Banyak pengertian (definisi) tentang kepemimpinan dapat kita baca da lam pelbagai buku-buku tentang kepemimpinan. Hampir semua rumusan tentang kepemimpinan itu pada intinya berbicara mengenai satu hal ya itu "kemampuan seseorang untuk mempengaruhi orang lain". Karena me-mang suatu kepemimpinan dikatakan efektif apabila si pemimpin dapat mempengaruhi orang yang dipimpinnya untuk melakukan sesuatu demi un¬tuk mencapai suatu tujuan tertentu. Dalam hal ini kepribadian seseorang merupakan unsur penting dalam suatu kepemimpinan, sebagai kekuatan untuk mempengaruhi serta menggerakkan orang lain. Lord Montgomery berkata : "Taraf pengaruh seseorang tergantung pada kepribadian orang itu yang akan merupakan daya tarik untuk membuat orang tertarik dan mengikut dia". Tapi seorang pemimpin Kristen, tidak hanya mempengaruhi orang lain dengan kekuatan kepribadian dirinya saja, melainkan dengan kepribadian yang diterangi oleh Roh Kudus. Tidak ada seorangpun yang bisa menjadi pemimpin Kristen yang berhasil dengan kekuatan dirinya sendiri. Hanya karena Roh Kuduslah, yang memberikan kekuatan dan kuasa kepadanya untuk dapat mempengaruhi dan menggerakkan orang lain untuk melakukan sesuatu. Harus diingat pula bahwa seorang pemimpin hanya bisa mempengaruhi dan menggerakkan orang lain sejauh ia sendiri telah melakukannya atau menjalaninya. Orang yang berhasil dalam kepemimpinan adalah orang yang memimpin bukan hanya dengan menunjukkan jalan saja, tetapi yang juga menjalaninya sendiri. Prinsip inilah yang telah dilakukan oleh Yesus Kristus melalui jalan Salib.
Untuk lebih jauh mengerti "apa dan bagaimana kepemimpinan Kristen" itu akan menjadi pokok bahasan berikut ini.
APA ITU KEPEMIMPINAN KRISTEN.
Alkitab senantiasa menempatkan posisi seorang pemimpin dalam kedudukan antara Allah (pemimpin yang sesungguhnya) dan umat. Pemimpin dalam Alkitab bukanlah "ujung krucut" dari suatu sistim sebagaimana halnya sistem kepemirapinan dunia pada umumnya. Pengertian pemimpin disini adalah seorang yang diangkat oleh Allah sebagai "wakilNya" untuk mempamongi umatNya. Allah sendiri adalah pemimpin dari umat itu. Segala kebijakan dan keputusan berada ditangan Allah.
Dalam sejarah kehidupan Israel, pada suatu saat Israel menginginkan adanya seorang raja (I Sam 8) sebagaimana layaknya bangsa-bangsa yang ada disekeliling mereka. Permintaan ini mendukacitakan Samuel yang mempunyai kedudukan sebagai Hakim pada waktu itu. Tetapi Allah berfirman kepada Samuel untuk menerima permintaan Israel sebab bu kannya Samuel yang mereka tolak melainkan Allah (I Sam 8:6-7). Permintaan untuk mengadakan seorang raja, adalah perbuatan suatu dosa di mata Tuhan (I Sam 12:19). Itulah sebabnya meskipun diantara Israel memerintah seorang raja, tatapi Raja Israel sesungguhnya adalah Tuhan Allah sendiri.
Istilah lain yang sering dipakai untuk memberi identitas kepada seorang pemimpin dalam Alkitab adalah "Gembala". Konsep Gembala ini lebih mengena untuk seorang pemimpin. Bobot dari kata Gembala ini tercermin dalam tingkah laku seorang pemimpin yang dikehendaki oleh Allah. Dan memang benar, karena tingkah laku seorang gembala tidak menggambarkan hierarkis yang ketat, tetapi hubungan yang intim. Tuhan Yesus dalam Yohanes 10:14 berkata : "Akulah gembala yang baik dan Aku mengenal domba-dombaku dan domba-dombaKu mengenal Aku". Pendekatannya bukan pendekatan kekuasaan, tetapi pendekatan sahabat. Ini berarti seorang pemimpin Kristen bukan yang harus ditinggikan di atas yang lain, melainkan yang mau mendorong, memberi teladan, membimbing dan membangkitkan tanggungjawab semua anggota yang dipimpin agar berfungsi atau berperan secara aktif di dalam usaha pencapaian tujuan bersama.
