Tuesday, 10 December 2013

Renungan / Khotbah Matius 1:18-25, Rabu 25 Desember 2013 (NATAL I)

Introitus : 
 “Mereka akan menamakan Dia Imanuel" -- yang berarti: Allah menyertai kita” (Matius 1:23b).

Bacaan : Yesaya 7 : 10 – 17; Khotbah : Matius 1 : 18 – 25

Thema : “Allah menyertai kita”

Pendahuluan
Allah berinisiatif mendekati kita dan hidup diantara manusia. Sungguh mulia Allah yang mau merendahkan diri menemui ciptaan-Nya. Tentunya hal ini sangat berharga bagi kita, kita selayaknya memuji kebesaran Tuhan dalam semua rencana dan kerelaan hatiNya.
Tujuan Tuhan untuk memberikan pengenalan akan diriNya. Kalau selama ini Allah terasa begitu jauh dan sulit untuk dikenali; tetapi dengan kedatanganNya kedunia seharusnya tidak ada lagi alasan ‘aku tidak mengenalNya’. Tuhan tidak ingin ada salah pengertian tentang diriNya, Ia tidak ingin dikenal sebagai Allah yang menakutkan tetapi sebagai Allah yang mengasihi manusia. Ia tidak ingin menjadi Allah yang tidak terjangkau, tetapi menjadi Allah yang dekat dengan manusia.

Pendalaman Nats:
Nubuat tentang Mesias yang akan datang telah disampaikan Yesaya kepada raja Ahas yang memerintah kerajaan Yehuda dari tahun 736 sampai 716 SM, yang sedang menanti serangan gabungan Israel Utara dan Siria. Dalam hal ini ia tidak mempercayaken kerajaannya kepada Tuhan, malah ia minta bantuan kepada raja Asyur, yang akan menyebabkan kehancuran kerajaan Yehuda. Yesaya menganjurkan supaya raja Ahas untuk tidak melakukan langkah fatal, tetapi untuk meletakkan kepercayaannya kepada Yahwe, Allahnya, yang telah siap memberikan bukti atau tanda untuk meyakinkan sang raja. Tetapi ia tidak punya keyakinan untuk meminta tanda, katanya ia tidak mau mencobai Tuhan, padahal dengan tindakannya ia lebih mencobai Tuhan.

Nabi Yesaya tanpa diminta menjelaskan bukti penyertaan Tuhan dengan mengungkapkan nubuat yang intinya bahwa kerajaan Yehuda berada dibawah perlindungan Tuhan sebab Tuhan mempunyai rencana jangka panjang (kekal). Bahwa Tuhan telah berjanji kepada Daud bahwa keturunannya akan memerintah selama-lamanya. Hanya Tuhan yang mampu membuat rencana kekal dan hal ini menyatakan kuasa Tuhan yang tidak terbatas. Tuhan menjelaskan rencanaNya, “Sesungguhnya, seorang perempuan muda mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki, dan ia akan menamakan Dia Imanuel” (Yes.7:14). Ini adalah tanda terbesar, merupakan mujizat terbesar akan terjadi yaitu Imanuel (Allah beserta kita). Mungkin pada waktu itu, nubuat ini belum terpahami, “bagaimana bisa terjadi seorang perempuan muda mengandung dan melahirkan anak laki-laki?” Dan apa dampaknya bagi kami yang sedang terancam? Maka raja Ahas tidak meminta apapun kepada Allah untuk melindunginya pada masa itu, ia terus saja dengan rencananya dan tidak mengikuti rencana Tuhan.

Namun nubuat ini telah digenapi di dalam Matius 1:18-25, bahwa tujuh ratus tahun kemudian diwujud nyatakan. Maria, seorang anak dara, mengandung dari Roh Kudus, bukan dari seorang bapa duniawi. Matius mengungkapkan bahwa Yesus adalah Mesias seperti dinubuatkan nabi Yesaya.

