Monday, 31 March 2014

Renungan / Khotbah Lukas 23:33-43, Jumat 18 April 2014 (Jumaat Agung)

Introitus : 
“Tetapi sesungguhnya, penyakit kitalah yang ditanggungnya, dan kesengsaraan kita yang dipikulnya, padahal kita mengira dia kena tulah, dipukul dan ditindas Allah” (Yesaya 53:4).

Bacaan : Mazmur 22 : 2-12 (Responsoria); Khotbah : Lukas 23:33-43 (Tunggal)

Tema : “Hukuman kita Ditanggung Yesus”


I. Pendahuluan
Umumnya kematian dipandang manusia sebagai sesuatu yang mengerikan, tetapi sudut pandang tertentu melihat kematian sebagai sesuatu yang menyenangkan. Keinginan hati manusia dipenuhi saat kematian seseorang yang tidak ia sukai. Merasa puas dan menang atas kematian orang lain.

Pada tahun 1551, ketika tersiar kabar di katedral tanah kelahiran John Calvin di Noyon bahwa sang reformator telah meninggal, mereka merayakannya dan mengucap syukur kepada Tuhan karena telah mengakhiri hidup seorang sesat. Padahal semangat Calvin untuk membaharui gereja tetapi dianggap sebagai pembuat keonaran dan mengganggu ketenteraman. Kegembiraan mereka terhenti karena akhirnya mereka mengetahui bahwa rumor kematian Calvin sangat prematur. Calvin masih hidup tigabelas tahun lagi setelah isu itu.

Orang Kristen sejati melihat makna dari penderitaan dan kematian Yesus yang sangat mulia dan menentukan. Sebagaimana salib merupakan pusat kekristenan”, karena Crux (kata Inggris yang berarti “hal yang terpenting”) adalah kata Latin untuk “salib” cross dan ‘crucial’ (“sangat penting”) berasal dari kata ini. Penyaliban Yesus Kristus merenungkan betapa mendalamnya artinya bagi penebusan dirinya dan hidupnya ditata dengan pengertian yang terpenting ‘Yesus mati bagiku’.

II. Pendalaman Nats
Kematian Yesus diatur sedemikian mengerikan yaitu disalibkan pada tiang kayu yang melambangkan langit dan bumi tidak menerima-Nya. Serta disalibkan diantara penjahat untuk menyatakan bahwa Ia sama atau lebih jahat dari penjahat yang disebelah kiri dan kanannya. Demikianlah penghakiman manusia terhadap Tuhan Yesus, menempatkan atau menyalahkan Tuhan dalam semua perbuatan-Nya.

Namun saat penyaliban-Nya pun Yesus menyatakan kebenaran dan kemuliaan-Nya. Pada saat itu Dia digantung di salib, hanya mulut-Nya yang masih bebas berkata-kata dan apa yang Ia katakan merupakan keistimewaan. Penyiksaan dan kekejian yang dilakukan pada-Nya tidak mampu merubah diri-Nya. Yesus berkata: "Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat." Yang Yesus ungkapkan ini bukan untuk mereka yang tidak bertobat dan menolak Injil. Tidak serta merta orang-orang yang keji ini diampuni tanpa syarat dan Tuhan menyetujui keberdosaan mereka. Tetapi pengampunan disediakan bagi kita yang bertobat dan percaya pada Kristus. Doa Yesus ini merupakan ungkapan betapa kejinya perbuatan mereka, kalau mereka tahu siapa Yesus sebenarnya tentu mereka tidak berani melakukan hal ini.

Orang banyak menonton kematiannya, kematian ini menyenangkan bagi mereka. Mereka mencemooh Yesus dengan mengatakan "Orang lain Ia selamatkan, biarlah sekarang Ia menyelamatkan diri-Nya sendiri, jika Ia adalah Mesias, orang yang dipilih Allah." Mereka menuduh pekerjaan baik yang dilakukan Yesus sebagai kejahatan. Tetapi dari ungkapan mereka tersirat bahwa mereka mengakui ‘orang lain Ia selamatkan’ dan mau melihat bagaimana Ia menyelamatkan diri-Nya. Mereka merayakan peristiwa ini, bahwa mereka telah menaklukkan Yesus, mereka menganggap Yesus tidak berdaya. Padahal inti penyaliban ini bukan ketidak berdayaan tetapi kerelaan untuk berkorban.

Para perajurit Romawi membuat kalimat ejekan bahwa orang ini mengaku sebagai Raja Orang Jahudi. Tetapi hal ini adalah kebenaran, bukan hanya Raja Orang Jahudi tetapi Raja Gereja, Tuhan membuat hal ini menjadi deklarasi tentang diri Yesus yang sesungguhnya. Tulisan ini dibuat lengkap karena ditulis dalam tiga bahasa yaitu bahasa Ibrani, Latin dan Yunani. Ini merupakan proklamasi Injil supaya semua bangsa tahu siapa Dia. Mereka tidak menyadari bahwa mereka dipakai Tuhan untuk menuliskan pernyataan Injil. Bahwa kerajaan Yesus melampaui kerajaan yang orang banyak pikirkan.