Pemimpin dalam sistem sekunder (dunia) cendrung menggunakan kekuasa an itu untuk menindas orang-orang yang dipimpinnya (I Raja 12:14-15; Matius 20:25). Tetapi Yesus berkata "barang siapa ingin menjadi besar diantara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, dan barang siapa hendak menjadi terkemuka diantara kamu hendaklah ia menjadi hambamu. sama seperti Anak manusia datang bukan untuk dilayani melainkan un¬tuk melayani dan untuk memberikan nyawanya menjadi tebusan bagi ba-nyak orang" (Mat 20:26-28)
Dari paparan singkat di atas dapatlah disarikan pengertian pemimpin Kristen itu sebagai seni/usaha untuk mempengaruhi dan membimbing orang-orang (perorangan atau kelompok) yang didasarkan pada kasih dan ketaatan kepada Allah, untuk bekerjasama dalam rangka menjawab 'kebutuhan dan pencapaian tujuan bersama. Dari rumusan ini ada tiga hal penting yang perlu diperhatikan yaitu :
- Komitmen untuk bekerja guna mencapai tujuan.
- Kerjasama antara pemimpin dan yang dipimpin, dan diantara orang-orang yang dipimpin.
- Kasih dan ketaatan kepada Allah.
- Kasih (Matius 22:37-40)
- Pengabdi, kesediaan untuk melayani (Markus 10:44)
- Memiliki pesan (message) - mempunyai mission dan mampu mengko-munikasikan pesan itu sehingga dimengerti oleh penganutnya.
- memiliki visi dan wawasan - berpandangan Jauh kedepan dan mempu membeda-bedakan lebih dari pada para penganutnya, termasuk tentang ruang gerak untuk mewujudkan tujuan.
- Berkeyakinan kuat dan percaya diri.
- Tahan uji (tekun), sabar dan memiliki semangat yang tak kunjung padam dalam melaksanakan dan mewujudkan tujuan/missinya.
- Kesediaan bekerja keras, sehingga para penganut bekerja keras pula.
- Sadar akan kewajiban dan memiliki displin diri.
- Berkeahlian dan berwibawa.
- Bertanggungjawab membela kebenaran, mampu mengambil keputusan yang bijaksana, berjiwa bebas, berani melawan bahaya.
kut ini :
Celakalah gembala-gembala Israel yang menggembalakan dirinya sendiri! Bukankah
domba-domba yang seharusnya digembalakan oleh gembala-gemba¬la itu? Kamu
menikmati susunya. dari bulunya kamu buat pakaian, yang gemuk kamu sembelih,
tetapi domba-domba itu sendiri tidak kamu gembalakan. ......... (Yehezkiel
34:2-4)
Dari perikop ini beberapa prinsip kepemimpinan yang amat penting yang dapat kita petik, yakni :
- Pemimpin tidak boleh menindas atau memeras orang-orang yang dipim pinnya.
- Pemimpin harus melayani mereka yang dipimpinnya, dan bukannya sibuk "menggembalakan dirinya sendiri".
- Pemimpin dengan tekun dan setia mengusahakan jalan agar orang-orang yang dipimpinnya dapat menemukan makna kehidupannya.
- Pemimpin harus melayani dengan penuh kesungguhan hati dan bukan karena terpaksa (bd. I Petrus 5:2).
- Pemimpin harus memberi teladan tentang semangat kerja yang dapat mendorong orang-orang yang dipimpinnya.
Myron Rush dalam bukunya Managemen: A Biblical Approach, mengemukakan empat gaya kepemimpinan sebagai berikut :
(a) Pemimpinlah yang memutuskan segala-galanya tentang apa, mengapa, untuk apa, bagaimana, siapa, kapan dan dimana suatu pekerjaan dilakukan.
Contoh klasik dalam Alkitab adalah apa yang dilakukan Raja Nebu-kadnezar (Daniel 2:1-13).
(b) Pemimpin yang diktator menunjukkan ciri-ciri :
- Semua keputusan yang diambil demi untuk kepentingan dirinya sendiri.
- Sering yang diinginkannya tidak masuk akal, dan sulit untuk dilaksanakan disertai sangsi hukuman yang amat berat.
- Sering memaksakan displin yang berlebihan dan menghukum secara kejam yang gagal melaksanakannya.
- Tidak membolehkan orang lain menanyakan kebijaksanaan atau keputusan yang ia telah tetapkan.
Raja Saul adalah pemimpin yang awalnya sangat Otoriter(I Sam 11). Namun kemudian berangsur-angsur berubah menjadi tidak otoriter (1 Samuel 13 & 14) dan bahkan akhirnya dalam keadaan tidak berdaya Saul minta pertolongan kepada orang lain (1 Sam.17).
