Monday, 15 August 2011

Khotbah Yohanes 2:13-22, Minggu 28 Agustus 2011

Intoitus:
Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna (Roma 12:2)

Bacaan: Roma 11:25-32; Khotbah: Yohanes 2:13-22

Thema:
Hargailah Bait Allah (Gereja)

Pengantar
Salah satu penyebab kekacauan dalam hidup adalah banyaknya prilaku-prilaku yang menympang. Ibarat sebuah perjalanan, penyimpangan membuat kita tidak akan pernah sampai pada tujuan. Penyimpangan itu sejajar dengan penyalahgunaan. Setiap praktek penyalahgunaan akan menimbulkan efek yang tak terduga. Kalau kita perhatikan jenis-jenis penyakit di zaman modern ini mungkin saja disebabkan oleh banyaknya penyimpangan.

Minggu ini kita belajar dari peristiwa bagaimana Yesus “merestorasi” Bait Allah, yang telah disalahgunakan. Melalui peristiwa ini kita diajak agar melakukan tindakan-tindakan “pemulihan” agar segala sesuatunya berfungsi sesuai dengan fungsi yang sesungguhnya.

Pendalaman Nats
Bagi bangsa Israel hari Paskah adalah hari raya yang sangat istimewa, sehingga pada hari raya Paskah semua orang akan datang ke Yerusalem (bdk. Luk 2:41). Moment ini dimanfaatkan oleh “pedagang musiman” untuk mencari keuntungan yang sebanyak-banyaknya, tidak ketinggalan para penukar-penukar uang (money changer) mau meraup keuntungan sebesar-besarnya. Jadi dapat kita bayangkan bagaimana suasana di Bait Allah itu, sudah seperti pasar yang sibuk ran ngoceh untuk memasarkan barang dagangannya.

Pada waktu itulah Yesus masuk ke Bait Allah dan menyaksikan apa yang terjadi Dia sangat marah karena Bait Allah sudah di penuhi oleh “lembu, kambig, domba dan merpati”. Filosofi bangunan biasa namanya bukan di tentukan oleh besar kecil bangunan itu, bukan tergantung dari bahan bangunan itu. Tapi bangunan itu akan di beri nama sesuia dengan isinya. Kalaupun ada bangunan yang sangat besar dan indah tetapi jika didalamnya semua sapi, maka kandang sapi lah itu, jika bangunan itu diisi dengan barang-barang maka bangunan itu di sebut dengan gudang[1]. Berbeda dengan filosofi nama manusia, namanya tidak di pengaruhi oleh keadaannya misalnya kalau dia punya nama “Sehat” kalaupun dia sekarat, nafasya tinggal Senin- Kamis di rawat di ICU tetap namanya sehat. Jadi pada waktu itu Bit Allah Itu tidak lagi layak disebut Bait Allah karena sudah dipakai menjadi tempat berjualan, jadi mungkin namanya adalah “pasar modern” berjualan di gedung yang mewah.

Di injil yang lain Yesus mengatakan tempat itu sudah di jadikan menjadi “sarang Penyamun (Mat. 21:13; Mrk.11:17; Luk 19:46). Penyamun menurut KBBI adalah kata dasarnya “samun=rampas, menyamun =membegal, merampas, merampok. Penyamun=pembegal, perampok, perampas[2]

Pada waktu itu ada kesan bahwa, layak atau tidak layak hewan yang di persembahkan itu di tentukan oleh para imam. Walaupun ada orang yang telah memelihara sendiri hewan yang mau dipersembahkan, mereka sudah memberikan perawatan yang terbaik, dan ketika mambawanya ke Yerusalem, mereka pikul agar domba itu tidak cacat sedikit pun, tetapi jika itu tidak layak kata imam, maka hewan itu harus di tukar dengan hewan yang sudah di siapkan disana, dan berlaku hukum “tukar tambah atau ganti rugi” kalau ditukar kita harus nambah, kalau diganti pasti rugi. Demiian juga dengan peraktek “tukar uang” persembahan yang di terima hanya mata uang dirham, setiap orang yang tidak punya uang itu harus menukarnya dengan harga yang ditentukan oleh penjual, intinya sudah berprilaku seperti “perampas” sehingga Yesus mengatakan Bait Allah sudah dijadikan jadi sarang “penyamun”.

Yesus membuat cambuk dari tali, lalu mengusir mereka semua. Ada penafsir yang mengatakan bahwa Yesus marah tapi dalam batas kendali (tidak emosional/tak terkontrol) karena untuk memilin tali untuk cambuk itu membutuhkan konsentrasi, dan membutuhkan waktu yang agak panjang untuk mengerjakannya) dan menurut psykologi amarah yang dapat dikendalikan, membuat orang marah secara teratur dan amarah seperti ini tidak mebuat orang jatuh ke dalam dosa (Ef.4:24), cambuk yang terbuat dari tali juga menggambarkan klembutan, hukuman yang menyelamatkan bukan hukuman yang mematikan. Dengan kata lain kemarahan Yesus bukan kemarahan kebencian tetapi kemarahan karena kasih yang mau menyelamatkan.

Hal ini semakin di perkuat ay. 17 murid-murid mengingat apa yang pernah disyairkan oleh Daud dalam lagu menurut “Bunga Bakung”,(Maz. 69:10) mazmur ini memberi pesan “betapa mulia dan agungnya Bait Allah” bandingkan dengan lagu “hatiku hancur mengenang dikau, berkeping-keping jadinya” ingin kurasakan lebih lama lagi hidup bersama denganmu”, ini adalah ungkapan cinta yang sangat dalam. Murid-murid mengerti akan kemarahan Yesus yang sangat mencintai Bait Allah, sehingga ketika Bait Allah itu disalahgunakan, Yesus sangat marah.

