Saturday, 15 September 2012

Khotbah Matius 6:10, Pekan Doa Wari III (Selasa, 25 September 2012)

Introitus :
Genduari adi iikutkenndu Aku janah ipatuhindu perpadanenKu e maka kam jadi bangsangKu. Kerina doni enda Aku empuna, tapi kam me jadi bangsa pilihenKu (Keluaran 19:5)
Bacaan : Keluaran 19:1-25 ; Khotbah : Matius 6:10
Thema :
Reh min KinirajanNdu, seh lah min peratenNdu i doni enda bagi ni surga
(Datanglah kerajaanMu dan jadilah kehendakMu di bumi seperti di surga)

Pokok Pikiran :

  1. Nuriken kerna Dibata engkuasai, melindungi manusia ras isi doni enda kerina. (Menceritakan kuasa Allah melindungi manusia dan dunia beserta isinya )
  2. Nuriken kerna uga kalak sitek nggeluh ibas Kinirajan Dibata i doni ras i sorga. (Menceritakan bagaimana orang percaya hidup dalam kerajaan Allah di bumi dan di Surga)
  3. Kinirajan Dibata e labo terjeng surga saja, tapi banci i lakoken ibas doni enda. (Kerajaan Allah tidak hanya di surga tapi nyata juga di bumi)
Pendahuluan
Doa adalah selalu merupakan bagian mendasar dari agama. Berdoa adalah memohon atau meminta sesuatu. Dalam doa kita biasanya meminta kepada Allah apa yang kita inginkan. Dalam berdoa Tuhan tidak menginginkan ungkapan-uangkapan kosong tanpa bersungguh-sungguh. Tuhan tidak inginkan kita berdoa supaya mencari penghormatan ( seperti orang Yahudi biasanya berdiri, dengan tujuan supaya dilihat dan dipuji orang). Bahaya berdoa juga adalah kalau bertele-tele dengan anggapan doa yang panjang akan berhasil. Untuk itu Yesus memberi suatu contoh doa dan apa artinya mari kita lihat bagian “Doa Bapa Kami” yang menjadi nats khotbah ini.

Pendalaman Nats
Kata yang diterjemahkan dengan “Kerajaan” adalah kata Yunani basileia, yang mempunyai dua arti, yaitu : kekuasaan raja (kingship) dan kawasan atau daerah yang dikuasai raja itu. Jadi ungkapan “Kerajan Allah” pertama-tama berarti : pelaksanaan atau perealisasian kekuasaan Allah sebagai Rajanya, di situlah Kerajaan Allah berada. Itulah sebabnya maka Tuhan Yesus dapat berkata : “Kerajan Allah ada di antara kamu”. Semula manusia tidak mau mengakui Tuhan Allah sebagai Rajanya, akan tetapi bersamaan dengan kedatangan Kristus, atau karena karya penyelamatan Kristus, maka Tuhan Allah diakui oleh manusia sebagai Rajanya. Bersamaan dengan kedatangan Kristus tadi Tuhan Allah menuntut agar Ia diakui sebagai yang merajai manusia, serta ditaati segala perintahNya. Oleh karena itu maka bersamaan dengan kedatangan Kristus tadi manusia dipanggil untuk masuk ke dalam kerajan Allah, menjadi rakyat kerajan itu. Hal ini hanya mungkin, jikalau manusia bertobat, meninggalkan cara hidup yang lama dan mengenakan cara hidup yang baru. Bahwa manusia dipanggil untuk masuk ke dalam kerajan Allah, hal itu berarti , bahwa manusia dipanggil untuk memasuki kawasan, di mana Tuhan Allah merealiasikan kuasaNya sebagai Raja. Itulah sebabnya, maka kerajan Allah juga diumpamakan dengan “tempat perayaan perjamuan kawin”, dimana para manusia diundang untuk turut di dalam “perayaan perjamuan kawin” itu (Mat.22:1 dbr; Luk.14:16 dbr). Dari perumpamaan kawin ini dan perumpamaan-perumpamaan yang lain jelaslah,bahwa kesempurnaan kerajan Allah tadi baru akan dinyatakan kelak pada akhir zaman. Bahwa Tuhan Allah merajai, hal itu harus nyata di dalam hidup tiap orang, di dalam keluarga, di dalam masyarakat dan di dalam seluruh dunia manusia. Kesempurnaan pernyataan kemuliaan kerajaan ini baru akan terjadi kelak pada akhir zaman, sekalipun bersamaan dengan kedatangan Kristus yang pertama hal itu telah dimulai.

