kis. 1:13). Alkitab versi King James melakukan kesalahan ketika menerjemahkan Injil Lukas dengan mengatakan bahwa orang ini adalah saudara Yakobus.
Kita tidak tahu pasti siapa ayah Tadeus yang sebenarnya. Beberapa orang berpikir bahwa ia adalah Yakobus, saudara Yesus - dengan demikian Yudas merupakan kemenakan laki-laki Yesus. Tetapi ini tidak mungkin, karena para sejarawan gereja mula-mula melaporkan bahwa Yakobus yang ini tidak pernah menikah. Beberapa orang lain berpikir bahwa ayahnya adalah Rasul Yakobus, anak Zebedeus. Kita tidak dapat memastikannya.
William Steuart McBirnie mengusulkan bahwa nama Tadeus adalah bentuk kecil untuk Theudas, yang berasal dari kata benda bahasa Aram tad, yang berarti "dada." Jadi, Tadeus bisa jadi merupakan nama julukan yang secara harfiah berarti "yang dekat dengan dada", atau "yang dicintai." McBirnie beranggapan bahwa nama Lebeus mungkin berasal dari kata benda leb dalam bahasa Ibrani, Yang artinya "hati".91
Sejarawan Eusebius menceritakan bahwa Yesus pernah mengutus rasul yang satu ini kepada Raja Abgar di Mesopotamia untuk berdoa agar raja itu disembuhkan. Menurut cerita ini, Yudas pergi ke Abgar setelah kenaikan Yesus. ke surga, dan ia tetap berada di Mesopotamia untuk memberitakan Injil di beberapa kota di Mesopotamia.92 Tradisi lainnya menyatakan bahwa murid ini dibunuh oleh para penyihir di Kota Suanir di Persia. Konon ia dibunuh dengan pentungan dan lemparan batu.
(7) Yudas Iskariot.
Semua Injil menempatkan Yudas Iskariot di urutan terakhir dari murid-murid Yesus. Tidak diragukan lagi, ini menunjukkan reputasi buruk Yudas sebagai pengkhianat Yesus.
Kata Iskariot dalam bahasa Aram secara harfiah berarti "pria dari Keriot." Keriot adalah nama sebuah kota kecil dekat Hebron (Yos. 15:25). Namun, Yohanes mengatakan bahwa Yudas adalah anak Simon (Yoh. 6:71).
Jika benar Yudas berasal dari Kota Keriot, ia adalah satu-satunya orang Yudea di antara para murid Yesus. Orang-orang Yudea mengejek orang-orang Galilea sebagai penduduk perbatasan yang kasar. Sikap ini mungkin yang membuat Yudas merasa terasing di antara para murid yang lain.
Injil tidak menceritakan secara jelas, kapan Yesus memanggil Yudas Iskariot untuk bergabung dengan kelompok pengikutnya. Kemungkinan hal ini dilakukan pada saat mula-mula ketika Yesus memanggil banyak orang (bdg. Mat. 4:18-22).
Yudas bertugas sebagai bendahara para rasul, dan sedikitnya pada suatu kesempatan ia menunjukkan sifat kikirnya terhadap pekerjaan mereka. Ketika seorang wanita bernama Maria datang untuk mengurapi kaki Yesus dengan minyak yang mahal harganya, Yudas mengeluh, "Mengapa minyak narwastu ini tidak dijual tiga ratus dinar dan uangnya diberikan kepada orang-orang miskin?" (Yoh. 12:5). Yohanes memberi komentar bahwa Yudas berkata demikian "bukan karena ia memperhatikan nasib orang miskin, melainkan karena ia adalah seorang pencuri" (Yoh. 12:6).
Ketika para rasul makan bersama untuk terakhir kalinya dengan Yesus, Tuhan menunjukkan bahwa ia sudah tahu diri-Nya akan dikhianati, dan Ia menyebut Yudas sebagai pelakunya. Yesus mengatakan kepada Yudas, "Apa yang hendak kauperbuat, perbuatlah dengan segera" (Yoh. 13:27). Meskipun demikian murid-murid lain tidak curiga tentang apa yang sesungguhnya akan diperbuat Yudas. Yohanes melaporkan bahwa "Karena Yudas memegang kas ada yang menyangka, bahwa Yesus menyuruh dia membeli apa-apa yang perlu untuk perayaan itu (Paskah) ... " (Yoh. 13:28-29).