Perdebatan antara Yesu dengan ornag yang menentangnya adalah kesempatan bagi Yesus untuk menjelaskan akan “kematian dan kebangkitan-Nya” perebatan itu menjadi menarik, karena perbedaan “pola piker” pola piker” Yesus berbicara tentang Bait Allah secara rohani tetapi penentangnya berbicara tentang Bait Allah secara fisik.

Pointer Aplikasi

  1. Segala sesuatu dalam kehidupan ini pergunakanlah sesuai dengan fungsinya, hindari penyimpangan dan penyalahgunaan, salah satu definisi dosa adalah “penyimpangan atau penyalahgunaan” dan dosa itu menatangkan maut.
  2. Menghargai Bait Allah secara fisik (bangunan) tidak terpisahkan dari sikap menghargai “Bait Allah secara individu” untuk itu semua umat yang dikasihi Tuhan harus membuka hati “untuk diperbaharui oleh Roh Kudus” sehingga kita tidak ikut-ikutan dengan perbuatan orang lain. Pembaharuan Roh Kudus akan memampukan kita memilih dan bertindak sesuai dengan pengetahuan kita tentang “yang baik dan yang berkenan bagi Tuhan dan yang sempurna (bdk. Introitus)
  3. Pengakuan Iman Rasuli gereja adalah “persekutuan orang kudus” yah kita perlu waspada, karena ketika gereja itu diisi oleh orang-orang berdosa itu akan berubah menjadi “persekutuan orang berdosa” marilah kita membersihakan semua motivasi kita ketika datang ke gereja “hindari motivasi mencari pujian karena pujian hanya untuk Tuhan jangan di rampas. Hindari penyakit AIDS karena AIDS membawa kehancuran (bdk. Bahan Bacaan Roma 11:25)
  4. Sikap dalam menghargai Bait Allah
    1. Fisik => bangunan, jaga kebersihannya, keindahannya. Walaupun Tuhan tidak terikat (terbatas) dalam gereja (bukan hanya ada dalam gereja) tetapi seharusnya kita menghormati gereja lebih dari bangunan yang lain, termasuk dari rumah kita
    2. Individu “Didalam Tubuh Yang Sehat Terdapat Jiwa Yang Sehat”
      • Fisik, Menjaga kesehatan, keseimbangan antara bekerja dan istirahat serta rekreasi, mengatur pola makan sesuai dengan kebutuhan kesehatan (tindakan yang mendatangkan penyakit perlu di hindari) berhenti merokok hanya salah satu cara menjaga kesehatan “Tubuh sebagai bait Allah”
      • Rohani  Mengkonsumsi Firman Tuhan (dalam persektuan Kebaktian Minggu, Kebaktian Rumah Tangga, Pendalaman Alkitab (PA), saat teduh pribadi, saat teduh keluarga. Mensyukuri apa yang dianugerahkan Tuhan bagi kita, sehingga dalam hidup ini kita terus bersukacita. Hati yang gembira adalah obat.
Klender , 19 Juli 2011
Pdt. Saul Ginting H.P. 082111125849


[2] ______ Kamus Besar Bahasa Indonesia ( Balai Pustaka, Jakarta, 1998) 873


Artikel lain yang terkait:



1 komentar:

Anonymous said...

Pertama, terimakasih pek pendeta atas ulasannya yang menarik.
Kedua, benar bahwa Paskah enting bagi umat Israel bahkan sangat penting, terbuka dari perjalanan panjang yang dilakukan Yesus menghadiri perayaan tersebut. Baca ayat yang pertama, ketika itu Yesua baru saja menyelesaikan pekerjaan besar di Kana, menyelamatkan sebuah acara hajatan dan kemudian hijrah menuju Kapernaum dan untuk selanjutnya berangkat ke Yerusalem. Saya melihat di atlas Zaman Perjanjian Baru, yang terdapat dibagian belakan g Alkitab, jarak itu cukup jauh. arah Kana dan Kapernaum bertolak belakang dengan Yerusalem, dan kemungkinannya ketika itu Yesus, pemuda Nazaret tidak menggunakan transortasi yang memadai.
Ketiga, keberangkataqn Yesus ketika itu bersama-sama Ibunya dan saudara-saudara serta murid-muridNya. Ini menunjukkan bahwa adanya relasi yang baik antara Yesus dan keluarga berikut teman-teman atau katakanlah sahabatnya. Sangat menyenangkan tentunya.
Keempat, menyangkut perkataan:, "membuat rumah Tuhan menjadi sarang penyamun", pertanyaanya, masihkah praktek seperti itu terjadi di gereja-gereja saat ini (dalam cakupan yang lebih luas tentunya)? Dan jika masih terjadi, dalam bentuk apa? Menganalisa peristiwa semacam itu mungkin ikiranpikiran yang pan pendeta sampaikan sehubungan dengan engertian "sarang penyamun", daat menyebutkan praktek-praktek yang mungkin dikerjakan dan masih terjadi dikalangan gereja saat ini: kata dasar “samun=rampas, menyamun =membegal, merampas, merampok. Penyamun=pembegal, perampok, perampas.
Kelima, kembali saya ucapkan terima kasih kepada pak pendeta, dari saya Edwin Saianipar (sianipar.edwin@yahoo.co.id)

Post a Comment