Berbicara mengenai pewartaan Injil berarti berbicara mengenai misi gereja di tengah-tengah dunia ini. MISI berasal dari kata Latin: MITTO atau Grika: APOSTELLO yang berarti pengutusan, Penugasan, dakwah, diutus dan tugas. Pengertian MISI menurut Alkitab adalah tugas pengutusan oleh Tuhan Yesus Kristus kepada gereja-Nya untuk melaksanakan Pekabaran Injil keselamatan manusia keseluruh dunia (Matius 28:19,20 dan juga Markus 16:15).
Dengan demikian panggilan Misi berasal dari Allah yang menjadikan setiap orang percaya atau gerejaNya sebagai saksiNya, pelayanNya, UtusanNya, serta sebagai garam dan terang dunia, bukan dimulai dari gereja atau badan-badan MISI, tetapi mulai dari ALLAH. Allah adalah sumber keselamatan dan sekaligus sumber Misi dan Pusat Misi; maksudnya bahwa tanpa Allah, tidak ada Misi (Kej 3:7-10)
Mari kita perhatikan beberapa bagian Alkitab yang berbicara mengenai keharusan untuk bermisi dalam hal ini memberitakan Injil di tengah-tengah dunia ini.
Pewartaan Injil merupakan hakikat dari kehidupan Gereja. Tanpa pewartaan Injil yang awalnya dilakukan oleh Yesus Kristus, maka Gereja pada gilirannya tidak akan ada. Dalam karya Roh Kudus, pewartaan Injil mendorong kelahiran dan pertumbuhan persekutuan umat (communio) baru, yang selanjutnya disebut Gereja, sehingga dengan dan bersama communio itu, rencana keselamatan Allah di dunia ini mewujud-nyata.
Namun, tidak dapat dipungkiri dalam melakukan tugas panggilan ini ada kalanya terjadi “pasang surut”. Ditengah-tengah pesatnya kemajuan zaman saat ini, dimana manusia juga kelihatannya semakin individualis, muncul kecendrungan apa yang disebut “iman yang egois”. Kecendrungan ini nampak ketika orang yang menyebut diri sebagai yang percaya kepada Tuhan Yesus tidak lagi dihinggapi perasaan “berhutang” dalam memberitakan Injil kepada semua orang, sebagaimana Rasul Palus yang disebutkan dalam Kisah Para Rasul 1:13-16. Memang benar pada akhirnya keselamatan itu secara pribadi-pribadi. Namun sikap hidup pribadi-pribadi dalam merespons keselamatan itu, menentukan keselamatan itu sendiri.
Melakukan panggilan misi orang percaya, tentunya tidak hanya dalam bentuk PROKLAMASI tetapi juga dalam bentuk PRESENSI (Kehadiran), DONASI (derma) dan INTERSESI. Dengan demikian tidak ada alasan untuk tidak mewartakan Injil keselamatan tersebut. Ingat kita dipanggil untuk ber-MISI, bukan PERMISI.
Oleh karen itu melalui kesempatan ini, saya mengajak semua orang percaya dimanapun berada, khususnya warga GBKP agar terus melakukan tugas panggilan ini, panggilan untuk memberitakan Injil di tengah-tengah dunia ini, sehingga dunia ini menjadi lebih baik. Ingat gereja yang tidak lagi mewartakan Injil berarti gereja yang tidak lagi dapat disebut gereja. Misi Pewartaan Injil yang didorong oleh kebenaran Firman Tuhan harus dan terus dilakukan serta disesuaikan dengan konteks dimana gereja itu berada. Yang saya maksud adalah cara atau metodenya. Ditengah-tengah bangsa kita, negara kesatuan Republik Indonesia ini kita harus bersaksi dengan banyak cara/metode, dan cara atau metode apa pun itu harus dilakukan dengan cara-cara yang baik pula, bukan saja baik bagi kita tetapi baik juga bagi orang lain. Ingat Tuhan Yesus sendiri tidak pernah memaksa orang supaya percaya kepadaNya dan menjadi pengikutNya. Tetapi ia menyaksikankan diriNya, baik melalui perkataanNya dan perbuatanNya lalu orang percaya kepadaNya. Karena itu sebagai warga negara yang baik, kita juga harus terdepan berupaya menciptakan kedamaian. Jika dengan alasan ber-misi (Mewartakan Injil) tidak ada kerukunan, sebaliknya permusuhan bahkan pembunuhan menurut saja misi itu harus dipertanyakan. Ingat sumber misi kita adalah kebaikan Tuhan atas semua ciptaannya (Yohanes 3:16 “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, ………”). Kebaikan itu dinyatakan Tuhan Yesus dengan mengorbankan dirinya mati di kayu salib.