Para pakar mengemukakan beberapa teori mengenai alasan pengkhianatan Yudas. Sebagian dari mereka berpikir bahwa Yudas merasa sakit hati ketika Yesus menegur dia waktu ia mencela perempuan yang mengurapi Yesus.93 Yang lain lagi berpikir bahwa Yudas melakukan hal itu karena tamak akan uang yang ditawarkan oleh musuh-musuh Yesus.94 Lukas dan Yohanes hanya mengatakan bahwa Iblis yang mendorong perbuatan Yudas (Luk. 22:3; Yoh. 13:27).
Matius menceritakan bahwa Yudas menyesal dan berusaha untuk mengembalikan uang itu kepada para penangkap Yesus, "Maka ia pun melemparkan uang perak itu ke dalam Bait Suci, lalu pergi dari situ dan menggantung diri" (Mat. 27:5). Menurut sebuah legenda rakyat, Yudas menggantung dirinya di sebuah pohon yang kuncupnya berwarna merah, yang sering disebut "pohon Yudas." Dalam beberapa tulisan modern, Yudas digambarkan sebagai seorang zelot atau seorang patriot yang ekstrem yang kecewa karena kegagalan Yesus untuk memimpin sebuah gerakan masa atau pemberontakan terhadap Roma. Namun, hingga kini hanya sedikit bukti untuk pandangan ini.
(8) Matius.
Pada zaman Yesus, pemerintah Romawi mengumpulkan beberapa macam pajak dari masyarakat Palestina. Pajak untuk mengangkut barang melalui jalan darat atau laut ditagih oleh pemungut pajak swasta, yang membayar jumlah tertentu kepada pemerintah Romawi untuk mendapat hak menagih pajak ini. Para pemungut pajak ini mengambil keuntungan dengan memungut jumlah yang lebih besar dari yang sudah ditetapkan. Pemungut pajak yang sah kadang-kadang menyewa pejabat-pejabat kecil yang disebut pemungut cukai untuk mengerjakan pekerjaan mereka. Para pemungut cukai ini memperoleh upah mereka dengan menagih sedikit lebih banyak dari apa yang dituntut oleh atasan mereka. Murid Tuhan yang bernama Matius adalah seorang pemungut cukai yang mengumpulkan pajak di jalan antara Damsyik dan Ako; posnya terletak sedikit di luar Kapernaum dan mungkin juga ia menarik pajak pendapatan dari para nelayan.
Biasanya, pemungut cukai menarik pajak sebesar 5 persen dari harga beli barang-barang yang biasa dan 12,5 persen untuk barang-barang mewah. Matius juga menarik pajak dari para nelayan yang menangkap ikan sepanjang Danau Galilea dan para pemilik perahu yang membawa barang-barang mereka dari kota-kota di seberang danau.
Orang Yahudi menganggap uang para pemungut pajak sebagai uang haram, jadi mereka tidak pernah mengambil uang kembali dari para penagih pajak tersebut. Seandainya seorang Yahudi tidak memiliki uang pas seperti yang dikehendaki si penagih, maka ia akan meminjam dari temannya. Masyarakat Yahudi memandang rendah para pemungut cukai sebagai wakil kekaisaran Romawi yang mereka benci dan wakil raja boneka Yahudi. Pala pemungut cukai dilarang untuk memberikan kesaksian di pengadilan, dan mereka juga tidak boleh memberikan uang persepuluhan di Bait Suci Bahkan seorang Yahudi baik-baik tidak mau berhubungan dengan pemungut cukai dalam kehidupannya (bdg. Mat. 9:10-13).
