Tuesday, 19 June 2012

Khotbah Amos 7:7-15, Minggu 15 Juli 2012 (Minggu VI Setelah Trinitas)

Introitus :
“Aku katakan "di dalam Kristus", karena di dalam Dialah kami mendapat bagian yang dijanjikan -- kami yang dari semula ditentukan untuk menerima bagian itu sesuai dengan maksud Allah, yang di dalam segala sesuatu bekerja menurut keputusan kehendak-Nya” (Efesus 1:11)
Pembacaan : Efesus 1:3-14 ; Khotbah : Amos 7:7-15
Thema :
“Kesetiaan mendatangkan berkat, Ketidaksetiaan mendatangkan hukuman”

Pendahuluan
Tentu tidak menyenangkan menerima teguran, apalagi peringatan akan hukuman berat yang akan diterima. Sebab manusia cenderung merasa dirinya baik dan yang telah mereka perbuat telah memadai menurut mereka. Amsal 21:2 “Setiap jalan orang adalah lurus menurut pandangannya sendiri, tetapi TUHANlah yang menguji hati”.

Bangsa Israel berusaha luput dari hukuman dengan tidak menaati Tuhan. Justru ketaatanlah yang menghindarkan seseorang dari hukuman. Tujuan pemilihan dan penyelamatan adalah kemuliaan bagi Tuhan. Pemilihan Tuhan memberikan tanggungjawab yang besar dalam hidup sehari-hari. Tetapi hidup mereka sungguh mempermalukan Tuhan. Hidup mereka sungguh miskin dihadapan Tuhan.

Kalau dilihat dari satu sisi, bagaimana semangat peribadahan Israel kepada Tuhan tampak begitu megah. Tetapi pada sisi yang lain, dalam hidup sehari-hari banyak orang yang diperas dan diterlantarkan. Kekuasaan cenderung di salah gunakan, baik jabatan sebagai pemimpin negara atau pemimpin agama, tidak menggenapi tujuan Allah.

Tantangan bagi hamba Tuhan untuk menyampaikan Firman Tuhan, suara kenabian sulit untuk diterima. Tetapi walau bagaimana pun Firman Tuhan harus disampaikan, kita sudah menerima perintah “Beritakanlah firman, siap sedialah baik atau tidak baik waktunya, nyatakanlah apa yang salah, tegorlah dan nasihatilah dengan segala kesabaran dan pengajaran” (2 Tim.4:2). Kalau tidak ada lagi yang mau mengambil resiko memberitakan kebenaran, bagaimana jadinya dunia ini? Tuhan akan secara konsisten membangkitkan orang-orang pilihanNya untuk menegakkan kebenaran dan keadilanNya.

Pendalaman Nats
Tuhan memberikan gambaran seperti “tali sifat” yaitu tali pengukur tegak lurus. Ia memegang tali pengukur itu untuk melihat apakah tembok itu tegak lurus atau tidak. Sebuah tembok yang pada mulanya didirikan dengan memakai tali sifat, tentu saja sangat tegak lurus. Tetapi akhirnya rusak dan menjadi miring serta tidak terpertahankan lagi, harus diruntuhkan sebelum memakan korban. tali sifat ini merupakan lambang pengukur terhadap perilaku Israel. Yes. 28:17a: “Dan Aku akan membuat keadilan menjadi tali pengukur, dan kebenaran menjadi tali sipat”. Dengan kebenaran dan keadilan Tuhan nyata bahwa kehidupan bangsa Israel telah mengalami kerusakan parah dan telah menjadi miring. Saat Allah datang untuk menghakimi dengan memakai ukuran itu, maka hasilnya ialah penghukuman. Tetapi intinya bukan penghukuman tetapi perombakan atau perbaikan, kalau diterima dengan baik. Tetapi pada kenyataannya teguran Allah ini tidak diterima, malah mereka melawan. Mereka tidak mengakui kelemahan yang ada pada mereka. Padahal kesepuluh perintah Allah telah mereka langgar semuanya.

