Friday, 19 December 2014

Renungan / Khotbah Lukas 2:36-40, Minggu 28 Desember 2014

Introitus : 
Biarlah kiranya kasih setia-Mu menjadi penghiburanku, sesuai dengan janji yang Kauucapkan kepada hamba-Mu/ Petetap min ukurku alu keleng ateNdu si tetap, sue ras ipadankenNdu man bangku, suruh-suruhenNdu (Mazmur 119:76)

Bacaan : Yesaya 62: 1-3 (Responsoria); Khotbah : Lukas 2:36-40 (Tunggal)

Tema :
Hiduplah Dalam Kasih Karunia Tuhan/Nggeluhlah I Bas Perkuah Ate Tuhan

Saudara-sudara yang terkasih dalam Kristus Yesus, minggu ini adalah minggu terakhir di tahun 2014, satu moment dimana kita dapat merenungkan dan mengevaluasi seluruh perjalanan kehidupan kita sepanjang tahun 2014. Ibarat mendaki sebuah gunung (menjalanai sebuah perjalanan) tibalah saatnya kita di sebuah titik perhentian (peristirahatan) untuk dapat melihat kebelakang merenungkan jalan yang sudah kita lewati, dalam perjalanan itu mungkin kita melewati jalan yang berbatu (kerikil-kerikil tajam) atau jalan yang berliku dan penuh onak dan duri, mungkin ada saatnya kita terpeleset dan jatuh, berdarah dan menangis, mungkin dalam perjalanan itu kita merasa senang (berjalan dalam jalan yang mulus), singkatnya perjalannan kita diwarnai dengan suka atau duka. Sepanjang perjalanan itu kita dapat merasakan bagaimana tuntunan tangan Tuhan kesetiaan Tuhan yang senantiasa setia menemani perjalanan hidup kita, kita jatuh tapi tak sampai tergeletak...tangan siapa yang menopang...? ya tangan Tuhan....kita pernah menangis tetapi tidak sampai meneteskan airmata bercampur darah....siapa yang menghibur....? ..ya Tuhan...., mungkin mengawali tahun 2014 begitu banyak beban yang harus kita pikirkan...biaya kehidupan, biaya anak sekolah dan banyak lagi kebutuhan-kebutuhan yang lain, kita bekerja hanya sebatas kemampuan kita yang terbatas, kita bekerja dengan pengetahuan kita yang terbatas tetapi siapa yang mencukupkan segala keperluan kita ?...ya Tuhan kan ? ya inilah yang kita sebut dengan “kasih Karunia Tuhan”. Ya mungkin disisi lain permasalahan hidup kita masih ada yang belum selesai tetapi yakinlah Tuhan tidak akan pernah meninggalkan kita berjalan sendiri mengarungi kehidupan ini (Mat 28: 20 “Aku senantiasa menyertai engkau sampai akhir zaman”). Pengalaman adalah guru yang terbaik istilah ini mengingatkan kita akan pentingnya sebuah perenungan akan perjalanan yang sudah kita lewati untuk mempersiapakan perjalanan yang akan kita jalani dalam babak kehidupan selanjutnya.

Minggu ini adalah minggu setelah Natal, mudah-mudahan semangat natal itu bukan seperti gemerlapnya lampu natal hanya menyala setahun sekali itupun kelap-kelip (kadang menyala kadang mati), setelah itu di masukkan lagi kedalam gudang. Biarlah natal yang menghabiskan begitu banyak dana waktu dan perasaan menjadi spirit untuk senantiasa hidup dalam kasih karunia Tuhan.
Berbicara tentang kasih karunia Tuhan, kami memahami bahwa segala sesutau yang kita miliki adalah kasih karunia (pemberian Tuhan) mulai dari nafas kehidupan, tempat bekerja, hasil pekerjaan dan lain sebagainya semuanya adalah kasih karunia Tuhan. Tentang kasih karunia Tuhan kami membaginya menjadi 2, yaitu :
  1. Kasih Karunia penciptaan  diberikan kepada siapa saja, mau berdoa atau tidak melakukan kejahatan atau kebaikan Tuhan memberikan “mata hari, hujan” sehingga tidak jarang kita melihat bahkan permapok, penjudi, penipu, koruptor, tidak pernah berdoa (beribadah) seakan hidup mereka aman-aman saja bahkan kelihatan lebih...”diberkati” dari orang orang yang rajin dalam peribadahan
  2. Kasih karunia keselamatan  Seorang teolog Siprianus mengatakan : Extra Ecclesiam nulla salus (outside the church there is no salvation) kasih karunia ini hanya diberikan kepada orang yang hidup didalam gereja, orang yang taat beribadah dan hidup dalam persekutuan yang intim dengan Tuhan.