Orang Yahudi membagi para penagih pajak menjadi dua golongan. Yang pertama disebut gabbai, mereka yang menagih pajak umum untuk pertanian dan pajak sensus dari masyarakat. Golongan yang kedua disebut mokhsa, yakni petugas yang mengumpulkan uang dari para pedagang keliling. Kebanyakan mokhsa ini adalah orang Yahudi, karenanya mereka dipandang sebagai pengkhianat bangsanya sendiri. Matius termasuk dalam golongan penagih pajak ini.
Injil Matius menceritakan bahwa Yesus mendekati orang yang dianggap tidak pantas menjadi murid-Nya ini ketika pada suatu hari ia sedang duduk di rumah cukainya. Yesus hanya mengatakan kepada Matius, "Ikutlah Aku," dan Matius segera meninggalkan pekerjaannya dan mengikuti Sang Guru (Mat. 9:9).
Kelihatannya Matius adalah seorang yang berada, karena ia mengadakan perjamuan makan di rumahnya. "Dan Lewi mengadakan suatu perjamuan besar untuk Dia di rumahnya dan sejumlah besar pemungut cukai dan orang-orang lain turut makan bersama-sama dengan Dia" (Luk. 5:29). Fakta sederhana bahwa Matius memiliki rumah sendiri menunjukkan bahwa ia lebih kaya dari para pemungut cukai yang lain.
Karena jenis pekerjaannya, kita merasa cukup yakin bahwa Matius dapat membaca dan menulis. Dokumen-dokumen pajak pada kertas papirus yang berasal dari sekitar tahun 100 menunjukkan bahwa para pemungut cukai cukup menguasai keterampilan hitung-menghitung. (Mereka menggunakan simbol-simbol Yunani yang lebih sederhana, dan bukan angka-angka Romawi yang rumit)
Matius mungkin memiliki hubungan saudara dengan rasul Yakobus, karena masing-masing mereka disebut "anak Alfeus" (Mat. 10:3; Mrk. 2:14). Kadang-kadang Lukas menggunakan nama Lewi untuk menyebut Matius (bdg. Luk. 5:27-29). Karena itu, beberapa pakar yakin bahwa nama Matius sebelum ia memutuskan untuk mengikut Yesus adalah Lewi, dan bahwa Yesus memberinya nama yang baru, yang berarti "pemberian Allah." Pakar lainnya beranggapan bahwa Matius adalah anggota suku para imam Lewi.
Meskipun seorang mantan pemungut cukai telah bergabung dengan kelompok-Nya, Yesus tidak bersikap lunak kepada para penagih pajak. Ia menyamakan mereka dengan perempuan sundal (bdg. Mat. 21:31), dan Matius sendiri menggolongkan para pemungut cukai dengan orang berdosa (Mat. 9:10).
Di antara semua kitab Injil lainnya, Injil Matius mungkin yang paling berpengaruh. Kepustakaan kristiani dari abad kedua lebih sering mengutip dari Injil Matius daripada Injil lainnya. Para bapa gereja menempatkan Injil Matius pada permulaan kanon Perjanjian Baru, kemungkinan karena dinilai memiliki arti yang penting. Tulisan Matius menekankan bahwa Yesus menggenapi nubuat Perjanjian Lama. Injil tersebut menekankan bahwa Yesus adalah Mesias yang dijanjikan, yang datang untuk menebus seluruh umat manusia.
Kita tidak tahu apa yang terjadi dengan Matius setelah hari Pentakosta. Dalam bukunya, Book of Martyrs, John Foxe menulis bahwa Matius menghabiskan sisa hidupnya dengan menginjil di Partia dan Etiopia. Foxe mengatakan bahwa Matius mati sebagai martir di kota Nadabah pada tahun 60. Bagaimanapun juga, kita tidak tahu dari sumber manakah Foxe mendapat informasi ini (selain dari sumber-sumber Yunani abad pertengahan) dan kita tidak dapat menilai apakah informasi ini layak dipercaya.
(9) Filipus.
Injil Yohanes adalah satu-satunya Injil yang memberikan informasi yang cukup rinci mengenai murid yang bernama Filipus. (Filipus ini janganlah dikelirukan dengan Filipus pemberita Injil - bdg. Kis. 21:8).
