Introitus :
Jikalau Penghibur yang akan Kuutus dari Bapa datang, yaitu Roh Kebenaran yang keluar dari Bapa, Ia akan bersaksi tentang Aku (Yohanes 15:26)
Bacaan : Bilangan 24:1-9; Khotbah : Yohanes 14:16-21
Tema : Roh Kudus adalah Penolong.
Target :
(1) Agar jemaat tahu bahwa Roh Kudus adalah Penolong.
(2) Agar jemaat tahu bahwa Roh Kudus menyaksikan kebenaran Allah.
Pendahuluan:
1. Bahan khotbah ini dikenal dengan dampak Sabda Perpisahan (Yoh.13:33). Kepergian Yesus dari antara murid-murid-Nya tentu menimbulkan perasaan terharu, cemas, putus asa dan kegelisahan. Karena Yesus tahu apa di lubuk hati manusia, maka kata-Nya pada ayat 1 “janganlah gelisah hatimu”. Jadi bagian ini sekali gus merupakan Sabda Penghiburan, karena Yesus menjelaskan arti dan tujuan kepergian-Nya.
2. Situasi dan kondisi ini bisa menjadikan para murid dewasa dan kreatif, terlebih ada sebuah janji yang manis dimana Yesus meminta kepada Bapa seorang Penolong (Yunani => Parakletos = Penghibur, Pembela, Pengantara). Parakletos yang membela seorang terdakwa dalam pengadilan.
3. Seorang Penghibur adalah seorang yang menyertai orang yang membutuhkan pertolongan untuk menguatkan dia. Penolong atau Penghibur yang dimaksudkan adalah Roh Kudus sendiri. Kata-kata seorang Penolong yang lain merupakan istilah yang berarti bahwa Roh Kudus itu akan mengisi tempat yang ditinggalkan Kristus, mengerjakan segala sesuatu bagi murid-murid-Nya seperti yang dikerjakan-Nya selama Yesus tinggal bersama mereka di bumi. Bila Yesus melayani dari “luar”, maka Roh Kudus melayani dari “dalam” hati orang percaya.
4. Kehadiran Roh Kudus berarti para murid tidak akan ditinggalkan sebagai anak yatim piatu, yang hidup tanpa bimbingan, tanpa perhatian, tanpa masa depan yang cerah. Murid-murid tidak akan seperti domba-domba tanpa gembala atau orang percaya yang tak berdaya di dunia yang jahat dan memusuhi mereka tanpa pembela. Yesus tetap membimbing ke arah masa depan.
Pengenaan:
Jemaat yang dikasihi Tuhan!
Dalam rangkaian Pekan Doa GBKP Tahun 2013, kita diingatkan kembali akan kondisi yang dihadapi Yohanes, yaitu salah seorang dari kedua belas murid Yesus yang merupakan kelompok inti (Petrus, Yohanes, Yakobus) “murid yang dikasihi Yesus” pada abad pertama. Tantangan yang dihadapi adanya ajaran sesat mengenai sifat, kepribadian dan keilahian Yesus, yang menyebabkan orang tidak percaya lagi kepada Yesus. Karenanya tidak heran cara Yohanes menuturkan kehidupan dan ucapan-ucapan Yesus berbeda dengan Injil Matius, Markus dan Lukas. Yohanes memberikan banyak perhatian kepada 3 (tiga) pertanyaan pokok: (1) Siapa Yesus?; (2) Apa perbuatan Yesus yang membuktikan bahwa Ia adalah Anak Allah? yaitu dengan mukjizat-mukjizat yang luar biasa; (3) Bagaimana relasi antara para pengikut Yesus dengan orang-orang yang menentang diri-Nya?. Dalam Injil Yohanes sangat kental hubungan Anak dengan Bapa serta Roh Kudus. Seperti Introitus Yoh.15:26 “Jikalau Penghibur yang akan Kuutus dari Bapa datang, yaitu Roh Kebenaran yang keluar dari Bapa, Ia akan bersaksi tentang Aku”. Karenanya dalam Yohanes 20:31 dengan tegas dinyatakan mengapa injil Yohanes ditulis: “supaya kamu percaya, bahwa Yesuslah Mesias, Anak Allah, dan supaya kamu oleh imanmu memperoleh hidup dalam nama-Nya”.
Jemaat yang dikasihi Tuhan!
Di abad ke duapuluh satu ini, inti ajaran sesat tersebut masih menguasai pola pikir dan prilaku hidup manusia. Ung, Ong, Ang.
- Ung, Untung, jiwa materialisme. Manusia kini bertitik tolak pada untung rugi, bukan pada kebenaran. Kalau menguntungkan, walaupun tidak benar sering dilaksanakan. Sehingga merajalela korupsi.
