Friday, 23 April 2010

Asseb-Khotbah Kisah Rasul 15:6-18, Minggu 25 April 2010

Thema:
BERSORAKLAH MENYAKSIKAN KEBENARAN TUHAN
(Ersuraklah nuriken kebenaren Dibata)
Introitus: Efesus 5:19; Pembacaan: Zefanya 3:14-20
Khotbah: Kisah Rasul 15:6-18
Pendahuluan
Pada tanggal 11-18 April 2010, di Retreat Center Suka Makmur sudah dilaksanakan sutu evant besar di tengah-tengah GBKP yakni Sidang Sinode. Banyak agenda yang dibicarakan seperti amandemen Tatagereja, membuat Garis-garis Besar pelayanan tahun 2010-2015, pemilihan Moderamen 2010 s/d 2015, dll. Sesuai Tata Gereja GBKP yang menjadi peserta adalah semua utusan Majelis[1] dan BP.Klasis, Moderamen serta undangan. Berbagai latarbelakang peserta sidang Sinode. Tetapi keberagaman latarbelakang tidak membuat tujuan persidangan tidak tercapai, walaupun dalam mengedepankan kebenaran kadang terjadi perdebatan dan pembahasan yang alot mengenai satu-satu hal. Hal ini dikarenakan pendekatan terhadap persoalan berangkat dari persepsi masing-masing yang kadang sangat subyektif dan lokal. Demikian juga keputusan-keputusan yang diambil mungkin saja tidak semua pihak merasa puas. Dan hal ini sangat wajar, khususnya dalam sistem demokrasi. Namun ketidakpuasan, atau bahkan kekecewaan karena tidak sesuai dengan idialisme yang diharapkan, tidak lantas membuat semangat pelayanan kendur. Berpikir dan berkehendak positif adalah suatu yang sangat penting menjadi landasar hidup sebagai orang yang telah berkomitmen untuk menjadi saksi Tuhan di tengah-tengah dunia ini, sehingga selalu ada sukacita, semangat, kemauan, dan perjuangan yang terus-menerus menyaksikan kebenaran Tuhan (sesuai dengan Firman Tuhan) dalam hidup kita.

Pendalaman Nas
Kisah Para Rasul ditulis oleh seorang tabib, yang bernama Lukas. Banyak hal yang dikisahkan dalam kitab ini, salah satu mengenai Sidang pertama orang Kristen di dunia ini yang menjadi perikop renungan kita.

Mendalami perikop kita (Kisah Rasul 15:6-18), ada baiknya kita membaca dari ayat 1-5 yang menjelaskan sebab musabab diadakannya Sidang di Yerusalem. Disebutkan beberapa orang dari Yudea datang ke Antiokia[2]. Tidak disebutkan siapa mereka ini, namun kemungkinan besar mereka berasal dari golongan Farisi yang terkenal itu[3]. Mereka sengaja datang untuk mengajarkan pokok pengajaran yang menurut mereka sangat penting yakni tentang sunat. Orang-orang kristen dari Yudea ini bukan tidak setuju adanya penerimaan jemaat Antiokia terhadap orang-orang kafir melalui baptisan. Mereka juga tidak menyangkal bahwa kuasa pengorbanan Yesus Kristus dalam mengampuni dosa, tetapi mereka yakin bahwa dengan jalan penyunatan, Kristus menganugrahkan keselamatan kepada orang percaya. Pengajaran ini tentu saja ditentang keras oleh Paulus dan Barnabas sehingga terjadi pertentangan yang mana jikalau hal ini berlarut dapat menimbulkan perpecahan. Oleh karena itu ditetapkan agar Barnabas dan Paulus serta beberapa jemaat pergi ke pada rasul-rasul dan Penatua-Pednatua di Yerusalem untuk membicarakan soal itu.