Yesus pertama kali bertemu dengan Filipus di Betania di seberang Sungai Yordan (Yoh. 1:28). Sangat menarik bahwa Yesus memanggil Filipus sendirian, sementara Ia memanggil sebagian besar murid-murid lainnya secara berpasangan. Filipus memperkenalkan Natanael kepada Yesus (Yoh. 1:45-51) dan Yesus juga memanggil Natanael (atau Natanael Bartolomeus) untuk menjadi murid-Nya.
Ketika 5000 orang berkumpul untuk mendengarkan Yesus, Filipus bertanya kepada Tuhan bagaimana mereka bisa memberi makan orang banyak itu. "Roti seharga dua ratus dinar tidak akan cukup untuk mereka, sekalipun masing-masing mendapat sepotong kecil saja," katanya (Yoh. 6:70).
Pada kesempatan lain, sekumpulan orang Yunani datang kepada Filipus dan memintanya untuk memperkenalkan mereka kepada Yesus. Filipus dengan bantuan Andreas membawa orang-orang itu untuk bertemu dengan Yesus (Yoh. 12:20-22).
Sementara para murid makan perjamuan terakhir dengan Yesus, Filipus berkata, "Tuhan, tunjukkanlah Bapa itu kepada kami, itu sudah cukup bagi kami" (Yoh. 14:8). Yesus menjawab bahwa mereka sudah melihat Bapa di dalam diri-Nya.
Tiga kejadian ini merupakan semua informasi mengenai Filipus yang bisa kita dapatkan dari kitab-kitab Injil. Pihak gereja sendiri memelihara banyak tradisi tentang pelayanan terakhir dan kematiannya. Beberapa sumber mengatakan bahwa ia melayani di Prancis: sebagian lagi mengatakan ia melayani di Rusia Selatan, Asia Kecil, atau bahkan India. Pada tahun 194, Uskup Polikrates dari Antiokhia menulis bahwa "Filipus, salah seorang dari kedua belas rasul, meninggal di Hierapolis." Namun, kita tidak memiliki bukti yang kuat untuk mendukung pernyataan ini.
(10) Simon (Petrus)
Petrus. Murid yang bernama Simon Petrus adalah seseorang yang penuh dengan kekontrasan. Di Kaisarea Filipi, Yesus bertanya, "Tetapi apa katamu, siapakah Aku ini?" Segera Petrus menjawab, "Engkau adalah Mesias anak Allah yang hidup!" (Mat. 16:15-16). Tetapi tujuh ayat kemudian, kita membaca, "Tetapi Petrus menarik Yesus ke samping, dan menegur Dia ... " Beralih dari satu tindakan ekstrem kepada tindakan ekstrem yang lain merupakan sifat khas Petrus
Ketika Yesus hendak membasuh kaki Petrus di Ruang Atas, murid yang emosional ini berseru, "Engkau tidak akan membasuh kakiku sampai selama-lamanya." Namun, ketika Yesus bersikeras, Petrus berkata, "Tuhan, jangan hanya kakiku saja, tetapi juga tangan dan kepalaku!" (Yoh. 13:8-9).
Pada malam terakhir mereka bersama-sama, Petrus berkata kepada Yesus, "Biarpun mereka semua tergoncang imannya, aku tidak" (Mrk. 14:29). Namun dalam beberapa jam saja, Petrus bukan saja menyangkal Yesus, tetapi bahkan mengutuk Dia (Mrk. 14:71).
Sifat gampang berubah pendirian dan sulit diduga ini, sering menyusahkan Simon Petrus. Namun Roh Kudus membentuknya menjadi seorang yang mantap, pemimpin yang dinamis dari gereja mula-mula, seorang yang "setegar batu karang" (Petrus berarti "batu karang") dalam segala hal.
