Introitus :
Tuhan Allah telah membuka telingaku, dan aku tidak memberontak, tidak berpaling
Kebelakang ( Yesaya 50:5 ).
Tuhan Allah telah membuka telingaku, dan aku tidak memberontak, tidak berpaling
Kebelakang ( Yesaya 50:5 ).
Bacaan : Yesaya 50:4-9; Khotbah : Markus 8:27-38
Thema :
Tandailah Yesus dingen ikutkenlah
Tandailah Yesus dingen ikutkenlah
(Kenalilah Yesus dan ikutlah Dia)
Pendahuluan
Sebutir telur bias memiliki bermacam makna. Bagi seorang pengusaha,telur bisa berarti sumber atau komoditas ekonomi. Bagi seorang seniman, ia dapat melihat telur sebagai inspirasi bagi suatu karya seni. Bagi seorang telog, ia mungkin melihat ada Tuhan di balik telur tersebut, dan seterusnya. Tentu semua itu adalah benar sebab begitulah hakikat dan arti telur itu, tergantung dari mana orang melihatnya. Inilah yang disebut paradigm,persepsi atau sudut pandang.
Stephen R. Covey, pakar Amerika yang menulis bukuThe 7 Habits of Highly Effective People, mengatakan bahwa paradigma merupakan sumber dari sikap dan perilaku kita. Kita masing-masing cenderung berpikir bahwa kita melihat segala sesuatu sebagai mana adanya, bahwa kita sudah objektif. Namun pada kenyataannya tidak demikian. Kita melihat duni bukan sebagaimana dunia adanya, melainkan sebagaimana kita adanya, atau sebagaimana kita terkondisikan untuk melihatnya.
Bila sudut pandang kita luas, maka cakrawala kita pun luas. Bila cara pandang kita sempit, maka cakrawala kita pun sempit. Bila kita hanya terpaku pada satu teori, maka kita mudah menolak teori lainnya. Bila kita hanya setuju kepada satu opini, maka sulit bagi kita untuk membuka ruang bagi opini yang lain.
Demikian juga halnya dengan pengenalan kita terhadap Yesus, pengenalan yang benar mempengaruhi ketaatan kita untuk mengikuti dan melakukan kehendak Nya. Sejauh apakah kini pengenalan kita terhadap Yesus dan ketaatan kita dalam melakukan perintahNya ? Dari nats khotbah Markus 8:27-38, menjadi perenungan bagi kita kepada pernyataan Yesus tentang diriNya dan syarat-syarat mengikut Dia.
Pendalaman Nats
(ay.27-28) Ketika Yesus dan murid-muridNya berangkat ke Kaisarea Filipi, kira-kira 40 km di sebelah utara danau Galilea, Yesus bertanya tentang siapakah Dia menurut orang banyak. Ada yang mengatakan Yesus adalah Yohanes Pembabtis, Elia dan seorang dari para nabi ( Markus 1:4,6:14-15;Lukas9:7-8 ). Menurut mereka (pemahaman orang Yahudi), dengan kedatangan Yohanes Pembabtis,Elia dan seorang dari para nabi,maka Mesias tidak lama lagi akan datang. Tokoh ini dipercayai sebagai perintis jalan dan pembawa berita dari Mesias. Ia akan memulihkan pelanggaran dan membawa keteraturan di tengah kekacauan untuk menyiapkan jalan bagi Mesias. Menurut tanggapan orang banyak tersebut berarti Yesus bukanlah mesias,dan masih tetap menunggu kedatangan mesias. Pengenalan orang banyak tentang Yesus berarti keliru, dan hanya sebatas tanda mujijat membuat mereka datang mencari dan mengikut Yesus.