Bukti yang paling jelas untuk hal ini dalam PB ialah Doa Bapa Kami, yang secara langsung menghubungkan Kerajaan dengan hal melaksanakan kehendak Allah. Ketika Yohanes Pembabtis dan Yesus memulai pelayanan mereka dengan memproklamirkan Kerajaan itu, tentulah mereka menekankan perwujudan tindakan Allah yang berdaulat di tengah-tengah umat manusia. Karena itu kita tidak boleh membuang sama sekali pemahaman tentang Kerajaan sebagai suatu ruang lingkup, tempat Allah mencurahkan berkat-berkatNya. Pemahaman atas Kerajan sebagai sesuatu yang dinamis akan memungkinkan kita menghubungkan secara luwes aspek kekinian dari Kerajan itu dengan aspek perwujudannya pada masa depan. Doa “datanglah KerajaanMu, jadilah kehendakMu” memiliki penerapan untuk masa kini maupun masa depan. Dalam Matius 7:22 Yesus berbicara tentang “hari terakhir” (yakni hari penghukuman pada masa depan) tatkala ia membicarakan hal masuk ke dalam Kerajan itu, dan ini menunjuk pada sesuatu yang akan datang. Bandingkan dengan para pelaku kejahatan yang upahnya adalah “dapur api”, maka orang benar akan “bercahaya seperti matahari dalam kerajan Bapa mereka” (Mat 13:42-43). Apabila Anak Manusia datang “sebagai Raja dalam KerajanNya” (Mat 16:27-28). Ucapan yang sama terdapat dalam Injil Markus yang menyatakan bahwa Kerajan datang “dengan kuasa” (Mrk 9:1). Walaupun demikian peristiwa dalam Matius 20:21, pada waktu anak-anak Zebedus dan ibu mereka meminta tempat yang istimewa dalam Kerajan, harus ditafsirkan sebagai Kerajan yang datang, sekalipun ketiga orang itu sama sekali keliru tentang sifat Kerajan itu (band. Mrk 10:37 yang lebih menekankan kemuliaan dan bukan Kerajan). Dalam Matius 26:29 (band. Mrk 14:25; Luk 22:18), Yesus berkata bahwa ia tidak akan minum lagi hasil pokok anggur sampai “pada hari” Ia meminumnya bersama murid-murid-Nya dalam Kerajan Bapa. Istilah “pada hari” (lebih tepat, ‘pada hari itu’) mengarah pada masa depan.Ucapan tentang Kerajan yang paling menekankan kekiniannya terdapat pada Lukas 17:20-21, “Kerajan Allah ada di antara kamu” (entos) . Pernyataan ini merupakan jawaban Yesus atas pertanyaan langsung yang di lontarkan kepada-Nya oleh orang-orang Farisi mengenai kedatangan Kerajan itu, karena itu harus dipandang sebagai petunjuk khusus tentang sifat kekinian Kerajan, yang diperhadapkan dengan penekanan yang lazim atas Kerajaan pada masa depan. Pernyataan ini juga mengungkapkan sifat Kerajan yang non-politis. Apa yang Yesus katakan berarti, Kerajan bukanlah sesuatu yang dapat kelihatan atau ditunjuk (“Orang tidak dapat mengatakan: Lihat, ia ada di sini atau ia ada di sana”).Matius 12:28 juga secara langsung menghubungkan kedatangan Kerajan itu dengan pelayanan Yesus pada masa kini. Ayat ini terdapat dalam konteks pertentangan pendapat, apakah Beelzebul yang mengusir setan, dan kemudian penegasan Yesus bahwa Iblis tidak dapat mengusir Iblis. “Tetapi jika Aku mengusir setan dengan kuasa Roh Allah, maka sesungguhnya Kerajaan Allah sudah datang kepadamu”. Kedatangan Kerajaan dengan pengusiran setan dan memandang kuasa atas roh-roh jahat sebagai bukti bahwa Kerajan sudah datang. Di sini tersirat pertentangan yang hebat antara Kerajan Allah dengan kerajan Iblis. Hal ini sejalan dengan konflik rohani yang terlihat pada sepanjang pelayanan Yesus dan mencapai puncaknya pada masa sengsara-Nya. Jelaslah bahwa yang dimaksudkan Yesus di sini adalah kedatangan Kerajan pada masa kini. Sama jelasnya bahwa tindakan pengusiran setan-setan bukanlah suatu peristiwa yang terjadi sekali untuk selamanya, melainkan sesuatu yang terus-menerus terjadi. Dalam pelayanan Yesus kerajaan kegelapan sedang ditentang secara efektif. Tidak mengherankan bila masyarakat takjub terhadap Kuasa Yesus (bnd.Mrk 1:27).