Para penulis Perjanjian Baru menggunakan empat nama yang berbeda ketika mengacu kepada Petrus. Pertama adalah nama Ibrani Simeon (Kis. 15:14), yang kira-kira berarti "mendengar." Yang kedua adalah Simon, bentuk Yunani untuk Simeon. Yang ketiga adalah Kefas, bahasa Aram untuk "batu karang." Nama yang keempat adalah Petrus, bahasa Yunani untuk "batu karang"; para penulis Perjanjian Baru lebih sering menggunakan nama ini dibandingkan ketiga nama yang lain.
Ketika Yesus bertemu orang ini untuk pertama kalinya, Ia berkata, "Engkau Simon, anak Yohanes (Yunus), engkau akan dinamakan Kefas" (Yoh. 1:42). Yunus adalah nama Yunani, yang artinya "burung merpati" (bdg. Mat. 16:17; Yoh. 21:15-17). Beberapa versi baru menerjemahkannya sebagai "Yohanes."
Petrus dan saudaranya, Andreas, adalah nelayan di Danau Galilea (Mat. 4:18; Mrk. 1:16). Ia berbicara dengan aksen orang Galilea, dan kebiasaan-kebiasaannya yang aneh membuat orang mengenalinya sebagai seorang penduduk asli daerah perbatasan Galilea (bdg. Mrk. 14:70). Saudaranya, Andreas, yang membawanya kepada Yesus (Yoh. 1:40-42).
Ketika Yesus terpaku di kayu salib, Petrus kemungkinan berada bersama-sama dengan kelompok dari Galilea yang "berdiri jauh-jauh dan melihat semuanya itu" (Luk. 23:49). Dalam I Petrus 5:1, ia menulis, "Aku sebagai teman penatua, dan saksi penderitaan Kristus ... "
Simon Petrus selalu menempati urutan teratas dalam daftar para rasul dalam setiap kisah Injil. Hal ini memberi kesan bahwa para penulis Perjanjian Baru menganggap dia sebagai yang paling penting di antara Kedua belas murid. Ia tidak menulis sebanyak Yohanes atau Matius, tetapi ia muncul sebagai pemimpin yang paling berpengaruh di gereja yang mula-mula. Sekalipun ada 120 pengikut Yesus yang menerima pencurahan Roh Kudus pada hari Pentakosta, Alkitab hanya mencatat perkataan Petrus (Kis. 2:14-40). Petruslah yang menyarankan agar para rasul segera mencari pengganti Yudas Iskariot (Kis. 1:22). Ia dan Yohanes adalah murid-murid pertama yang mengadakan mukjizat setelah hari Pentakosta, yaitu menyembuhkan seorang lumpuh di Gerbang Indah Kota Yerusalem (Kis. 3:1-11).
Kitab Kisah Para Rasul banyak menceritakan mengenai perjalanan-perjalanan Paulus, tetapi Petrus juga banyak melakukan perjalanan. Ia mengunjungi Antiokhia (Gal. 2:11), Korintus (I Kor. 1:12), dan mungkin juga Roma. Eusebius menyatakan bahwa Petrus disalibkan di Roma, kemungkinan pada masa pemerintahan Kaisar Nero.
Petrus merasa bebas untuk melayani orang-orang bukan Yahudi (bdg. Kis. 10), tetapi ia lebih dikenal sebagai rasul bagi orang Yahudi (bdg. Gal. 2:8). Sewaktu Paulus semakin giat dalam pelayanan gereja, dan orang-orang Yahudi semakin membenci kekristenan, Petrus berangsur hilang di latar belakang kisah Perjanjian Baru.
Gereja Katolik Roma merunut otoritas Paus sampai kepada Petrus, karena diduga bahwa Petrus adalah Uskup gereja di Roma ketika ia mati. Tradisi mengatakan bahwa Basilika St. Petrus di Roma dibangun di atas tempat Petrus dikuburkan. Penggalian-penggalian modern di bawah gereja kuno itu memperlihatkan sebuah kuburan kuno Romawi dan beberapa makam lainnya yang secara tergesa-gesa digunakan untuk menguburkan orang Kristen. Jika kita membaca kitab-kitab Injil dan bagian awal dari Kitab Kisah Para Rasul secara teliti, tampak kecenderungan untuk mendukung tradisi bahwa Petrus adalah tokoh utama gereja yang mula-mula. Tradisi bahwa Petrus merupakan tokoh pemimpin gereja rasuli mendapat dukungan kuat.
