Monday, 18 April 2011

Khotbah Yesaya 52:13-53:12, Jumat 22 April 2011 (Jumat Agung)

Introitus:
“Sekarang diperdamaikan-Nya, di dalam tubuh jasmani Kristus oleh kematian-Nya, untuk menempatkan kamu kudus dan tak bercela dan tak bercacat di hadapan-Nya” (Kolose 1:22).
Bacaan: Markus 14:16-17; Khotbah : Yesaya 52:13 – 53:12
Tema:
“Oleh bilur-bilur-Nya kita menjadi sembuh "

Pendahuluan
Bagi kebanyakan orang, kematian tidak begitu penting, malah bisa dikatakan mengerikan dan kalau bisa dihindarkan. Tetapi bagi orang kristen, kematian itu penting dan diperingati karena kematian Tuhan Yesus sungguh mempunyai pengaruh yang sangat mendalam dan sangat menentukan. Kematian Yesus Kristus adalah demi pendamaian dan membaharui hubungan manusia dengan Tuhannya. Dia mati untuk kita, sebab kematianNya merupakan misi dan tugas yang diemban Yesus sebagai hamba yang menderita, untuk menanggung dosa-dosa manusia. Hukuman dosa kita diambil alih oleh Yesus. Yesaya memahami bahwa korban binatang tidak layak untuk mendamaikan hubungan manusia dengan Allahnya. Hanya korban Yesus yang cukup membayar harga penebusan manusia. Yohanes pembaptis mengatakan "Lihatlah Anak domba Allah, yang menghapus dosa dunia” (Yoh.1:29), ia menyamakan Yesus dengan domba paskah. Hamba Tuhan adalah anak domba yang disediakan Allah untuk korban paskah. Penulis Perjanjian Baru memakai nyanyian Deutro Yesaya ini dalam konteks penderitaan Yesus. Yesuslah Hamba Allah yang menderita itu. Yesuslah gambaran totalitas hamba Allah yang menderita itu. Tidak ada tokoh atau pahlawan mana pun yang bisa diidentikkan dengan hamba Tuhan yang digambarkan oleh nabi Yesaya. Kita akan melihat bagaimana nilai penting di dalam penderitaan atau pun pengorbanan yang dilakukan Tuhan Yesus. 1 Kor.1:18 “Sebab pemberitaan tentang salib memang adalah kebodohan bagi mereka yang akan binasa, tetapi bagi kita yang diselamatkan pemberitaan itu adalah kekuatan Allah”. Kerendahan dan kerelaanlah yang menjadi kekuatan yang membebaskan manusia.

