Monday, 27 August 2012

Khotbah Yesaya 35:4-71; Minggu, 9 Septemeber 2012

Introitus :
Tetapi Ia menyelamatkan orang-orang miskin dari kedahsyatan mulut mereka, dan dari tangan orang yang kua (Ayub 5 : 15).
Bacaan : Mazmur 146 : 1 – 10; Khotbah : Yesaya 35 : 4 – 7a
Tema :
Allah peduli kepada orang yang sengsara/lemah
(“Dibata mediate man kalak si medanggel”)

Pengantar
Beberapa tahun yang lalu sebuah tulisan berjudul “ The God is dead”. Dalam tulisan tersebut, dipertanyakan eksistensi atau kebaradaan kemahakuasaan dan Kasih Allah untuk menyelamatkan manusia. “jika Tuhan masih hidup Dia tidak akan membiarkan terjadinya peperangan, kelaparan , penindasan dsbnya”.
Dengan kata yang berbeda tetapi dalam pengertian yang hampir sama, Ketika kita diperhadapkan kepada hidup di tengah-tengah situasi yang tidak menentu, penuh ancaman, bahaya dan penderitaan, bekerja di bawah tekanan orang lain, dan beribadah di tengah-tengah ketidakpastian keamanan di negara kita ini, Saat menjalani masa-masa sulit, masa-masa suram dan bahkan lembah kekelaman dalam hidup ini, kita kehilangan sukacita , menjadi tawar hati dan pesimistis, seperti: dukacita dan, perasaan tertolak, marah, iri hati, kebencian, dendam, permusuhan, kekecewaan, dll. Kita Tuhan tidak adil, Tuhan tidak lagi berpihak kepada kita. “The God is dead”.

Yesaya 35:4-7a dimulai dengan instruksi singkat untuk untuk tidak takut. Instuksi ini juga menekankan pembalikan besar yang terjadi melalui kehadiran TUHAN. Padang pasir berubah dari tempat yang kering dan tandus menjadi tanah yang subur dengan kelimpahan air, orang buta akan melihat, orang tuli akan mendengar, dan orang lumpuh akan "melompat seperti rusa".
Pokok-Poko Renungan
  1. Sukacita yang besar akan dinyatakan bagi umat Tuhan, suatu sukacita yang melebihi masa keemasan raja-raja sebelumnya di Israel, termasuk pada masa raja Hizkia di Yehuda. Dalam konteks yang lebih luas, teks ini seolah-olah menjawab balik masa-masa kesuraman oleh karena penghakiman Allah atas dunia (lih. Yesaya 24),
  2. Kasih dan setia Allah itulah yang kembali menebar semarak pengharapan umat. Pengharapan yang sempat layu dan kering kini digantikan dengan suatu janji yang menyatakan bahwa Allah berpihak pada mereka. Kengerian akan diganti dengan kesukaan, kebinasaan akan ditaklukkan oleh kehidupan baru. Keberpihakan Allah ini terungkap melalui kata-kata: "Kuatkanlah hati, janganlah takut! Lihatlah, Allahmu akan datang dengan pembalasan dan dengan ganjaran Allah. Ia sendiri datang menyelamatkan kamu!" (ay. 4).
  3. Kata “Ia sendiri akan datang” menyatakan bahwa Allah yang berinisitif, Allah yang memulai, Allah yang tidak tega atas keberadaan umatNya yang hidup oleh berbagai penderitaan yang terjadi. Hal ini merupkan eksistensi Allah terhadap umatNya: ketika manusia/Adam dan Hawa memakan buang yang dilarang oleh Tuhan, menusia ia bersembunyi/melarikan diri dari hadapan Allah, namun Allah berinisiatif, mencari: ”Dimanah engkau???”(Kej. 3 : 9).
  4. Gambaran kehidupan yang dilakonkan bangsa Israel dalam banyak aspek mereka bukan lagi seperti umat pilihan Allah. Mereka malah menjadi pemberontak, krisis terjadi di mana-mana, seperti krisis politik, ekonomi dan bahkan agama. Kemerosotan-kemerosotan moral dan kehidupan spiritual sudah sangat memprihatinkan, malah dalam arti tertentu bangsa Israel mungkin lebih bobrok dan bebal dari bangsa-bangsa lain di sekitarnya; dan konsekuensinya adalah hukuman yang datang bersamaan dengan hilangnya pengharapan akan keselamatan dan pembaharuan.
  5. Kenyataan yang dilakonkan oleh bangsa Israel, kini terjadi juga berulang-ulang terjadi dalam kehidupan bangsa pilihanNya. Jika kita dalam “komunitas” gambaran diatas maka BERTOBATLAH.
  6. Sukacita besar dinyatakan karena Allah sendiri akan membuat suatu perubahan dan pembaharuan yang sangat signifikan dalam diri umat manusia, yang tidak mungkin dikerjakan oleh manusia, bahkan tidak mungkin dilakukan oleh para raja siapa pun. Perubahan dan pembaharuan ini terungkap terungkap dalam ayat 5-6a: “Pada waktu itu mata orang-orang buta akan dicelikkan, dan telinga orang-orang tuli akan dibuka. Pada waktu itu orang lumpuh akan melompat seperti rusa, dan mulut orang bisu akan bersorak-sorai”.
  7. Sukacita besar karena Allah sendiri akan membuat alam menjadi sumber kehidupan dan kesegaran.: “sebab mata air memancar di padang gurun, dan sungai di padang belantara; tanah pasir yang hangat akan menjadi kolam, dan tanah gersang menjadi sumber-sumber air; di tempat serigala berbaring akan tumbuh tebu dan pandan”. Kiasan ini ingin menekankan pembaruan yang ajaib dan dahsyat yang jauh melebihi kuasa pemerintahan siapa pun, dan jauh lebih besar dari hukuman yang dijatuhkan (Ayat 6b-7)
Penutup:
“Janganlah mati sebelum meninggal”. Sebuah kalimat singkat, motivasi agar kita tidak putus asa ketika berbagai penderitan menghadang langkah kita.