(ay.29-30) Menurut Petrus, Yesus adalah Mesias. Petrus mengakui bahwa Yesus adalah orang yang dipilih dan di urapi oleh Allah(Yoh.6:68-69). Kata “Mesias”berasal dari kata Ibrani yang berarti “yang diurapi”. Sama artinya dengan Kristus dalam bahasa Yunani” Christos”. Yang di urapi adalah para Imam(1 Taw.29:22), dan Nabi (Yes.61:1), yang paling sering disebut di urapi adalah Raja (1 Sam.10:1,16:1,13; Mas.2:2,7). Yang di urapi adalah seseorang yang di pilih untuk melayani Tuhan dan umatNya dan sebagai Raja, bertanggung jawab untuk menegakkan keadilan dan damai Allah di dunia,yaitu menolong dan membebaskan korban ketidak adilan, khususnya orang miskin.(Mas.18:35-49,72:1-3: 9:9-10). Pengakuan Petrus akan Yesus adalah benar, sehingga dalam injil Matius, Petrus di beri hadiah “kunci kerajaan sorga”(Mat.16:19), tapi dalam injil Markus, Petrus dilarang untuk mengatakan kepada siapa pun bahwa Yesus adalah Mesias. Yesus melarang para murid untuk mengatakannya, karena Yesus ingin agar orang banyak mengetahuinya melalui pengalaman mereka sendiri. Dan secara umum,orang banyak termasuk murid-murid juga di pengaruhi oleh gagasan-gagasan mesianik yang ada dalam benak orang Yahudi pada zaman Yesus. Gagasan itu penuh kekerasan dan semangat nasionalistik, sehingga Mesias itu di bayangkan sebagai seorang raja yang berasal dari garis keturunan Daud sebagai sosok adikodrati yang hebat yang masuk kedalam sejarah untuk menata kembali dunia dan kembali memulihkan umat Allah.
(ay.31-33) Yesus mengajarkan pengertian Mesias yang berbeda dari pemahaman orang banyak, bukan sebagai raja yang berkuasa, tapi sebagai anak manusia yang harus menanggung banyak penderitaan, ditolak, dibunuh dan bankit pada hari yang ketiga. Yesus sedang berbicara tentang penangkapan dan kematianNya di kayu salib dan Allah yang membangkitkanNya dari kematian. Petrus dan para murid tidak siap akan hal ini,mereka menginginkan seorang pemimpin yang akan membebaskan mereka dari kesakitan, bukan seorang yang mengalami kesakitan dan kematian. Petrus menarik dan menegor Yesus, kemudian Yesus berpaling serta memarahi Petrus,”enyahlah iblis’’. Yesus menggunakan kata yang keras untuk menegaskan bahwa menolak kehendak Allah merupakan pekerjaan iblis.
(ay.34-38) Menyangkal diri, memikul salib dan mengikut Yesus, artinya penurunan tahta diri(keinginan,kehendak dan hawa nafsu manusiawi), agar hidup hanya berpusat kepada Kristus. Dalam hubungan kita dengan Tuhan harus mengikutinya dengan memasrahkan diri kepada Tuhan dan menerima konsekwensi dan menanggung resiko terhadap penderitaan oleh karena panggilan sebagai murid atau orang percaya.(Yoh.15:19,Gal.6:14). Dan Yesus mengatakan tentang kehilangan nyawa, sebagai penyataan kesetiaan terhadap kehendak Allah, bukan perjuangan kepada sifatnya sementara tapi kekekalan. Pengajaran tentang persyaratan mengikut Yesus memang cukup keras dan tegas tapi hal itu bukan lah hal yang mustahil bagi orang percaya sebab Yesus membuat perjanjian yang pasti tentang kedatanganNya(8:38), dan kerajaanNya(9;1). Sekalipun penderitaan yang menanti namun nubuat Mesianis tentang pemerintahanNya akan mewujudnyatakan kemenangan keselamatan.