Pendalaman Nats
Hamba Tuhan akan bertindak secara tepat dan bijaksana hingga ia mencapai keberhasilan di dalam pekerjaannya. Setelah ia menyelesaikan tugasnya maka ia akan ditinggikan dan dimuliakan, mendapat bagian dalam kehormatan Allah. Hamba ini akan sangat menderita dan dianggap sangat hina, orang banyak tidak percaya bahwa Tuhan bekerja di dalam dirinya. Namun orang akan tercengang menyaksikan kemenangan hamba ini. Yang tadinya mengolok-olok akhirnya menutup mulut dan tertunduk malu. Orang banyak akan kagum, karena awalnya dianggap hina namun akhirnya ditinggikan, mereka akan melihat apa yang belum pernah diceritakan bagi mereka. Siapakah yang percaya karena melihat hamba Allah yang menderita? Bagaimana kita melihat perbuatan Allah di dalam Yesus Kristus yang merendahkan diri dan melihat Yesus yang disalibkan? Bahwa sesungguhnya di dalam kerendahan dan penyaliban kuasa Allah dinyatakan untuk membaharui dunia ini. Hamba Tuhan tidak menarik, ia menderita dan dihina terus menerus, penderitaan yang diterimanya sungguh mengerikan. Hamba Tuhan ini tidak diperhitungkan, karena dari awalnya hidupnya tidak memuaskan, dia tidak punya daya tarik hingga orang lain memperhatikannya. Hidupnya penuh dengan kesedihan dan kenyang akan kesakitan, sebab di dalam penderitaannya justru ia ditinggalkan. Orang menyangka bahwa ia dikutuk dan karena itu orang menjauhinya. Orang menganggap bahwa dia dihukum karena dosa dan kejahatannya. “Begitu buruk rupanya, bukan seperti manusia lagi...” menggambarkan Yesus saat disalibkan. Pada saat itu, Ia telah dicambuk dengan cemeti yang terbuat dari tali kulit yang pada ujungnya terdapat tulang atau besi. Tentara romawi mengelilingi Yesus yang tanpa jubah dan mencambukiNya, hingga wajah dan tubuhNya bengkak, kulitnya tercabik dan berlumuran darah, perihnya sampai ke tulang-tulangNya. Orang-orang yang masih mempunyai rasa iba, memalingkan wajahnya saat memandang Yesus yang disalib. Hukuman yang ia terima bukan karena kesalahannya, yang bersalah adalah kita. Kesalahan manusia ialah memberontak melawan Tuhan hingga layak untuk dibinasakan. Kita yang melakukan kesalahan namun ia yang menderita, ia yang menanggung hukuman kita. Ia tertikam dan diremukkan, ia penuh bilur-bilur yaitu bekas luka akibat pukulan/ cambuk. Kebesaran hamba Tuhan ini adalah yang terjadi atas dirinya karena kemauannya sendiri, bukan dipaksakan. “TUHAN telah menimpakan kepadanya kejahatan kita sekalian” hingga ia patut dihukum, namun ia tidak berontak, ia tidak melawan; ia memberikan punggungnya untuk dicambuk, ia memberikan mukanya untuk diludahi. Hamba itu menggantikan kita menerima hukuman, agar kita diselamatkan dan diperdamaikan dengan Allah. Hamba Tuhan disamakan degan anak domba yang dibawa ke pembantaian, seperti induk domba yang dibawa ketempat pengguntingan bulu, namun ia tidak berkeluh kesah dan menjerit kepada Allah, ia tidak melarikan diri, ia tidak membisu karena ketakutan tetapi ia mementingkan keselamatan kita dengan mengorbankan hidupnya sendiri. Ketika Yesus dihakimi dihadapan mahkamah agama dan dihadapan Pilatus, Dia hanya diam (Mat.26:63; 27:12-24). Demikianlah nubuat “tidak membuka mulutnya” tergenapi. Puncak penderitaan itu sendiri ketika ia “terputus dari negeri orang-orang hidup” yaitu mati. Ini menunjukkan kepasrahan dan kerelaan yang sangat murni dan sangat tulus. Seolah-olah segalanya telah berakhir didalam kegagalan, kematian seolah telah menghancurkan segala harapan. Tetapi saat kematianNya, Yesus mengatakan “sudah selesai” (Yoh.19:30) berarti bukan kekalahan tetapi tugas pokokNya telah dituntaskan. Siapa yang memikirkannya dan siapa yang akan mengerti apa yang sedang terjadi? Siapa yang datang untuk membelanya saat ia diadili dan saat hukum yang tidak adil dijalankan? Siapa yang akan menghargai pengorbanan Yesus ini? Kemudian saat ia dihukum bersama-sama orang jahat dan ia mati dikuburkan diantara orang-orang fasik. Lukas 22:37 Sebab Aku berkata kepada kamu, bahwa nas Kitab Suci ini harus digenapi pada-Ku: Ia akan terhitung di antara pemberontak-pemberontak. Sebab apa yang tertulis tentang Aku sedang digenapi." Keputusan yang salah dijalankan, semuanya dilakukan dengan tuntas bahwa kesalahannya dimutlakkan walaupun ia tidak pernah menyakiti atau membuat manusia menderita, tidak pernah melakukan kekerasan, namun ia disamakan dengan perampok dan pembunuh. Di muka umum hamba itu mati terkutuk; di mata Tuhan hamba itu benar. Sesuai dengan kehendak Allah, hamba itu harus menderita sebagai penebus banyak orang. Hamba itu menyerahkan nyawanya yaitu hidupnya sebagai tebusan dosa. Yang dilakukan hamba ini membuat Allah menerima tebusan yang ia berikan karena hamba itu sendiri memberikan persembahan yang benar, selama ia hidup hamba itu mencari yang berkenan bagi Tuhan, dan hamba itu menjadi puas dan senang karena ia melihat terang yaitu lambang kehidupan bagi manusia. Ia telah mendamaikan manusia dengan Tuhannya dan membawanya kedalam damai sejahtera Allah. 2 Kor. 5:21 “Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuat-Nya menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah”.

Pointer Aplikasi
(1) Jumat Agung diperingati karena “Sekarang diperdamaikan-Nya, di dalam tubuh jasmani Kristus oleh kematian-Nya, untuk menempatkan kamu kudus dan tak bercela dan tak bercacat di hadapan-Nya” (Kolose 1:22). Dari penjelasan di atas tepat sekali bahwa Kristuslah Hamba Allah yang menderita itu, seperti apa yang dipaparkan oleh para penulis perjanjian baru. Konsep tentang penebusan dosa oleh darah kurban tercermin dalam darah Kristus yang tertumpah di kayu salib (domba penebusan dosa). Yesus berkata: "Inilah darah-Ku, darah perjanjian, yang ditumpahkan bagi banyak orang” (Mrk.14:24).