Kita harus tetap memercayai janji keberpihakanAllah bagi kita, sebab Dia sudah menunjukkan kita dalam diri Yesus Kristus. Tuhan tidak pernah meninggalkan kita sendiri sebab Dia mengerti dan peduli akan keadaan kita.
Selama hidup-Nya, Yesus sangat menaruh perhatian pada kesulitan den penderitaan setiap orang. Dalam perumpamaan mengenai orang Samaria yang baik hati, Yesus bahkan mengajarkan kepada sernua orang betapa pentingnya membantu siapa saja yang membutuhkan pertolongan. Maka Yesus berkata "Pergilah dan berbuatlah demikian" (Luk.10:37). Yesus juga bergaul dengan orang-orang yang dipandang rendah dan hina. Bagi Yesus setiap manusia memiliki martabat yang luhur dan harus dihargai.
“Sebab imam besar yang kita punya, bukanlah imam besar yang tidak dapat merasakan kelemahan-kelemahan kita, sebalinya sama dengan kita, Ia telah dicobai, hanya tidak berbuat dosa” Ibrani 4: 15.
Kita harus tetap memiliki harapan bahwa Tuhan Yesus pasti datang lagi untuk menyelamatkan, mengubah dan membaharui dunia di mana kita saat ini berada, dan karenanya kira harus tetap setia melakukan firman Tuhan.

Ketika Tuhan mengunjungi umatNya, hanya ada satu jawaban yang tepat. Semua ciptaan dan kemanusiaan ditransformasikan pada penampilan Allah, dan semua bergembira bersama dan bersorak-sorai.

Pdt.Iswan Ginting

Catatan sermon
  1. Hidup dalam IPK (Iman Pengharapan dan Kasih) berarti: Iman membuat segala sesuatu menjadi Mungkin, Pengharapan membuat segala sesuatu ceria/bersukacita, dan kasih membuat segala sesuatunya menjadi mudah.
  2. Allah Peduli bukan berarti memberikan yang enak-enak, tetapi kepedulian juga melalui penghukuman, penderitaan.
  3. Allah peduli juga membutuhkan sarana atau alat. Allah peduli melalui berbagai cara, melalui kita kepada orang lain (solidaritas).
  4. Kalau pengkhotbah memdiberitakan Firman Tuhan "jangan takut" atau "jangan kuatir" mungkin banyak dari jemaat menganggap biasa-biasa saja, tetapi berbeda jika seorang kaya mengatakan kepada seseorang yang sedang kesusahan "jangan takut" atau "jangan kuatir", mereka akan menjadi ebih tenang. Itulah realita di dalam masyarakat yang beragama. Oleh karena itu akan sangat berdampak jika orang kaya yang beriman memberitakan Firman Tuhan sekaligus dengan perbuatan, maka banyak orang akan dikuatkan dan menjadi percaya bahwa benar Tuhan itu berkuasa menolong mereka. Jadilah alat Tuhan hai kamu sekalin yang telah diberkati menjadi kaya dan sukses.
  5. Melalui renungan kita dapat di lihat dari dua sisi. Sisi pertama dari orang yang menderita (mata, telinga, kaki, mulut). Sisi kedua dari orang yang berada agar kita membuka mata, telinga, jangan diam diri tetapi berbuat/berjalan, memberika kata penghiburan/mulut sehingga muncul air di padang gurun.


Artikel lain yang terkait:



0 komentar:

Post a Comment