Dan menurut hemat saya kasih karunia ini lebih kami runcingkan lagi pembagiannya dengan poin 1 kasih karunia sekunder dan point 2 adalah kasih karunia primer, dan jika kita perhadapaken dengan Matius 6:33 “ carilah dahulu kerajaan Allah dan kebenaranya maka semuanya itu ditambahkan kepadamu” disini Yesus bukan mengajukan sebuah pilihan...kerajaan Allah dan kebenarannya (primer) atau yang ditambahkan (sekunder) tetapi Yesus berkata tentang prioritas.... soal mana yang harus di dahulukan. Satu yang pasti kalau kita mendahulukan untuk mengejar yang sekunder kita tidak akan pernah mendapatkan yang primer, sehingga Yesus mengatakan supaya setiap orang percaya itu mengutamakan yang primer karena yang sekunder itu pasti akan mengikutinya. Dengan kata lain orang yang mngejar kasih karunia penciptaan tidak akan mendapatkan kasih karunia keselamatan (primer), tetapi sebaliknya orang yang mengejar kasih karunia keselamatan (primer) maka kasih karunia penciptaan (sekunder) itu pasti diberikan kepadanya.

Tema kita “hiduplah dalam kasih karunia Tuhan” yang dimaksud disini adalah kasih karunia keselamatan (primer), Kasih karunia keselatan itu dipenuhi di dalam Keristus Yesus dengan kata lain tema ini kami artikan hiduplah dalam Kristus Yesus. Karena hanya dalam Yesus ada keselamatan yang abadi, inilah yang dinanti-nantikan oleh smeon dan Hanna, di usia mereka yang sudah lanjut. Diusia yang lanjut mungkin begitu banyak sukacita yang merea rasakan tetapi sukacita mereka itu tidak ada artinya tanpa pertemuan dengan Yesus sang mesias. Di ay. 29 -32 nyanyian Semeon yang sangat luar biasa, maut sekali tidak mebuat dia gentar karena dia telah bertemu dengan “kasih Karunia yang Primer” yaitu Yesus sang juru selamat dunia.

Hidup Dalam Kasih Karunia Tuhan tidak menjamin kita lepas dari pergumulan
Hanna adalah orang yang hidup dalam kasih karunia, tetapi hidupnya juga tidak terlepas dari pergumulan hidup....menikah hanya 7 tahun bersama suaminya, pandangan Yahudi seorang janda itu menjadi kelas nomor dua, kurang dihargai. Tetapi sekali lagi saya katakan bahwa hidupnya tidak lebih buruk dari orang yang usia pernikahannya 50 tahun tetapi hidup di luar Kristus (diluar kasih karunia primer). Demikian juga dengan kita walaupun hidup dalam Kasih Karunia Tuhan, bukan berarti kita lepas dari pergumulan (masalah) kehidupan, Tetapi menurut iman percaya saya kehidupan kita tidak seburuk orang yang berlimpah kekayaan tetapi tidak hidup dalam kasih karunia (primer)