Pointer Aplikasi
Sebutir telur bias memiliki bermacam makna. Bagi seorang pengusaha,telur bisa berarti sumber atau komoditas ekonomi. Bagi seorang seniman, ia dapat melihat telur sebagai inspirasi bagi suatu karya seni. Bagi seorang telog, ia mungkin melihat ada Tuhan di balik telur tersebut, dan seterusnya. Tentu semua itu adalah benar sebab begitulah hakikat dan arti telur itu, tergantung dari mana orang melihatnya. Inilah yang disebut paradigm,persepsi atau sudut pandang.
Stephen R. Covey, pakar Amerika yang menulis bukuThe 7 Habits of Highly Effective People, mengatakan bahwa paradigma merupakan sumber dari sikap dan perilaku kita. Kita masing-masing cenderung berpikir bahwa kita melihat segala sesuatu sebagai mana adanya, bahwa kita sudah objektif. Namun pada kenyataannya tidak demikian. Kita melihat duni bukan sebagaimana dunia adanya, melainkan sebagaimana kita adanya, atau sebagaimana kita terkondisikan untuk melihatnya.
Bila sudut pandang kita luas, maka cakrawala kita pun luas. Bila cara pandang kita sempit, maka cakrawala kita pun sempit. Bila kita hanya terpaku pada satu teori, maka kita mudah menolak teori lainnya. Bila kita hanya setuju kepada satu opini, maka sulit bagi kita untuk membuka ruang bagi opini yang lain.
Demikian juga halnya dengan pengenalan kita terhadap Yesus, pengenalan yang benar mempengaruhi ketaatan kita untuk mengikuti dan melakukan kehendak Nya. Sejauh apakah kini pengenalan kita terhadap Yesus dan ketaatan kita dalam melakukan perintahNya ? Dari nats khotbah Markus 8:27-38, menjadi perenungan bagi kita kepada pernyataan Yesus tentang diriNya dan syarat-syarat mengikut Dia.
Pendalaman Nats
(ay.27-28) Ketika Yesus dan murid-muridNya berangkat ke Kaisarea Filipi, kira-kira 40 km di sebelah utara danau Galilea, Yesus bertanya tentang siapakah Dia menurut orang banyak. Ada yang mengatakan Yesus adalah Yohanes Pembabtis, Elia dan seorang dari para nabi ( Markus 1:4,6:14-15;Lukas9:7-8 ). Menurut mereka (pemahaman orang Yahudi), dengan kedatangan Yohanes Pembabtis,Elia dan seorang dari para nabi,maka Mesias tidak lama lagi akan datang. Tokoh ini dipercayai sebagai perintis jalan dan pembawa berita dari Mesias. Ia akan memulihkan pelanggaran dan membawa keteraturan di tengah kekacauan untuk menyiapkan jalan bagi Mesias. Menurut tanggapan orang banyak tersebut berarti Yesus bukanlah mesias,dan masih tetap menunggu kedatangan mesias. Pengenalan orang banyak tentang Yesus berarti keliru, dan hanya sebatas tanda mujijat membuat mereka datang mencari dan mengikut Yesus.
(ay.29-30) Menurut Petrus, Yesus adalah Mesias. Petrus mengakui bahwa Yesus adalah orang yang dipilih dan di urapi oleh Allah(Yoh.6:68-69). Kata “Mesias”berasal dari kata Ibrani yang berarti “yang diurapi”. Sama artinya dengan Kristus dalam bahasa Yunani” Christos”. Yang di urapi adalah para Imam(1 Taw.29:22), dan Nabi (Yes.61:1), yang paling sering disebut di urapi adalah Raja (1 Sam.10:1,16:1,13; Mas.2:2,7). Yang di urapi adalah seseorang yang di pilih untuk melayani Tuhan dan umatNya dan sebagai Raja, bertanggung jawab untuk menegakkan keadilan dan damai Allah di dunia,yaitu menolong dan membebaskan korban ketidak adilan, khususnya orang miskin.(Mas.18:35-49,72:1-3: 9:9-10). Pengakuan Petrus akan Yesus adalah benar, sehingga dalam injil Matius, Petrus di beri hadiah “kunci kerajaan sorga”(Mat.16:19), tapi dalam injil Markus, Petrus dilarang untuk mengatakan kepada siapa pun bahwa Yesus adalah Mesias. Yesus melarang para murid untuk mengatakannya, karena Yesus ingin agar orang banyak mengetahuinya melalui pengalaman mereka sendiri. Dan secara umum,orang banyak termasuk murid-murid juga di pengaruhi oleh gagasan-gagasan mesianik yang ada dalam benak orang Yahudi pada zaman Yesus. Gagasan itu penuh kekerasan dan semangat nasionalistik, sehingga Mesias itu di bayangkan sebagai seorang raja yang berasal dari garis keturunan Daud sebagai sosok adikodrati yang hebat yang masuk kedalam sejarah untuk menata kembali dunia dan kembali memulihkan umat Allah.