Maria telah bertunangan dengan Yusuf dan kemungkinan Maria menceritakan rahasia kehamilannya kepada Yusuf. Tentu Yusuf menjadi bingung, karena tidak masuk akal seorang anak dara telah mengandung seorang anak. Maka ia mencari solusi untuk meninggalkan Maria secara diam-diam, dengan demikian nama baik Maria terselamatkan (tetapi saya kira ini adalah tindakan menyelamatkan diri sendiri). Sebelum ia menjalankan rencananya, malaikat datang memberikan pernyataan Allah. Yusuf disapa dengan ‘anak Daud’, untuk mengingatkan nubuat Mesianis, dan bahwa dia ikut dalam rencana Mesianis Allah. Sebelumnya ia takut dan ragu untuk menerima Maria sebagai istrinya, tetapi Allah menyatakan kepadanya untuk menerima kehormatan yang diberikan kepadanya.

Yusuf dijadikan sebagai ayah pengasuh Mesias yang akan lahir dan baginya diberi kehormatan untuk memberikan nama Yesus bagi anak yang akan lahir. Setelah ia diyakinkan bahwa yang terjadi adalah kehendak Allah, ia segera dengan yakin menerima perintah Tuhan dan menjalankan kewajibannya. Ia mengambil Maria sebagai istrinya dan membawa Maria ke rumahnya.

Pointer Aplikasi
Kita mengakui seperti Paulus katakan “O, alangkah dalamnya kekayaan, hikmat dan pengetahuan Allah! Sungguh tak terselidiki keputusan-keputusan-Nya dan sungguh tak terselami jalan-jalan-Nya!” (Rm.11:33). Lalu bagaimana kita dapat menerima segala sesuatu yang tidak terjelaskan dan tidak dapat dimengerti secara logika manusia. Tanpa pernyataan Allah, tanpa Firman Allah bekerja dalam hati kita (panggilan internal), maka kita juga tidak percaya. 1 Kor.12:3 “Karena itu aku mau meyakinkan kamu, bahwa ... tidak ada seorang pun, yang dapat mengaku: "Yesus adalah Tuhan", selain oleh Roh Kudus”. Tanpa Firman yang diinspirasikan Roh Kudus bagi seseorang, ia tidak akan dapat menerima dan mengakui Yesus dikandung dari Roh Kudus dan lahir dari seorang anak dara Maria. Bagi kita kelahiran Yesus dari seorang anak dara sangat penting. Itu menjadi dasar iman kita untuk menyatakan Yesus Kristus Tuhan dan Juruselamat kita. Mereka yang tidak percaya pada kelahiran anak dara biasanya tidak percaya bahwa Yesus adalah benar-benar Anak Allah.

Kelahiran dari anak dara berkaitan dengan keilahian Kristus. Yang Ilahi mungkin datang ke dunia melalui kelahiran dari anak dara, dan mujizat kelahiran-Nya menunjukkan pada keilahian Kristus. Pada Konsili Nicea tahun 325 Masehi, gereja menyatakan bahwa “Yesus dilahirkan bukan diciptakan”, dan sifat ilahi-Nya mempunyai esensi yang sama (homo ousios) dengan Bapa, pernyataan ini dikeluarkan untuk melawan ajaran sesat Arianus. Pengakuan Nicea ini menyatakan bahwa Pribadi kedua dari Allah Tritunggal mempunyai esensi yang sama dengan Allah Bapa. Jadi, keberadaan Kristus adalah keberadaan Allah. Dia bukan hanya seperti Allah, tetapi Dia adalah Allah.