(11) Simon Orang Zelot.
Matius dan Markus merujuk kepada seorang murid yang bernama "Simon orang Kanaan", sedangkan Lukas dan Kitab Kisah Para Rasul menyebutnya "Simon orang Zelot." Kedua nama tersebut mengacu kepada orang yang sama. Zelot berasal dari sebuah kata Yunani yang artinya "orang yang penuh semangat"; "Canaanite" (orang Kanaan) adalah sebuah transliterasi bahasa Inggris dari kata bahasa Aram kanna'ah, yang juga berarti "orang yang penuh semangat"; karena itu murid ini rupanya berasal dari sekte Yahudi yang dikenal sebagai orang-orang Zelot. (Baca "Orang Yahudi Dalam Zaman Perjanjian Baru").
Alkitab tidak menjelaskan kapan Simon orang Zelot diundang untuk bergabung bersama para rasul yang lain. Tradisi mengatakan bahwa Yesus memanggil dia pada saat yang sama ketika la memanggil Andreas dan Petrus, Yakobus dan Yohanes, Yudas Iskariot dan Tadeus (bdg. Mat. 4:18-22).
Kita mempunyai beberapa cerita yang saling bertentangan mengenai pelayanan kemudian dari orang ini. Gereja Kupti di Mesir mengatakan bahwa ia memberitakan Injil di Mesir, Afrika, Britania Raya, dan Persia; sumber-sumber lain zaman dulu mengatakan bahwa ia pernah melayani di kepulauan Britania, tetapi hal ini agak meragukan. Niceforus dari Konstantinopel menulis, "Simon, yang lahir di Kana, Galilea, yang ... juga disebut orang Zelot, setelah menerima Roh Kudus dari surga, mengadakan perjalanan ke seluruh Mesir dan Afrika, lalu ke Mauritania dan Libya, untuk memberitakan Injil. Dan ajaran yang sama juga ia beritakan di sekitar Laut Atlantik dan kepulauan yang disebut Britania Raya."
(12) Tomas.
Injil Yohanes memberikan gambaran yang lebih lengkap mengenai murid yang bernama Tomas daripada gambaran yang kita terima dari Injil-Injil Sinoptik atau Kisah Para Rasul. Yohanes menceritakan bahwa Tomas juga disebut Didimus (Yoh. 11:16), yang berasal dari kata Yunani yang berarti "kembar", sama seperti bahasa Ibrani t'hom. Alkitab Vulgata Latin lebih senang menggunakan nama Didimus sebagai nama diri dan gaya ini diikuti oleh sebagian besar versi Alkitab dalam bahasa Inggris sampai abad ke-20. Versi RSV dan terjemahan terbaru lainnya menyebut dia "Tomas yang disebut si Kembar."
Kita tidak mengetahui siapa Tomas sebelumnya, juga kita tidak tahu tentang latar belakang keluarganya atau bagaimana ia dipanggil untuk bergabung bersama para rasul yang lain. Namun, kita tahu bahwa Tomas adalah salah seorang dari enam murid lain yang kembali pada perahu nelayan mereka yang lama setelah Yesus disalibkan (Yoh. 21:2-3). Hal ini menandakan bahwa mungkin ia pernah belajar menjadi nelayan ketika masih muda.
Pada suatu kesempatan, Yesus memberi tahu kepada murid-murid-Nya bahwa Ia bermaksud kembali ke Yudea. Murid-murid-Nya memperingatkan Dia untuk tidak pergi ke sana karena kebencian masyarakat Yudea kepada-Nya. Tetapi Tomas berkata; "Marilah kita pergi juga untuk mati bersama-sama dengan Dia" (Yoh. 11:16).