- Ong, Sombong, jiwa humanisme. Manusia kini merasa mampu, sanggup, sehingga kurang mengandalkan kuat kuasa Tuhan. Tidak heran semakin “mempunyai”, semakin congkak, keakuan-nya semakin menonjol.
- Ang, Senang, jiwa hedoisme. Manusia kini mencari kesenangan yang dangkal, yang merusak masa depan. Semakin merajalela narkoba, HIV/AIDS, free sex, moral yang bejat. Makna “Yang berbahagia ialah mereka yang mendengarkan firman Allah dan yang memeliharanya” dalam Lukas 11:28 yang setiap minggu diperdengarkan tidak dapat lagi diaminkan. Hal ini dapat diukur tingkat kesetiaan membaca Alkitab yang telah dituangkan dalam bacaan dan renungan setiap minggu di warta jemaat sesuai almanak GBKP.
Dalam menyampaikan sesuatu, manusia cendrung kurang menyaring dan meneliti akan kebenaran hal-hal yang mau disampaikan. Baru saja didengar langsung disampaikan, sehingga sering berdampak tidak membawa kebaikan dan manfaat. Karenanya tema Pekan Doa GBKP Tahun 2013: “O Kesah Si Badia Tegu-Tegu Kami Kubas Kebenaren Ras Keadilen” Yoh.14:16-17a. Ya Roh Kudus, tuntun kami hidup benar dan adil. Kalau pada hari pertama kita telah memahami “Siapa Roh Kudus?”, maka pada hari kedua ini peran Roh Kudus sebagai Penolong. Tantangan yang kita hadapi semakin kompleks dan berat. Sadar atau tidak, ajaran sesat semakin kuat untuk menggeser dari Allah ke ilah lain. Manusia lebih mengandalkan material. Manusia menjauh dari Allah. Manusia mengalami kegelisahan. Tepat apa yang dikatakan Mazmur 62:2 “Hanya dekat Allah saja aku tenang, dari pada-Nyalah keselamatanku”.
Jemaat yang dikasihi Tuhan!
Dalam Pekan Doa hari kedua ini, kita sungguh bersyukur bahwa ditengah-tengah ketidakbenaran dan ketidakadilan yang merajalela, seakan-akan kita tidak kuasa bahkan putus asa laksana yatim piatu yang ditolak dan tidak sanggup berdiri sendiri. Ternyata Yesus minta kepada Bapa, Penolong yaitu Roh Kudus yang menyertai kita selama-lamanya. Penolong yang berdiam di dalam kita. Memang ada syaratnya yaitu dengan mengasihi Yesus. Tiada cinta tanpa ketaatan. Hal ini dibuktikan dengan melakukan kehendak Yesus.
Seperti dalam bacaan Bil.24, walau Bileam disewa Balak untuk mengucapkan ancaman terhadap musuh-musuh Moab, tapi Bileam taat kepada firman Tuhan, maka Roh Allah menghinggapi dia, sehingga bukannya kutukan yang keluar, melainkan Bileam memberkati Israel.
Ilustrasi:
Ada sebuah cerita yang mengatakan bahwa pada suatu hari telah diadakan semacam persetujuan untuk kerjasama antara kepiting dan kerang. Kerang adalah jenis binatang laut yang tidak bermata, sama seperti keong. Sering kali ia mengalami luka dan merasa sakit karena dipatuk ikan pada waktu ia membuka rumahnya. Sesudah merasa sakit, barulah ia cepat-cepat menutup rumah perlindungannya. Pada waktu itu kepiting berkata: Hei kerang, engkau sungguh-sungguh mahluk yang malang, oleh karena engkau tidak dikaruniai sepasang mata. Selalu saja engkau terlambat, setelah sakit baru mencari perlindungan. Sebab itu kalau engkau setuju, aku suka bekerjasama denganmu. Aku akan bertugas menjadi mata bagimu. Kalau nanti engkau membuka rumahmu, akulah yang akan mengawasi keadaan disekitarmu. Kalau ada bahaya mengancam, aku akan memberi isyarat dari dalam dan engkau harus cepat-cepat menutup rumah perlindunganmu. Tentulah hal ini baru dapat terjadi kalau engkau setuju agar aku berdiam di dalam rumahmu. Kepiting kemudian menjadi mata bagi kerang. Menurut cerita ini kita sering menemukan kepiting kecil dalam rumah pelindung kerang. Biarlah Roh Kudus ibarat kepiting yang berdiam dalam diri kita untuk memberi aba-aba akan apa yang harus kita pikirkan dan lakukan dalam hidup kita sehari-hari. Bahkan Roh Kudus menolong dalam kelemahan kita serta berdoa untuk kita kepada Allah. Roma 8:26.
Pdt.EP. Sembiring
0 komentar:
Post a Comment