Introitus:
Karena keinginan daging adalah maut, tetapi keinginan roh adalah hidup dan damai sejahtera (Roma 6 : 8)
Karena keinginan daging adalah maut, tetapi keinginan roh adalah hidup dan damai sejahtera (Roma 6 : 8)
Bacaan : Roma 5 : 1 – 5; Khotbah: Matius 12 : 38 - 42
Thema :
Yesus mempelihatkan muzijat dan kuasaNya kepada orang yang berkenan bagiNya (yang dikasihiNya)
(Icidahken Jesus Tanda Sengget Ras KuasaNa Man Kalak Singena AteNa)
Yesus mempelihatkan muzijat dan kuasaNya kepada orang yang berkenan bagiNya (yang dikasihiNya)
(Icidahken Jesus Tanda Sengget Ras KuasaNa Man Kalak Singena AteNa)
Pendahuluan
Bila kita lihat dalam kehidupan yang normal maka setiap orang butuh untuk dikasihi. Setiap orang pasti merasa senang bila dikasihi. Setiap orang juga akan berusaha untuk mengasihi orang yang menurutnya berarti bagi kehidupannya. Setiap orang yang dikasihi juga akan merespon dengan baik kasih yang diberikan baginya. Dari ungkapan ini, setiap orang yang dikasihi atau mengasihi dibutuhkan sikap untuk membina suatu hubungan atau komunikasi yang baik. Sebab bila salah satunya timpang, maka kasih bagi yang diberi tentu tidak punya makna karena ia tidak ingin dikasihi; sebaliknya bagi yang memberi juga, kasih itu akan menjadi tidak berarti karena akan menumbuhkan kekecewaan. Ini berarti relasi kehidupan kasih itu tidak normal atau baik.
Pendalaman Nats
Keinginan daging, seperti yang diungkapkan pada introitus menggambarkan sifat-sifat keduniaan kita yang lebih menonjolkan sisi keegoan yang menyimpang dari apa yang diinginkan oleh Allah. Segala kebenaran yang berasal dari Allah menjadi sebuah hambatan yang besar yang menjadi penghalang bagi diri kita untuk memenuhi keinginan ego kita. Hidup tunduk pada kehendak Allah merupakan bentuk keterpenjaraan, dan kita mau keluar dari “penjara” itu. Namun sering kali kita lupa bahwa bentuk kebebasan itulah yang sebenarnya “penjara” bagi keimanan kita. Lalu, yang terjadi sering kali seperti yang ada pada perumpamaan kita “ Apa boleh buat, nasi sudah menjadi bubur”
Pada bahagian bacaan Alkitab, kita dibawa menyadari tentang hakekat kehidupan kita yang sebenarnya. Kita diharuskan untuk menyadari bahwa manusia tidak punya kemampuan untuk bisa melepaskan dirinya dari “laknat dosa”. Kuasa dan kekuatan manusia sangatlah terbatas (bahkan untuk menambahkan atau menumbuhkan seutas rambutpun manusia tidak mampu). Walau dalam kenyataannya terlalu sering kita menjumpai orang-orang yang merasa dirinya perkasa dan kuat luar biasa; seakan-akan dia mampu tahlukkan dunia hanya dengan mengandalkan kesombongannya itu.
Pemahaman “anugrah” sangat kental menjadi penekanan pada bagian bacaan ini. Ini menyatakan bahwa inisiatip pembebasan manusia dari belenggu laknat dosa mutlak dimiliki oleh Allah. Manusia dengan kekuatan dan kuasanya tidak ada apa-apanya tanpa “anugrah” tersebut. Anugrah itulah yang menjadikan kita menjadi berarti kembali. Anugrah itulah yang dapat mengubah kepekatan dan kekelaman hidup kita berubah dari kematian menjadi kehidupan, dari kerendahan menjadi yang ditinggikan.
Luas biasanya apa yang dilakukan oleh Allah akan menjadikan juga orang-orang yang berjuang dengan imannya untuk tetap meyakini bahwa perjuangannya bukanlah sesuatu yang sia-sia. Allah juga yang menjadikan kita menjadi umat pemenang dalam upaya untuk menunjukkan kesetiaan kepada Allah. Segala tekanan, derita dan sengsara, bahkan setiap hujatan dan penyiksaan dunia; ketidakpercayaan akan kuasaNya akan dinyatakanNya bahwa Ia lah Allah yang tidak terkalahkan, Ia lah Allah yang justru mampu mengalahkan setiap apapun yang menentang kuasaNya.