“Jadilah kehendakMu dibumi seperti di sorga”. Jadi dalam doa ini kita meminta supaya ke dunia datang suasana yang sama di seperti di sorga . Artinya suasana dimana semua orang melaksanakan kehendak Tuhan dengan rela dan setia. Yesus pun pernah berdoa di Getsemani “Jadilah kehendakMu “ Ia bukan “menyerah saja”, melainkan ingin melaksanakan kehendak BapaNya dalam penderitaanNya juga. Itu berarti juga kita harus melayani Tuhan di sini dan sekarang.

Pointer Aplikasi
Berdoa “ datanglah kerajaan Allah di bumi seperti di sorga adalah dengan menjalankan kehendak Bapa. Seperti ada ungkapan “ doakan yang kamu minta dan kerjakan yang kamu doakan”. Karena Kerajaan Allah kini dan nanti. Suasana di sorga adalah tidak ada kesedihan karena Ia menghapus segala air mata dari mata mereka, tidak ada maut , tidak aka ada lagi perkabungan atau ratap tangis, atau dukacita (band. Wahyu 21 : 4 ). Suasana yang demikian dapat nyata di dunia ini jika kita melakukan kehendak Bapa yaitu hidup saling mengasihi, jauh dari dosa, dan jadi alat damai sejahtera bagi sesama.

Ilustrasi : Ada seorang anak yang ikut perlombaan balap mobil mainan. Singkat cerita ia masuk ke babak final. Mobil mainan anak ini tadi tidaklah begitu istimewa dibandingkan mobil lawan-lawannya. Ketika pertandingan final hendak di mulai anak ini tadi sebentar mengambil waktu berdoa, mulutnya komat kamit dengan mata tertutup dan tangan dilipat. Pertandingan pun dimulai semua penonton memberi semangat kepada finalis yang ada dan akhirnya dari keempat finalis anak ini tadi yang menang. Saat pembagian piala diserahkan ketua panitia perlombaan bertanya kepada kepadanya : “Hai jagoan , kamu pasti tadi berdoa agar kamu menang, bukan ? Jawab anak itu : “Bukan pak, bukan itu yang aku doakan , sepertinya tidak adil minta kepada Tuhan untuk menolongku mengalahkan orang lain. Aku hanya memohon agar aku tidak menangis , jika aku kalah”. Semua hadirin terdiam mendengar hal itu dan sesaat setelah itu terdengarlah tepuk tangan yang meriah. “Doa bukanlah alat pemaksaan kehendak kita menjadi kehendak Tuhan “ tetapi biarlah kehendak Tuhan yang jadi atas setiap doa kita. Amin

Pdt Karvintaria br Ginting, STh
GBKP Rg.Cijantung


Artikel lain yang terkait:



0 komentar:

Post a Comment