Sunday, 24 August 2014

Renungan / Khotbah Roma 14:1-2, Minggu 14 September 2014

Introitus : 
Kuatkan dan teguhkanlah hatimu, hai semua orang yang berharap kepada Tuhan (Mazmur 31 : 25)

Bacaan : Kejadian 50 : 15-21 (Tunggal); Khotbah: Roma 14 : 1-2 (Tunggal)

Tema : 
Jadilah penenang hati temanmu (jadilah kam simpetetap ukur temanndu)

Saudara-saudara yang dikasihi oleh Tuhan Yesus,
Dalam sebuah komunitas tertentu keberadaan anggotanya memiliki keanekaragaman latar belakang kehidupan ( keluarga , bahasa, suku ), cara berfikir, bertindak dan keinginan tidak semua sama, pasti ada perbedaaan. Sebagai contoh kecil , ditengah sebuah keluarga yang terdiri dari bapak, ibu dan anak-anak, untuk menu makanan saja bisa tidak sama, ada selera yang berbeda. Dalam menghadapi keperbedaan apa yang perlu dilakukan ? sehingga tidak menimbulkan permasalahan dan konflik ? tentu harus ada sikap mau menerima dan menghargai sesama.

Dalam nats khotbah Roma 14:1-2, ada masalah jemaat setempat tentang dua garis pemikiran. Satu pihak memahami percaya kepada Kristus semua larangan lama tentang makanan tidak cocok lagi tetapi pada pihak lain ada orang-orang yang berpegang pada banyak peraturan-peratuan dan mereka percaya tidak dibenarkan untuk makan daging tetapi hanya makan sayuran saja/vegetables. Paulus menyebut orang yang amat cermat itu sebagai orang yang lemah imannya. Mengapa dikatakan demikian karena walaupun mereka telah menjadi Kristen tetapi masih memandang/memahami Kekristenan sebagai agama yang penuh dengan peraturan-peraturan, dan dalam hatinya ia masih percaya untuk memperoleh Kasih Allah dengan melakukan hal-hal tertentu dan hidup berpantang. Terhadap orang-orang yang demikian Paulus menasehatkan jemaat : terimalah mereka tanpa mempercakapkan pendapatnya. Paulus mengajak jemaat di Roma untuk tidak saling menghakimi. Meskipun cara berfikir berbeda cobalah mengerti, jangan menjadi jengkel, jangan menertawakan ataupun memandang rendah mereka yang berpantang, tetapi sebaliknya bagi yang berpantang jangan menghakimi mereka yang tidak berpantang. Jangan mempersoalkan, memperdebatkan pendapat-pendapat ataupun pertanyaan-pertanyaan karena dapat menimbulkan keragu-raguan, dapat menggoyahkan yang bersangkutan maupun orang yang mendengar perdebatan itu. Dengan kata lain Paulus lebih mengarahkan jemaat di Roma untuk saling menerima dalam pikiran yang berbeda dan saling menghargai diantara mereka, sehingga dapat terjalin persekutuan yang baik dan tidak terjadi perpecahan di tengah-tengan jemaat.

Dalam nats bacaan Kejadian 50: 15-21, kisah hidup Jusuf yang penuh lika-liku kehidupan mengajarkan kita tentang sebuah proses rencana Allah untuk mendatangkan kebaikan. Dalam kebencian yang diawali rasa cemburu kepada Jusuf, saudara-saudaranya tega menjualnya, Jusuf mengalami masuk penjara. Penderitaan itu diubahkankan Tuhan menjadi berkat baginya, keluarganya dan bangsanya. Jusuf menjadi orang nomor dua di Mesir dengan hikmat dari Tuhan melalui arti mimpinya bangsa Mesir, saudara-saudaranya dan bangsanya bisa bebas dari bencana kelaparan. Saat keadaan telah berubah, dari budak/teraniaya menjadi penguasa, Jusuf tetap melakukan yang baik. Terhadap saudara-saudaranya dia tidak membalas dendam atau pun menakut-nakuti mereka, melainkan mengampuni. Jusuf mengatakan : “ Jangan takut sebab aku inikah pengganti Allah ? memang kamu telah mereka-rekakan yang jahat terhadap aku, tetapi Allah telah mereka-rekakannya untuk kebaikan, dengan maksud melakukan seperti yang terjadi sekarang ini, yakni memelihara hidup suatu bangsa yang besar. Jadi janganlah takut, aku akan menanggung makanmu dan makan anak-anakmu juga. demikianlah Jusuf menghiburkan saudara-saudaranya dan menenangkan hati mereka dengan perkataannya. “.

Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan,
Dari kedua nats Firman Tuhan yang menjadi renungan kita pada minggu ini, kita diajari untuk menjadi :

  • Teman bagi sesama bukan musuh bagi sesama. Hal ini dapat terjadi jika ada sikap penerimaan dalam keperbagaian dan keperbedaan baik cara berpikir maupun dalam perbuatan. Sampai saat ini ditengah-tengah gereja mungkin masih kita dapati ada perbedaan : ada orang yang berpandangan luas dan orang berpandangan sempit, ada yang memantangkan makanan tertentu ( misalnya : tidak makan darah, daging ) dan ada yang melakukan puasa pada hari-hari tertentu. Janganlah saling mencela dan menghakimi. Hak mengadili itu milik Allah saja.
  • Saat situasi kehidupan sedang berat jangan menjadi takut tetapi tetap berharap kepada Tuhan sang pemberi jalan keluar. Cara Tuhan tak terselami untuk membawa kita kepada kebaikan. Yeremia 10 : 23 “ Aku Tahu, ya Tuhan, bahwa manusia tidak berkuasa untuk menentukan jalannya, dan orang yang berjalan tidak berkuasa untuk menetapkan langkahnya.” Tuhan yang merekakan semua menjadi kebaikan bagi orang yang percaya kepadaNya. Ada kisah nyata yang saya baca di chats dari teman berupa renungan, seperti berikut ini : Dulu Alabama dikenal sebagai negara bagian penghasil kapas terbesar di Amerika serikat. Suatu hari seekor kumbang kapas Meksiko terbawa ke Alabama. Disana kumbang ini membuat koloni kumbang pemusnah kapas, sehingga perkebunan kapas Alabama musnah. Dalam waktu yang relative singkat semuanya ludes. Penduduk Alabama bingung dan frustasi oleh masalah ini, karena mata pencaharian mereka lenyap tak berbekas. Namun beberapa tahun kemudian, penduduk Alabama sepakat mendirikan sebuah tugu peringatan dengan Maskot si Kumbang Kapas. Bagaimana bisa ? Kumbang yang menyebabkan kesulitan perekonomian menjadi Maskot kota Alabama, ternyata telah membuat mereka beralih dengan mencoba menanam buah dan sayur, hasilnya ternyata sangat menakjubkan. Alabama yang dulu terkenal penghasil kapas kini berubah menjadi penghasil buah dan sayur terbesar di Amerika. Firman Tuhan dalam introitus mengatakan : kuatkan dan teguhkanlah hatimu, hai semua orang berharap kepada Tuhan ( Mazmur 31:25 ). Apapun pergumulan dan persoalan kita saat ini tetap berharap kepada Tuhan saja, percaya bahwa Tuhan menopang kita serta memberi jalan keluar, Mazmur 145 : 4 “ Tuhan itu penopang bagi semua orang yang jatuh dan penegak bagi semua orang yang tertunduk “.
  • Perkataan haruslah menjadi berkat bagi orang lain, ucapan bukan untuk menghakimi ( Judge ). Seperti Jusuf dalam perkataannya dia menenangkan hati saudaranya yang takut. Ilustrasi : Ada seorang yang sedang dirawat di Rumah sakit, di besuk oleh temannya dengan tujuan kehadirannya memberikan kekuatan dan menyenangkan bagi yang sakit. Namun yang terjadi sebaliknya, menjadikan si sakit takut dan tidak tenang karena temannya itu berkata : kalau ibunya juga sakit seperti itu dulu akhirnya mati, ruang rawatnya dan tempat tidur yang ditempatinya saat ini persis adalah tempat ibunya di rawat, dokter yang menanganinya adalah sama dengan yang menangani ibunya tapi tidak selamat. Ilustrasi ini hanya mau menggambarkan bahwa perkataan yang tidak menenangkan pada situasi yang sedang sakit. Bukankah akan lebih bijak sekiranya mengajak yang sakit berdoa dan berharap kepada Tuhan, serta mengatakan “cepat sembuh ya , Tuhan memberkati.“ Saudara-saudara, jadikan perkataan kita menjadi berkat bagi orang lain, memberi arti serta berguna menenangkan hati. Amin

Pdt Karvintaria br Ginting, STh
GBKP Runggun Cijantung, Klasis Jakarta Bandung
HP : 08126359640


Artikel lain yang terkait:



2 komentar:

Anonymous said...

syalloomm....saya seorang pertua di runggun pasarbaru munte.saya punya saran..bagaimana kalau di setiap khotbah..disisipkan ilustrasi humor,agar jemaat bisa lebih bersemangat dan firman Tuhan dapat lebih mudah dicerna..

Syalloomm....terimakasih..TuhanYesus memberkati

Anonymous said...

Saloom...lanjut ken tulisen-tulisen bagi si enggo ibahandu idatas, tentu alu tema si deban pdt...hanya sitik saja saran ku, adi banci sisip kendu turi-turin si menyangkut kebudayaan karo, misalna, kerna peradaten, peralaten, rsd. Bjr mejuah juah ras saloom.

Post a Comment