Hidup dalam Kasih karunia Tuhan, memampukan kita terus berguna dan menjadi berkat
Walaupun Hanna seorang janda yang sudah tua (84 tahun) dia tidak pernah meninggalkan Bait Allah, siang malam beribadah berdoa dan berpuasa. Salah satu pergumulan orang tua yang lanjut usia adalah perasaan bahwa mereka tidak lagi dapat berbuat apa-apa, mereka menganggap diri tidak berguna bahkan ada yang merasa bahwa hidupnya itu menjadi beban bagi keluarga, sehingga penderitaan mereka bukan saja di sebabkan oleh kelemahan fungsi pisik mereka tetapi penderitaan di sebabkan oleh psikis (kejiwaan atau pikiran) mereka. Bagi orang tua-orang tua yang kami kasihi, Hanna adalah sebagai figur yang dapat kita teladani bahwa usia lanjut bukan halangan untuk hidup berguna, dia menjadi pendoa syafaat, bagi bangsanya keluarganya persekutuannya. Demikian jugalah kiranya dengan orang tua-orang tua kami jadilah pendoa syafaat bagi anak ,cucu, bangsa dan negara, gereja, karena doa mempunya kekuatan yang adikodrati jika didoakan dengan sungguh dan iman yang teguh.....jadi jangan kita menganggap bahwa usia menjadi penghalang untuk hidup bermakna...tetapi kuncinya adalah hiduplah dalam kasih karunia Tuhan

Hidup Dalam Kasih Karunia Tuhan membawa kita untuk melihat Sang Juruselamat
Hanna adalah orang yang memelihara hidupnya dalam kasih kerunia Tuhan, dengan tidak pernah meninggalkan Bait Allah beribadah dan berpuasa supaya terhindar dari kecemaran dosa. Dengan beribadah dan berpuasa akan terjadi proses pengudusan (penyucian) hati. Matius 5 : 8 “ Berbahagialah orang yang suci hatinya, karena mereka akan melihat Allah. Hanna yang terus menjaga kesucian hatinya dia diberi kesempatan oleh Tuhan bertemu dengan Yesus sang juruselamat dunia..

Hidup dalam kasih karunia Tuhan memampukan kita untuk bersyukur dan bersaksi
Walaupun Hanna sudah tua, mungkin secara pisik begitu banyak pergumulan dan pendertaan yang dia alami (bdk. Pengkhotbah 12:2-5, lebih afdol baca persi “Pustaka Sibadia (Alkitab berbahasa Karo)” tetapi penderitaan atau kesengsaraan itu tidak berlaku bagi Hanna karena dia telah melihat kasih Karunia yang Primer (Yesus), sukacitanya mengalahkan umur yang sudah tua dan penderitaannya, sehingga dia mendapat kekutan untuk terus bersaksi tentang kasih karunia yang primer (Yesus atau Anak) itu kepada semua orang yang menantikan kelepasan.

Hidup dalam Kasih Karunia Tuhan mebuat kita dapat bertumbuh dalam iman dan pengharapan
Yesus lahir seperti manusia yang diawali dari bayi yang kecil dan mungil, dalam kasih karunia Tuhan Dia mengalami pertumbuhan bukan saja dalam hal pisik tetapi dalam hal hikmat dan kasih karunia. Pertumbuhan adalah sesuatu yang diharapkan bagi setiap makhluk hidup, demikian juga dengan kerohaninan kita membutuhkan pertumbuhan dan perkembangan. Pertumbuhan dan perkembangan itu akan subur jika kita hidup dalam kasih karunia Tuhan....

Hiduplah di dalam kasih Karunia Tuhan.... sehingga kita dapat bersinar seperti cahaya yang menyala seperti suluh , agar semua bangsa melihat kebenaran dan kemuliaan kita, sehingga kita mendapat nama yang baru sesuai dengan keinginan Tuhan ...,menjadi mahkota keagungan dan serban kerajaan di tangan Allah

Pdt. Saul Ginting, M.Div
GBKP Rg. Klender


Artikel lain yang terkait:



0 komentar:

Post a Comment