(2) Pesan apa yang dapat kita ambil dari teks ini: jelas upah dosa adalah maut, bukan kehidupan. Jalan satu-satunya untuk pembayaran hutang dosa adalah darah menurut hukum PL. Darah menyimbolkan kehidupan, dengan demikian kesadaran akan darah Kristus yang tertumpah sebagai korban dosa kita demi kehidupan kita sangat penting. Kesadaran akan keberdosaan, sebagai pihak yang seharusnya tergantung di salib sebagai jalan satu-satunya untuk menghargai karya dan darah Kristus. Matius 8:17 Hal itu terjadi supaya genaplah firman yang disampaikan oleh nabi Yesaya: "Dialah yang memikul kelemahan kita dan menanggung penyakit kita." Yesus memikul kelemahan dan menanggung penyakit kita, bukan berarti bahwa dia sendiri lemah atau sakit, tapi hatiNya penuh dengan belas kasihan terhadap orang yang menderita. Dan karena itu Dia senantiasa ingin menyembuhkan penyakit (bd.Mat.8:14-17) serta Dia juga mengatakan ‘dosamu telah diampuni’ (Mat.9:2)

(3) Pengampunan Kristus seharusnya memberikan pemulihan bagi setiap orang percaya, sebagaimana nyanyian ini dalam konteks nabi Yesaya mampu memberikan pemulihan dan pengharapan bagi umat dalam pembuangan dan keterpurukan mereka. Pengakuan dosa harus juga diiringi dengan keyakinan bahwa kita sudah diampuni sehingga kita benar-benar dipulihkan. Sehingga kita menyadari betapapun besar dosa kita, namun oleh bilur-bilurNya kita sudah disembuhkan. Kesadaran bahwa sudah diampuni itu penting, untuk hidup sebagai ciptaan yang baru (tidak lagi dihantui oleh rasa bersalah yang berlebihan) sehingga hal ini tidak lagi mengganggu kehidupan percaya kita.

(4) Paulus sangat menghargai kasih dan pengorbanan Kristus untuk hidupnya, maka ia mengatakan “Dan hidupku yang kuhidupi sekarang di dalam daging, adalah hidup oleh iman dalam Anak Allah yang telah mengasihi aku dan menyerahkan diri-Nya untuk aku” (Gal.2:20b). Berarti dia tidak hidup dengan sembarangan, asal-asala dan bersenang-senang tetapi terarah kepada Yesus. Seperti Kidung Jemaat No.363 “Bagi Yesus kuserahkan, hidupku seluruhnya. Hati dan perbuatanku, pun waktuku miliknya. Bagi Yesus semuanya, pun waktuku miliknya. Bagi Yesus semuanya, pun waktuku miliknya.” Dengan cara inilah kita menghargai pengorbanan Yesus bagi kita. Amin.


Bandung, 31 Maret 2011
Pdt.Sura Purba Saputra, S.Th GBKP Bandung Barat
HP: 081263596400

Catatan Sermon:
  1. Karya penebusan berlaku sepanjang masa dan itu hanya oleh karena anugrah. Hidup dalam anugrah hidup dalam kasih dan kemurahan.
  2. Ada 3 tingkatan Pengorbanan. Pengorbanan pertama adalah pengorbanan tingkat rendah yakni hanya mengeluarkan keringat; pengorbanan tingkat kedua adalah pengorbanan sampai mengeluarkan air mata; pengorbanan tingkat ke tiga adalah pengorbanan sampai mengeluarkan darah. Bagaimana dengan pengorbanan kita? Apakah kita sudah mengeluarkan darah? Karena itu janganlah ketika kita baru mengeluarkan keringat sudah bersungut-sunggut. Ingat Yesus sudah mengeluarkan darah untuk menyelamatkan kita.
  3. Ilustrasi: Burung Pinguin. Hidup dalam daerah dingin. Pada saat suhu paling dingin dia tidak biasa mencari makan, oleh karena itu induk pinguin memberikan dagingnya untuk dimakan anak-anaknya. Mirip burung Piso Surit, yang juga mati berkorban untuk anak-anaknya.


Artikel lain yang terkait:



0 komentar:

Post a Comment