Sejajar dengan bacaan Alkitab, maka di bahagian khotbah juga bisa dikatakan bahwa Allah tidak menginginkan kemunafikan dan kesombongan. Allah melalui Yesus menunjukkan diriNya yang mengenal manusia; apakah ketika ia berkomunikasi atau berhub ungan dengan Yesus didasarkan pada keinginan untuk mengakui kebesaranNya atau “hanya ingin bereksperimen”. Artinya, kita hanya memerlukan Tuhan apabila Ia memenuhi keinginan kita; keimanan hanya sebagai sebuah “bejana kehidupan” yang sepertinya indah dan berwadah, tapi pada kenyataannya hanya tampilan luarnya yang indah dan isinya sebenarnya kosong.
Allah sangatlah menekankan kehidupan yang benar dan sungguh-sungguh mengakui keberadaanNya. Bila digambarkan dengan kisah Yunus, ini menggambarkan bahwa ketika Allah memberikan pernyataan agar kita percaya dan mematuhiNya, maka lakukanlah itu dengan penuh keyakinan. Jangan belokkan perjalanan kehidupan kita dari arah yang sudah ditentukan olehNya. Bila kita membelokkan kemudi kehidupan kita maka yang kita dapatkan bukanlah “kebebasan” tapi justru hukuman.
Ketika ada dua nama yaitu Ratu Syeba dan Raja Salomo yang dicantumkan pada bagian khotbah ini adalah untuk menunjukkan betapa luas dan besarnya pengaruh kemuliaan Tuhan dalam kehidupan manusia. Dua nama ini pada zamannya adalah dua tokoh yang begitu disegani dunia, namun kedua tokoh ini juga menyegani kuasa yang ada pada Allah.
Pointer Aplikasi
Bila kita lihat dalam kehidupan yang normal maka setiap orang butuh untuk dikasihi. Setiap orang pasti merasa senang bila dikasihi. Setiap orang juga akan berusaha untuk mengasihi orang yang menurutnya berarti bagi kehidupannya. Setiap orang yang dikasihi juga akan merespon dengan baik kasih yang diberikan baginya. Dari ungkapan ini, setiap orang yang dikasihi atau mengasihi dibutuhkan sikap untuk membina suatu hubungan atau komunikasi yang baik. Sebab bila salah satunya timpang, maka kasih bagi yang diberi tentu tidak punya makna karena ia tidak ingin dikasihi; sebaliknya bagi yang memberi juga, kasih itu akan menjadi tidak berarti karena akan menumbuhkan kekecewaan. Ini berarti relasi kehidupan kasih itu tidak normal atau baik.
Pendalaman Nats
Keinginan daging, seperti yang diungkapkan pada introitus menggambarkan sifat-sifat keduniaan kita yang lebih menonjolkan sisi keegoan yang menyimpang dari apa yang diinginkan oleh Allah. Segala kebenaran yang berasal dari Allah menjadi sebuah hambatan yang besar yang menjadi penghalang bagi diri kita untuk memenuhi keinginan ego kita. Hidup tunduk pada kehendak Allah merupakan bentuk keterpenjaraan, dan kita mau keluar dari “penjara” itu. Namun sering kali kita lupa bahwa bentuk kebebasan itulah yang sebenarnya “penjara” bagi keimanan kita. Lalu, yang terjadi sering kali seperti yang ada pada perumpamaan kita “ Apa boleh buat, nasi sudah menjadi bubur”
Pada bahagian bacaan Alkitab, kita dibawa menyadari tentang hakekat kehidupan kita yang sebenarnya. Kita diharuskan untuk menyadari bahwa manusia tidak punya kemampuan untuk bisa melepaskan dirinya dari “laknat dosa”. Kuasa dan kekuatan manusia sangatlah terbatas (bahkan untuk menambahkan atau menumbuhkan seutas rambutpun manusia tidak mampu). Walau dalam kenyataannya terlalu sering kita menjumpai orang-orang yang merasa dirinya perkasa dan kuat luar biasa; seakan-akan dia mampu tahlukkan dunia hanya dengan mengandalkan kesombongannya itu.
Pemahaman “anugrah” sangat kental menjadi penekanan pada bagian bacaan ini. Ini menyatakan bahwa inisiatip pembebasan manusia dari belenggu laknat dosa mutlak dimiliki oleh Allah. Manusia dengan kekuatan dan kuasanya tidak ada apa-apanya tanpa “anugrah” tersebut. Anugrah itulah yang menjadikan kita menjadi berarti kembali. Anugrah itulah yang dapat mengubah kepekatan dan kekelaman hidup kita berubah dari kematian menjadi kehidupan, dari kerendahan menjadi yang ditinggikan.