(ay.31-33) Yesus mengajarkan pengertian Mesias yang berbeda dari pemahaman orang banyak, bukan sebagai raja yang berkuasa, tapi sebagai anak manusia yang harus menanggung banyak penderitaan, ditolak, dibunuh dan bankit pada hari yang ketiga. Yesus sedang berbicara tentang penangkapan dan kematianNya di kayu salib dan Allah yang membangkitkanNya dari kematian. Petrus dan para murid tidak siap akan hal ini,mereka menginginkan seorang pemimpin yang akan membebaskan mereka dari kesakitan, bukan seorang yang mengalami kesakitan dan kematian. Petrus menarik dan menegor Yesus, kemudian Yesus berpaling serta memarahi Petrus,”enyahlah iblis’’. Yesus menggunakan kata yang keras untuk menegaskan bahwa menolak kehendak Allah merupakan pekerjaan iblis.
(ay.34-38) Menyangkal diri, memikul salib dan mengikut Yesus, artinya penurunan tahta diri(keinginan,kehendak dan hawa nafsu manusiawi), agar hidup hanya berpusat kepada Kristus. Dalam hubungan kita dengan Tuhan harus mengikutinya dengan memasrahkan diri kepada Tuhan dan menerima konsekwensi dan menanggung resiko terhadap penderitaan oleh karena panggilan sebagai murid atau orang percaya.(Yoh.15:19,Gal.6:14). Dan Yesus mengatakan tentang kehilangan nyawa, sebagai penyataan kesetiaan terhadap kehendak Allah, bukan perjuangan kepada sifatnya sementara tapi kekekalan. Pengajaran tentang persyaratan mengikut Yesus memang cukup keras dan tegas tapi hal itu bukan lah hal yang mustahil bagi orang percaya sebab Yesus membuat perjanjian yang pasti tentang kedatanganNya(8:38), dan kerajaanNya(9;1). Sekalipun penderitaan yang menanti namun nubuat Mesianis tentang pemerintahanNya akan mewujudnyatakan kemenangan keselamatan.
Pointer Aplikasi
- Pengenalan yang benar akan Yesus menentukan kesetiaan seseorang dalam mengikut dan melakukan kehendakNya.
- Mengikut Yesus dan melakukan kehendaknya berarti menyangkal diri dan memikul salib. Memberi diri untuk dibentuk, diubah seturut dengan kehendakNya.( Band.Bacaan Yesaya 50:4-9, Ketaatan seorang hamba Tuhan)
- Kapan dan dimana pun sebagai pengikut Yesus tidak ragu dan tidak malu menderita demi kebenaran dan keadilan.
- Kuasa dan kasih Yesus adalah menjadi jaminan penyertaan dan perlindungan bagi setiap orang yang melakukan panggilan Tuhan dalam hidup dan pelayanannya.(1 Kor.15:58) : “Karena itu, saudara-saudaraku yang kekasih, berdirilah tegu, jangan goyah, dan giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan ! Sebab kamu tahu, bahwa dalam persekuruan dengan Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia”
Runggun GBKP Tambun
Pdt.Terima Tarigan
Pdt.Terima Tarigan
0 komentar:
Post a Comment