Pdt.S.Brahmana,S.Th,MA
Dengan demikian panggilan Misi berasal dari Allah yang menjadikan setiap orang percaya atau gerejaNya sebagai saksiNya, pelayanNya, UtusanNya, serta sebagai garam dan terang dunia, bukan dimulai dari gereja atau badan-badan MISI, tetapi mulai dari ALLAH. Allah adalah sumber keselamatan dan sekaligus sumber Misi dan Pusat Misi; maksudnya bahwa tanpa Allah, tidak ada Misi (Kej 3:7-10)
Mari kita perhatikan beberapa bagian Alkitab yang berbicara mengenai keharusan untuk bermisi dalam hal ini memberitakan Injil di tengah-tengah dunia ini.
- Matius 20:19,20: Kita diutus untuk memberitakan Injil dan menjadikan sekalian bangsa murid-Nya.
- Yohanes 20:21: Bapa telah mengutus Yesus dan sekarang Yesus telah mengutus kita. Kita diselamatkan untuk DIUTUS (“memberitakan Injil”).
- Kisah Para Rasul 1:8 “Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi."
- Matius 5:13-16 : Kita diselamatkan untuk menjadi GARAM dan TERANG DUNIA.
- Markus 5:15-20: Kita diselamatkan, supaya kita memberitakan Injil.
- 1 Korinti 9:16, Paulus mengatakan: “Celakalah aku, jika aku tidak memberitakan Injil”.
- Roma 1:14-15 “Aku berhutang baik kepada orang Yunani, maupun kepada orang bukan Yunani, baik kepada orang terpelajar, maupun kepada orang tidak terpelajar. Itulah sebabnya aku ingin untuk memberitakan Injil kepada kamu juga yang diam di Roma”.
Pewartaan Injil merupakan hakikat dari kehidupan Gereja. Tanpa pewartaan Injil yang awalnya dilakukan oleh Yesus Kristus, maka Gereja pada gilirannya tidak akan ada. Dalam karya Roh Kudus, pewartaan Injil mendorong kelahiran dan pertumbuhan persekutuan umat (communio) baru, yang selanjutnya disebut Gereja, sehingga dengan dan bersama communio itu, rencana keselamatan Allah di dunia ini mewujud-nyata.
Namun, tidak dapat dipungkiri dalam melakukan tugas panggilan ini ada kalanya terjadi “pasang surut”. Ditengah-tengah pesatnya kemajuan zaman saat ini, dimana manusia juga kelihatannya semakin individualis, muncul kecendrungan apa yang disebut “iman yang egois”. Kecendrungan ini nampak ketika orang yang menyebut diri sebagai yang percaya kepada Tuhan Yesus tidak lagi dihinggapi perasaan “berhutang” dalam memberitakan Injil kepada semua orang, sebagaimana Rasul Palus yang disebutkan dalam Kisah Para Rasul 1:13-16. Memang benar pada akhirnya keselamatan itu secara pribadi-pribadi. Namun sikap hidup pribadi-pribadi dalam merespons keselamatan itu, menentukan keselamatan itu sendiri.
Melakukan panggilan misi orang percaya, tentunya tidak hanya dalam bentuk PROKLAMASI tetapi juga dalam bentuk PRESENSI (Kehadiran), DONASI (derma) dan INTERSESI. Dengan demikian tidak ada alasan untuk tidak mewartakan Injil keselamatan tersebut. Ingat kita dipanggil untuk ber-MISI, bukan PERMISI.
Oleh karen itu melalui kesempatan ini, saya mengajak semua orang percaya dimanapun berada, khususnya warga GBKP agar terus melakukan tugas panggilan ini, panggilan untuk memberitakan Injil di tengah-tengah dunia ini, sehingga dunia ini menjadi lebih baik. Ingat gereja yang tidak lagi mewartakan Injil berarti gereja yang tidak lagi dapat disebut gereja. Misi Pewartaan Injil yang didorong oleh kebenaran Firman Tuhan harus dan terus dilakukan serta disesuaikan dengan konteks dimana gereja itu berada. Yang saya maksud adalah cara atau metodenya. Ditengah-tengah bangsa kita, negara kesatuan Republik Indonesia ini kita harus bersaksi dengan banyak cara/metode, dan cara atau metode apa pun itu harus dilakukan dengan cara-cara yang baik pula, bukan saja baik bagi kita tetapi baik juga bagi orang lain. Ingat Tuhan Yesus sendiri tidak pernah memaksa orang supaya percaya kepadaNya dan menjadi pengikutNya. Tetapi ia menyaksikankan diriNya, baik melalui perkataanNya dan perbuatanNya lalu orang percaya kepadaNya. Karena itu sebagai warga negara yang baik, kita juga harus terdepan berupaya menciptakan kedamaian. Jika dengan alasan ber-misi (Mewartakan Injil) tidak ada kerukunan, sebaliknya permusuhan bahkan pembunuhan menurut saja misi itu harus dipertanyakan. Ingat sumber misi kita adalah kebaikan Tuhan atas semua ciptaannya (Yohanes 3:16 “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, ………”). Kebaikan itu dinyatakan Tuhan Yesus dengan mengorbankan dirinya mati di kayu salib.
Pdt.S.Brahmana,S.Th,MA
0 komentar:
Post a Comment