Luas biasanya apa yang dilakukan oleh Allah akan menjadikan juga orang-orang yang berjuang dengan imannya untuk tetap meyakini bahwa perjuangannya bukanlah sesuatu yang sia-sia. Allah juga yang menjadikan kita menjadi umat pemenang dalam upaya untuk menunjukkan kesetiaan kepada Allah. Segala tekanan, derita dan sengsara, bahkan setiap hujatan dan penyiksaan dunia; ketidakpercayaan akan kuasaNya akan dinyatakanNya bahwa Ia lah Allah yang tidak terkalahkan, Ia lah Allah yang justru mampu mengalahkan setiap apapun yang menentang kuasaNya.
Sejajar dengan bacaan Alkitab, maka di bahagian khotbah juga bisa dikatakan bahwa Allah tidak menginginkan kemunafikan dan kesombongan. Allah melalui Yesus menunjukkan diriNya yang mengenal manusia; apakah ketika ia berkomunikasi atau berhub ungan dengan Yesus didasarkan pada keinginan untuk mengakui kebesaranNya atau “hanya ingin bereksperimen”. Artinya, kita hanya memerlukan Tuhan apabila Ia memenuhi keinginan kita; keimanan hanya sebagai sebuah “bejana kehidupan” yang sepertinya indah dan berwadah, tapi pada kenyataannya hanya tampilan luarnya yang indah dan isinya sebenarnya kosong.
Allah sangatlah menekankan kehidupan yang benar dan sungguh-sungguh mengakui keberadaanNya. Bila digambarkan dengan kisah Yunus, ini menggambarkan bahwa ketika Allah memberikan pernyataan agar kita percaya dan mematuhiNya, maka lakukanlah itu dengan penuh keyakinan. Jangan belokkan perjalanan kehidupan kita dari arah yang sudah ditentukan olehNya. Bila kita membelokkan kemudi kehidupan kita maka yang kita dapatkan bukanlah “kebebasan” tapi justru hukuman.
Ketika ada dua nama yaitu Ratu Syeba dan Raja Salomo yang dicantumkan pada bagian khotbah ini adalah untuk menunjukkan betapa luas dan besarnya pengaruh kemuliaan Tuhan dalam kehidupan manusia. Dua nama ini pada zamannya adalah dua tokoh yang begitu disegani dunia, namun kedua tokoh ini juga menyegani kuasa yang ada pada Allah.
Pointer Aplikasi
- Kuasa dan kebesaran Allah harus mendapat pengakuan mutlak dalam kehidupan kita. Kita tidak diperkenankan untuk meragukan sedikitpun akan kemampuanNya untuk membawa kehidupan kita untuk lepas dari kungkungan kekelaman dunia dan tipu muslihatnya.
- Kepura-puraan dan kemunafikan dalam kehidupan iman kita sangatlah mendukakan hati Allah. Tiada gunanya bila dalam penampakan luar seolah-olah kita adalah orang yang “takut akan Tuhan” dan “patuh pada perintahNya”, namun sebenarnya kita tahu bahwa yang kita lakukan hanyalah “pembohongan”. Ingatlah bahwa kehidupan yang seperti ini bukanlah kehidupan yang benar dan hanya akan mendatangkan hukuman, bukannya anugrah.
- Hidup dalam anugrahnya adalah hidup yang mampu mensyukuri setiap waktu yang kita lalui dalam kehidupan kita. Hidup yang bersyukur adalah hidup yang berupaya untuk menghargai tindakan kasih yang diberikan Allah kepada kita dengan senantiasa mencari dan melakukan apa yang dikehendakinya dan bukannya menyia-nyiakan anugrah yang tercurah bagi kita.
- Carilah dahulu kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu. Mat. 6 : 33.
Pdt. Benhard Roy Calvyn Munthe
081361131151
081361131151
Catatan Sermon:
- Mujizat yang kita saksikan dan rasakan secara pribadi, kelompok. Namun ada mujizat yang dilakukan Allah secara umum, dalam hal ini Dia dikuburkan selama 3 hari dan bangkit.
- Yesus membandingkan mujijat Yuna dan mujizat yang akan dilakukan, yakni keangkitanNya.
0 komentar:
Post a Comment