• Kurang memberi kesempatan kepada orang lain, untuk mengambil keputusan.
• Selalu menganggap pikiran-pikirannya lebih baik dan benar.
• Kurang menaruh kepercayaan pada kemampuan orang lain,
• Kurang memberikan arahan kepada bawahannya.
• Menghargai pendapat orang lain bila ia setuju dengan pendapat orang lain itu.
• Selalu menentang orang yang tidak setuju dengan pendapatnya.
• Senang memperalat orang lain untuk kepentingan dirinya.
3. Gaya konsultatif.
Kisah Para Rasul 6:1-7 memberi gambaran yang jelas mengenai tindakan pemimpin yang konsultatif.
- Berkonsultasi dengan bawahannya/orang lain secara teratur.
- Tidak pernah mengambil keputusan penting secara sendiri tanpa berkonsultasi terlebih dahulu.
- Cendrung mendelegasikan tanggungjawab pengambilan keputusan kepada orang lain atau bawahannya. Tetapi ia sendiri selalu si-ap untuk mengambil keputusan akhir.
- Bersedia menampung dan mempertimbangkan gagasan orang lain da¬lam rangka mengambil keputusan.
4. Gaya partlsipatif (mengikut sertakan).
Ini adalah suatu gaya kepemimpinan yang unik, dan banyak pemimpin yang kurang suka mempraktekkannya. Gaya ini lebih banyak menyerahkan wewenangnya kepada kelompok (tetapi tidak semuanya):
- Banyak keputusan diambil oleh kelompok.
- Anggota-anggota kelompok merasa
bahwa mereka sama dengan pemim¬pin dalam hal memberi masukan atau gagasan. - Pemimpin berperanan sebagai fasilitator untuk kelompok.
- Pemimpin bersedia mempertimbangkan gagasan yang dikemukakan oleh kelompok, walaupun gagasan itu tidak sesuai dengan penda¬patnya.
- Pemimpin mendorong agar anggotanya kreatif dan inovatif.
KAPAN DAN DALAM SITUASI APA KITA MENGGUNAKAN KEPEMIMPINAN "TERTENTU :
(1) Gaya Diktator cocok digunakan pada :
- Keadaan yang sangat gawat/krisis/darurat dimana keselamatan or-ganisasi yang dipimpin jadi taruhannya.
- Saat dimana sangat diperlukan displin/ketaatan mutlak dari anggota.
(2) Gaya otoriter cocok digunakan pada situasi :
- Ketika anggota-anggota secara terus-menerus menyalahgunakan we-nang yang dipercayakan kepada mereka.
- Ketika seseorang tidak melaksanakan tugas.
- Ketika aturan main dalam organisasi mulai dan sering dilanggar.
- Ketika pemimpin diperhadapkan pada situasi dimana ia terbeban untuk mengambil keputusan.
(3) Gaya Konsultatif cocok digunakan pada situasi :
- Ketika diperlukan pemecahan masalah secara kreatif.
- Untuk membimbing dan melatih anggota untuk menjadi pemimpin yang bertanggungjawab.
- Ketika harus bertanggungjawab dalam melaksanakan banyak tugas.
- Untuk mengarahkan dan membimbing perencanaan atau pemecahan mama¬salah dalam kelompok.
4. Gaya partisipatif cocok digunakan pada situasi:
- Ketika anggota sudah cukup matang untuk mengambil tanggungjawab atas pekerjaan rutin yang mereka lakukan.
- Ketika diperlukan untuk terus-menerus memotivasi seseorang atau seklompok orang yang mulai tidak berdaya dalam melaksanakan peker¬jaan rutinnya.
- Saat diperlukan kreativitas yang tinggi dan cara kerja yang inova-tif.
- Pelaksanaan evaluasi terhadap kehidupan organisasi dan pelaksanaan program-program organisasi.
PERSIAPAN DAN SYARAT MENJADI PEMIMPIN KRISTEN
Melakukan kepemimpinan kristen seperti dipaparkan di muka, tidaklah mudah. Dalam praktek kehidupan keseharian, ada dua keinginan yang selalu berusaha menguasai diri kita; Keinginan daging dan keinginan Ron. Keduanya berusaha menarik kita. Dan kalau kita mau jujur keinginan daginglah yang sering menang. Kita sebenarnya tahu apa yang seharus nya kita lakukan, tetapi nyatanya yang kita lakukan adalah apa yang bukan seharusnya, yang salah, dan yang tak pantas (bd.Kis.Ras 7:21-23).