Pelanggaran berat mendatangkan hukuman yang berat. Tetapi mereka berlindung dalam pemahaman bahwa mereka adalah bangsa pilihan. Mereka menganggap hukuman yang disampaikan tidak akan mungkin terjadi. Bahwa hukuman Allah menyangkut dua hal penting yaitu penghancuran tempat peribadatan dan tahta raja Yerobeam II. Kegagalan mereka menggenapi perintah Allah akan membawa kekalahan dan pembuangan.

Pemberitaan Amos mengakibatkan pertentangan dengan pemimpin agama dan pemerintah. Amazia, pemimpin yang bertanggungjawab di Betel. Dialah kepala imam “bait suci negara” (yang resmi didirikan oleh Yerobeam I, lih. 1 Raj.12:26-30). Amos dianggap sebagai oposisi politik. Berhubungan dengan “keamanan dan ketertiban” mulut Amos harus di sumbat. Apalagi Amos sebagai orang Yehuda adalah orang asing di Israel Utara.

Pemberitaan yang disampaikan Amos dianggap melawan pemerintah yang berkuasa saat itu. “Sebab beginilah dikatakan Amos: Yerobeam akan mati terbunuh oleh pedang dan Israel pasti pergi dari tanahnya sebagai orang buangan”. Tetapi mereka tidak menangkap pesan untuk menjalankan kebenaran dan keadilan, sebagai seruan yang patut dihargai. Perintah “Carilah TUHAN, maka kamu akan hidup” (5:8), tidak ditanggapi.

Amazia mengusir Amos dari Betel dengan menghinanya "Pelihat, pergilah, enyahlah ke tanah Yehuda! Carilah makananmu di sana dan bernubuatlah di sana!” Amazia menganggap Amos sebagai pelihat atau “nabi bayaran” yang mencari nafkah dengan ‘bernubuat”. Amos dianggap sebagai pengganggu ketenangan dan menyusahkan. Alasan pengusiran bukan karena ditemukan kesalahan atas nubuat yang disampaikan Amos, tetapi alasan politis yang dikemukakan bahwa tempat ini adalah “tempat kudus raja” atau “bait suci kerajaan”. Amazia jelas-jelas merupakan alat pemerintah dan mengutamakan kepentingan pemerintah. Agama telah dijadikan menjadi alat tujuan-tujuan politik. Disinilah letak perbedaan Amos dengan Amazia, bahwa Amos berbicara atas nama Tuhan sedangkan Amazia berkata-kata atas nama penguasa.

Amos menegaskan bahwa ia menjadi nabi bukan dengan tujuan cari makan atau untuk mendapatkan upah. Amos menyatakan bahwa dirinya bukan nabi profesional, ia hanya seorang gembala dan pemungut buah ara hutan. Amos menegaskan bahwa ia mempunyai cukup penghasilan dari pekerjaannya sehari-hari. “Tetapi TUHAN mengambil aku dari pekerjaan menggiring kambing domba, dan TUHAN berfirman kepadaku: Pergilah, bernubuatlah terhadap umat-Ku Israel”. Amos tidak bernubuat atas kehendak manusia, tetapi karena panggilan langsung Allah yang menjadikannya nabi. Amos tidak takut terhadap intimidasi dan ancaman Amazia, sebab ia yakin bahwa Firman Tuhan ini harus disampaikan.

Ibadat bangsa Israel di Betel sudah banyak dipengaruhi oleh penyembahan Baal dan sudah bercampur dengan unsur-unsur dari agama Kanaan, tetapi... resminya orang Israel masih melayani Yahwe.

Dalam nats ini jelas tampak pertentangan antara imam dengan nabi yang seharusnya bekerjasama. Tetapi karena imam di Betel yang diwakili Amazia telah dipengaruhi oleh pemerintah, bertindak sebagai wakil pemerintah maka terjadi perdebatan. Sebab nabi mewakili pemberitaan firman Allah yang bebas dan berwibawa.