Allah beserta kita (Imanuel) benar-benar terjadi dengan kelahiran Yesus Kristus. Hal ini membawa perubahan besar atas hidup orang percaya. Dia menjadi manusia untuk kita. Dia memasuki situasi kita untuk bertindak sebagai penebus kita. Dia menjadi Pengganti kita, Dia menanggung dosa kita dan menderita menggantikan kita. Dia juga menjadi pendahulu kita, dengan memenuhi semua tuntutan hukum Allah atas nama kita. Di dalam Penebusan ada dua hal yang terjadi. Pertama, dosa kita ditanggungkan kepada Kristus. Kedua, kebenaran-Nya ditanggungkan kepada kita. Dia menerima hukuman oleh karena ketidaksempurnaan dari kemanusiaan kita, sedangkan kita menerima berkat oleh karena kesempurnaan kemanusian-Nya.
Kita diikut sertakan di dalam rencana Allah dengan anugerah kasih Allah yang sungguh besar bagi kita. Perspektif kita akan Allah dan kasih-Nya bagi kita memberi keyakinan yang terjamin. Roma 8:32 “Ia, yang tidak menyayangkan Anak-Nya sendiri, tetapi yang menyerahkan-Nya bagi kita semua, bagaimanakah mungkin Ia tidak mengaruniakan segala sesuatu kepada kita bersama-sama dengan Dia?” Ayat ini mengungkapkan karakter pemurah di dalam Allah. Allah kita yang penuh kasih dengan memberikan Putra Tunggal-Nya, Allah menjamin umat-Nya dengan semua berkat yang mereka butuhkan. Anugerah yang demikian luar biasa ini tentunya juga mencakup anugerah-anugerah yang lebih sederhana.

Bagi kita umat Kristen, yang kadang tergoda untuk menafsirkan bahwa penderitaan anda adalah karena sikap keras Allah, menganggap kemiskinan anda adalah karena Dia mengabaikan anda, dan masa-masa sengsara anda membuktikan bahwa Dia meninggalkan anda. Kini akuilah di hadapan-Nya betapa kejinya keraguan anda yang memalukan itu dan jangan pernah lagi mempertanyakan kasih-Nya yang tidak menyayangkan Anak-Nya sendiri tetapi menyerahkan-Nya bagi kita semua.

Di sinilah jaminan yang pasti akan ketenteraman yang terus menerus (Allah beserta kita memberikan ketenangan dan kedamaian) untuk melawan semangat yang mengendur pada orang percaya yang sedang berada dalam ujian kehidupan. Renungkan baik-baik: Pertama, jika Allah memberi Hadiah Besar tanpa kita memintanya, mungkinkah Dia tidak mau melimpahkan hal lainnya yang kita minta? Tak seorang pun dari kita yang memohon agar Allah mengirim Anak-Nya yang kekasih, tetapi Dia mengirim-Nya! Kedua, jika Hadiah Besar itu telah membuat Allah berkorban banyak, mungkinkah kemudian Dia tidak mau memberikan hadiah yang lebih sederhana yang tidak membuat-Nya berkorban banyak. Jika seorang teman memberi saya sebuah lukisan bernilai tinggi, mungkinkah ia menyayangkan kertas dan tali untuk membungkusnya? Atau, jika seorang teman rela memberi perhiasan yang sangat mahal, mungkinkah ia menolak memberi sebuah kotak tempat perhiasan itu? Tiga, jika Hadiah yang besar itu telah dilimpahkan ketika kita masih berseteru dengan Allah, mungkinkah Dia kemudian tidak mau bermurah hati kepada kita yang sekarang sudah diperdamaikan dan menjadi sahabat-sahabat-Nya?

Orang-orang muda sering berkata ‘peace man’ dengan menunjukkan kedua jari telunjuk dan jari tengahnya, hal ini mungkin terlalu mudah dan murahan, kadang tidak berarti apa-apa. Tetapi pernyataan damai Allah, Aku besertamu, Aku dipihakmu, Aku mendukungmu, Aku menolongmu; bukan suatu ungkapan kosong, karena Ia telah membuktikan kasihNya di dalam Yesus Kristus. Maka saat Tuhan berkata damai bagimu pada masa natal ini menyebabkan tenanglah jiwaku. Amin.

Pdt.Sura Purba Saputra
GBKP Bandung Barat
HP 081263596400


Artikel lain yang terkait:



0 komentar:

Post a Comment