Maka Yesus menunjukkan kuasa yang ada pada-Nya. Di atas salib pun Yesus masih mempunyai kuasa untuk mengampuni dan menentukan kemana seseorang akan pergi. Hal ini bukan karena kebaikan hati penjahat yang disebelah kananNya tetapi semata-mata karena kebaikan hati Yesus. Siapa yang membuat dirinya sadar diri sebagai orang berdosa yang layak mendapatkan kematian yang hina dan menyadari siapa Yesus? Adakah kemampuan pada dirinya sendiri? Sedangkan selama hidupnya ia tidak mampu tetapi pada saat akhir hidupnya ia dimampukan. Yesus memberikan jaminan luar biasa bagi orang ini bahwa baginya diberi tempat di Surga bersama-sama dengan Yesus. Walaupun pada saat yang singkat, pertobatan di atas salib, tetapi orang ini sungguh-sungguh memberikan kemuliaan pada Yesus. Kesaksiannya terdengar sampai sekarang, bahwa ia berbeda dengan orang-orang disekitarnya, walau semua orang menghina Yesus tetapi ia berani menyatakan kebenaran.

Kematian Yesus Kristus adalah untuk membuka pintu kerajaan Surga bagi semua orang yang bertobat dan percaya kepada-Nya. Yohanes 10:17-18 “Bapa mengasihi Aku, oleh karena Aku memberikan nyawa-Ku untuk menerimanya kembali. Tidak seorang pun mengambilnya dari pada-Ku, melainkan Aku memberikannya menurut kehendak-Ku sendiri. Aku berkuasa memberikannya dan berkuasa mengambilnya kembali. Inilah tugas yang Kuterima dari Bapa-Ku."

Kata Yesus kepada yang disebelah kanan-Nya: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus." Paulus memahami kematian dengan kalimat “aku ingin pergi dan diam bersama-sama dengan Kristus” (Flp.1:23). Kata-kata ini bukan mengatakan pada suatu hari nanti, tetapi segera, saat ia mati ia langsung bersama dengan Kristus. Maka mati di dalam Tuhan bukan kengerian tetapi mendapat perhentian dan kehidupan di dalam Tuhan.

III. Pointer Aplikasi
Di hadapan salib Kristus orang bebal menyombongkan diri, menyatakan bahwa mereka berkuasa terhadap Yesus. Mereka menyatakan bahwa mereka bisa menghentikan pekerjaan Tuhan Yesus. Mereka menyatakan, jangan lagi ganggu kami, jangan usik posisi kami, kami senang hidup tanpa-Mu. Mereka mau menyingkirkan Yesus dari hadapan mereka supaya mereka bisa melanjutkan hidup mereka seperti biasa, seperti yang mereka senangi.Tetapi orang Kristen tersungkur di bawah salib Kristus, mengakui keberdosaan mereka. Karena kita tahu bahwa salib Kristus bukan melambangkan ketidakberdayaan tetapi Kuasa pengampunan Tuhan yang menyelamatkan orang berdosa. Kalau kita tidak berdosa maka Ia tidak perlu disalibkan; untuk menanggung hukuman dosa kita maka Ia menggantikan kita menerima hukuman.

Dalam sejarah dunia ini, ada ribuan atau jutaan rakyat mati untuk membela rajanya. Sebaliknya pada Jumat Agung ini kita memperingati Raja yang mati untuk rakyat-Nya. Dia-lah Raja yang sejati marilah kita mempermuliakan Raja kita yang telah memberi nyawa-Nya bagi kita. Penjahat yang disebelah kanan Kristus saja mempermuliakan Tuhan dalam waktu yang singkat di atas salib dan kesaksiannya hidup sampai sekarang, kita masih diberi kesempatan hidup maka muliakan Tuhan dalam hidup kita.

Pelajaran yang kita dapatkan dari sikap Yesus mendoakan orang-orang yang menyalibkan-Nya, bahwa Dia tidak mempunyai kebencian atas mereka, dengan demikian Ia menunjukkan kemuliaan-Nya. Kita sebagai orang Kristen juga seharusnya tidak membenci orang-orang yang memusuhi kita supaya kita tidak sama dengan mereka dan untuk memperlihatkan kebenaran Kristus yang telah dikenakan pada kita.

Harapan Yesus tentunya supaya dimanapun orang-orang yang melakukan kebenaran jangan hendaknya dikorbankan. Ketaatan agama yang buta membuat penyaliban atau kekejian. Kalau kekristenan tanpa Kristus juga akan mengorbankan orang lain, dengan berpusat pada Kristus kita mau berkorban untuk orang lain.

Selamat Jumat Agung dan
Selamat Ulang Tahun GBKP Ke-124
(18 April 1890 – 18 April 2014)
Pdt.Sura Purba Saputra, S.Th
GBKP Bandung Barat
HP 081263596400


Artikel lain yang terkait:



0 komentar:

Post a Comment