Pointer Aplikasi
  1. Keberadaan bangsa Israel sebagai bangsa pilihan sama seperti keberadaan kita orang kristen sebagai orang-orang pilihan Tuhan. Keberadaan kita tidak meniadakan tanggungjawab akan ketaatan pada Firman Tuhan. Malah standar kehidupan bangsa pilihan lebih tinggi dari bangsa-bangsa lain. Jangan menganggap bahwa Tuhan tidak akan sampai hati menjatuhkan hukuman pada kita. Sebab kasih Tuhan disertai dengan kekudusan, bahwa Tuhan tidak dapat mengabaikan atau menutup mata akan kesalahan kita. Seharusnya keberadaan kita sebagai orang-orang yang telah diselamatkan telah berpindah dari area ketidaktaatan kepada area ketaatan. Patokan keselamatan kita adalah ketaatan Yesus Kristus yang telah mati bagi kita orang berdosa. Namun patokan keselamatan itu juga menjadi patokan penghakiman yaitu Yesus Kristus. Yohanes 5:24 "Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa mendengar perkataan-Ku dan percaya kepada Dia yang mengutus Aku, ia mempunyai hidup yang kekal dan tidak turut dihukum, sebab ia sudah pindah dari dalam maut ke dalam hidup”. Bukti bahwa kita telah diselamatkan adalah mendengar perkataan Yesus dan setia di dalam iman. “Hendaklah engkau setia sampai mati, dan Aku akan mengaruniakan kepadamu mahkota kehidupan” (Why.2:10c).
  2. Kita telah memperoleh kekayaan dan kelimpahan di dalam Yesus Kristus yaitu kekayaan dan kelimpahan rohani. Semua ini bukan untuk dinikmati sendiri, tetapi untuk dibagikan bagi orang lain. Ibadah bukan formalitas dan pamer kekayaan duniawi, tetapi membagikan karunia Tuhan. Hidup dalam persekutuan dengan Tuhan terwujud dalam persekutuan dengan sesama. Amos 5:24 “Tetapi biarlah keadilan bergulung-gulung seperti air dan kebenaran seperti sungai yang selalu mengalir”. Inilah yang dikehendaki Tuhan menjadi kekayaan dan kelimpahan orang-orang percaya.
  3. Pertentangan dalam dunia sekarang ini adalah antara orang-orang yang menahan, menghambat aliran keadilan dan kebenaran Tuhan. Sedangkan Tuhan menggerakkan orang-orang yang menyalurkan keadilan dan kebenaran Tuhan. Siapakah pemimpin rohani yang sesungguhnya? Amos atau Amazia? Tentu Amos yang memimpin bangsa Israel ke arah yang benar, sedang Amazia menyesatkan. Kita adalah penerus Amos untuk menyuarakan keadilan dan kebenaran. Walau seolah kita menentang arus, tetapi Tuhan dipihak kita. Jika Allah di pihak kita, siapakah yang akan melawan kita? Siapakah yang akan menggugat orang-orang pilihan Allah? Allah, yang membenarkan mereka? Siapakah yang akan menghukum mereka? Orang yang benar seolah tersingkir karena kalah banyak, kalah pengaruh dan kalah pendukung. Tetapi kita harus mempunyai pendirian dalam Tuhan. Kita harus lebih takut kepada Tuhan daripada kepada orang-orang yang memberontak kepada Tuhan. Tuhan yang akan menegakkan keadilanNya, saat itulah nyata siapa yang telah menang, orang-orang yang diberkati Tuhan. Tentu kita tidak mau masuk ke dalam kelompok orang yang menanti hukuman; yang kita ingini adalah menerima perkenanan Tuhan dan berkat yang telah disiapkan bagi orang yang setia sampai akhirnya. Amin.
Pdt.Sura Purba Saputra Purba
GBKP Bandung Barat


Artikel lain yang terkait:



1 komentar:

Anonymous said...

Thks pak PDT untuk uraiannya ada hala-hal yang disingkapkan.Gereja hrs dibawah kedalam pelayanan Apotolik Profetik sup[aya semakin maju dan berkembang.Tuhan memberkati

Post a Comment