Namun para pembaca modern sering melupakan keberanian Tomas; ia lebih sering dikenang sebagai orang yang lemah dan peragu. Di Ruang Atas, Yesus berkata kepada para murid-Nya, "Dan ke mana Aku pergi, kamu tahu jalan ke situ." Tetapi Tomas menjawab, "Tuhan, kami tidak tahu ke mana Engkau pergi; jadi bagaimana kami tahu jalan ke situ?" (Yoh. 14:4-5). Setelah Yesus bangkit dari antara orang mati, Tomas mengatakan kepada teman-temannya, "Sebelum aku melihat bekas paku pada tangan-Nya dan sebelum aku mencucukkan jariku ke dalam bekas paku itu dan mencucukkan tanganku ke dalam lambung-Nya, sekali-sekali aku tidak akan percaya" (Yoh. 20:25). Beberapa hari kemudian Yesus menampakkan diri kepada Tomas dan murid-murid yang lain untuk memberikan bukti fisik bahwa Ia hidup. Pada saat itu Tomas berseru, "Ya Tuhanku dan Allahku!" (Yoh. 20:28).
Para bapak Gereja mula-mula sangat menghargai contoh yang diberikan Tomas. Augustinus berkomentar, "Ia telah ragu-ragu supaya kita tidak ragu-ragu."
Tradisi mengatakan bahwa akhirnya Tomas menjadi misionaris di India. Konon ia mati sebagai martir di sana dan dikuburkan di Milapore, yang sekarang menjadi daerah pinggiran Kota Madras. Namanya terus dikenang oleh sebuah gereja yang bernama Marthoma, atau gereja "Guru Tomas."
(13) Pengganti Yudas.
Setelah kematian Yudas Iskariot, Simon Petrus mengusulkan agar para rasul memilih seseorang untuk menggantikan pengkhianat itu. Petrus memberikan beberapa persyaratan tertentu yang harus dimiliki oleh rasul yang baru (bdg. Kis. 1:15-22). Calon rasul ini harus mengenal Yesus "mulai dari baptisan Yohanes sampai pada hari Yesus terangkat ke surga meninggalkan kami." Ia juga harus menjadi "saksi dengan kami tentang kebangkitan-Nya" (Kis. 1:22).
Para rasul menemukan dua orang yang memenuhi persyaratan-persyaratan tersebut; Yusuf yang juga dikenal sebagai Yustus, dan Matias (Kis. 1:23). Mereka kemudian membuang undi untuk menentukan pilihan, dan pilihan jatuh kepada Matias.
Nama Matias melupakan nama lain dalam bahasa Ibrani untuk Mattathias, yang berarti "pemberian Allah." Sayang sekali, Alkitab tidak menceritakan apa-apa mengenai pelayanan Matias. Eusebius berpendapat bahwa Matias mungkin melupakan salah seorang dari tujuh puluh orang yang diutus oleh Yesus untuk mengabarkan Injil (bdg. Luk. 10:1-6). Beberapa sumber lainnya mengidentifikasi dia sebagai Zakheus (bdg. Luk. 19:2-8). Sebuah tradisi mengatakan bahwa ia memberitakan Injil kepada orang-orang kanibal di Mesopotamia, tradisi lainnya mengatakan bahwa ia dilempari batu sampai mati oleh orang Yahudi. Bagaimanapun juga, kita tidak memiliki bukti yang cukup kuat untuk mendukung salah satu dari cerita ini.
Beberapa pakar menyebutkan bahwa Matias didiskualifikasi sebagai rasul, dan kemudian para rasul memilih Yakobus, saudara Yesus, untuk menggantikannya (bdg. Gal. 1:19; 2:9). Namun, tampaknya ada lebih dari 12 orang yang dipandang sebagai rasul dalam gereja yang mula-mula dan Alkitab tidak memberikan indikasi bahwa Matias telah meninggalkan kelompok rasul.
Sumber: http://alkitab.sabda.org/resource.php?topic=1188&res=almanac
1 komentar:
Terimakasih Pak' atas artikelnya,ini sangat membantu saya untuk mengerjakan tugas kuliah saya.:)
Post a Comment