Kita memang tidak sepenuhnya dapat menguasai tingkah laku kita. Hanya oleh pimpinan Roh Kuduslah kita dimampukan untuk melakukan apa yang seharusnya, apa yang baik dan berkenan kepadaNya. Untuk mampu menjadi pemimpin kristen seperti itulah dibutuhkan persiapan dan syarat-syarat tertentu antara lain :
- Berkenan kepada Tuhan dan dipenuhi Roh Kudus. Pemimpin yang diangkat secara tiba-tiba tidak akan mampu mengidentifikasikan dirinya dengan orang-orang yang dipimpinnya. Raja Daud misalnya. Dalam mempersiapkan rohani seseorang, Tuhan tidak melihat pendidikan, keturunan, status sosial, melainkan yang terpenting ialah bahwa orang tersebut berkenan kepada Tuhan (I Sam 13:14). Contoh lain adalah Yosua yang menggantikan Musa.
- Kejujuran rohani. Seorang pemimpin kristen harus menyadari keadaan rohaninya sendiri. Sebagai pemimpin rohani maka semua tutur kata, tingkah laku, sikap dan perbuatannya akan mencerminkan kwalitas hidup kerohaniannya.
- Pendirian rohani yang teguh. Teguh dalam pendirian rohani, berati memiliki dasar/landasan rohani yang kokoh.
- Merendahkan diri. Kekuatan rohani dalam kehidupan dan pelayanan seorang pemimpin ialah apabila ia pada suatu kutup berdiri dengan pendirian rohani yang teguh, dan pada kutup yang lain ia sungguh seorang yang dapat merendahkan diri untuk menjadi hamba dan pela-yan bagi semua.
- Rela menderita demi ketaatan kepada Allah. Memimpin dengan banyak mengalami penderitaan, pengorbanan dan cucuran air mata merupakan sumber kekuatan. Hal ini tidak berarti bahwa seorang pemimpin ha¬rus berusaha supaya menderita. Pemimpin yang mau gampang saja, yang mau enak saja, tidak akan mampu mengembangkan tugas dan peker jaan yang dipercayakan kepadanya.
- Bekerja keras dan rajin. Rasul Paulus menasehati Timotius untuk bekerja keras (II Tim 4:15). Seorang pemimpin dituntut harus beker ja lebih dari pada orang-orang yang dipimpinnya. Itu berarti seba-gai pemimpin harus menjadi teladan di dalah hal kerja.
- Tak bercacat. Rasul Paulus menasehati Timotius mengenai syarat-syarat yang harus diperhatikan untuk menjadi penilik jemaat (i Tim 3:1-11).
PENUTUP
Inti persoalan kepemimpinan kristen terletak dalam asas tanggungjawab untuk melakukan apa yang seharusnya dan kerelaan diri untuk berkorban atas dasar ketaatan dan kasih kepada Allah. Kepemimpinan kristen yang sungguh-sungguh menyadari bahwa dirinya hanyalah alat Allah untuk menyatakan kehendaknya, akan selalu mempertanyakan pada dirinya:
- apa yang Tuhan kehendaki dengan ke-pemimpinannya, dan
- apa yang Tuhan sedang lakukan melalui kepemimpinannya. Karena itu, setiap pemimpin kristen harus berusaha me ngenal kehendak Tuhan di dalam dan melalui kepemimpinannya, agar kepemimpinannya itu memberi buah (Kolose l:9b-11).
Akhirnya, meskipun kita mengetahui segala rahasia kepemimpinan ser ta ilmu yang melengkapinya, dan meskipun kita memahami seluruh perinsip kepemimpinan dan menguasai semua teori tantang kepemimpinan, terampil menerapkan teknik-teknik dan gaya kepemimpinan, tetapi ki ta tidak memberi kasih, semuanya tidak berfaedah.
Sumber acuan :
1. Kepemimpinan dan pembinaan pemimpin (Basil "Notohamidjojo Memo¬rial Lecture" 1987 di Salatiga).
2. Pemimpin dan Kepemimpinan. Prof.Dr.Mar'at, Ghalia Indonesia
3. Kepemimpinan Rohani. J.Oswald Sanders. Penerbit Kalam Hidup Bandung.
4. Management: A Biblical Approach. Myron D.Rush.
5. Manajemen dan kepemimpinan menurut wahyu Allah. Oleh Dr.P.Octa-vianus, penerbit Gandum Mas, 1986.
0 komentar:
Post a Comment