Dalam persidangan yang dilakukan rasul-rasul dan para penatua-penatua ternyata masalah ini tidak mudah diselesaikan. Kristen Yahudi tetap bersikeras bahwa orang-orang yang bukan Yahudi harus di sunat. Sementara paulus dan Barnabas juga bersikeras bahwa orang yang bukan Yahudi tidak harus disunat, karena keselamatan bukan karena sunat tetapi anugrah dalam percaya kepada Yesus Kristus. Mereka, sama-sama merasa benar. Kasus seperti inilah yang sering menyebabkan gereja mengalami perpecahan. Disinilah pentingnya suatu persidangan dan peran pemimpin persidangan, juga kedewasaan peserta sidang dalam menyikapi perbedaan pendapat. Sering persidangan menjadi kacau oleh karena masalah ini. Ketidak dewasaan peserta sidang, ketidak mampuan pemimpin persidangan untuk mengarahkan persidangan dan memberi pandangan serta keputusan yang tegas dan jelas. Tidak demikian persidangan di Yerusalem ini. Ada Petrus dan Yakobus yang walaupun orang-orang sederhana, tetapi dikaruniakan wibawa dan kemampuan untuk memberikan sulusi yang tepat dalam persoalan yang ada. Kemampuan ini tidak lain dikarenakan pemahaman yang benar mengenai Yesus Kristus yang tidak saja berdasarkan apa yang mereka tahu (litratur dan tradisi) tetapi apa yang mereka alami (pengalaman iman). Ada beberapa hal kebenaran yang dikemukakan Petrus. Pertama, bahwa Allah mengenal hati manusia (ayat 8). Oleh karena itu manusia tidak boleh asal bicara dan tidak boleh mengambil keputusan semata-mata berdasarkan benar menurut dia saja. Benar menurut kita tersebut harus terlebih dahulu diuji sesuai dengan kebenaran Firman Tuhan dan juga tidak memutup mata terhadap kenyataan-kenyatan yang terjadi (kesaksian tentang perbuatan-perbuatan Allah yang membuat orang menjadi percaya). Kedua, Allah tidak membedakan orang (ayat 9). Semua manusia adalah sama[4]. Sama-sama manusia yang telah jatuh ke dalam dosa. Dan sama-sama dikasihi Allah di dalam Yesus Kristus. Bukti hal tersebut telah dialami Petrus sendiri dimana Kornelius yang adalah non Yahudi juga dikaruniakan Roh Kudus sama seperti mereka (murid-murid)[5]. Ketiga, manusia selamat hanya oleh karena kasih karunia[6] (ayat 11). Dan hal ini berlaku bagi semua orang. Tidak hanya bagi orang Yahudi tetapi juga bagi orang non Yahudi. Mengapa? Karena Syariat Taurat/upacara-upacara menurut taurat (kuk) tidak dapat dipikul oleh nenek moyang mereka dan mereka sendiri. Dengan menyatakan kebenaran ini, akhirnya Petrus mengingatkan peserta sidang agar jangan mencobai Tuhan oleh kebijakan manusia sendiri oleh peraturan-peraturan manusia.

Mendengar penjelasan Petrus peserta sidang terdiam dan mau mendengar Paulus dan Barnabas menceritakan mujizat yang di perbuatan Allah melalui perantaraan mereka ditengah-tengah bangsa-bangsa yang lain. Tidak hanya terdiam, mereka juga menerima saran Yakobus[7] sebagai kesepakatan yang menjadi pedoman bersama yakni (1) tidak boleh menimbulkan kesulitan bagi mereka dari bangsa-bangsa lain yang berbalik kepada Allah, (2) menjauhkan diri dari makanan yang telah dicemarkan berhala-berhala, dari percabulan, dari daging binatang yang mati dicekik dan dari darah.
Pointer Aplikasi

(1) Tak dapat dipungkiri bahwa tidak ada gereja yang steril dari permasalahan. Demikian juga sehebat bagaimanapun seorang pendeta, Pertua/Diaken melayani dalam suatu jemaat pasti selalu ada yang pro dan kontra. Dan hal ini tidak membuat kita menjadi heran. Bukankah Yesus juga mengalami hal yang sama? Oleh karena itu kedewasaan jemaat menyikapi setiap persoalan sangat penting. Demikian juga menaruh rasa hormat kepada pemimpin dan menyakini bahwa mereka bukan kebetulan sebagai pemimpin melainkan oleh karena Tuhan memilih mereka menjadi pemimpin/hamba Tuhan juga sangat penting. Dengan sikap demikian apa pun persoalan pasti dapat diselesaikan dengan baik. Dan yang paling penting diingat, Tuhan sama sekali tidak mengkehendaki jemaatnya saling bermusuhan apa pun itu alasannya.

(2) Thema kita bersoraklah menyatakan kebenaran Allah. Benar, setiap orang kristen dipanggil untuk menyatakan kebenaran Allah dalam hidupnya. Inilah tugas yang melekat ketika seseorang mengaku percaya kepada Yesus sebagai Tuhan dan Juruslamatnya. Permasalahannya ialah sudahkah tugas ini dilakukan dengan sungguh-sungguh? Kata “bersoraklah” dapat juga dipahami sejajar dengan kata gembira, bersukacita, semangat, tanpa rasa takut menyatakan kebenaran. Dan hal ini terjadi dalam diri seseorang jikalau sungguh-sungguh telah merasakan kasih Allah dalam hidupnya[8]. Hal yang juga perlu dipahami bahwa kebenaran Allah itu bukan saja dinyatakan kepada orang lain (di luar kristen), tetapi juga ditengah-tengah kehidupan orang percaya. Sebagaimana disebutkan dalam Efesus 5:19 (introitus), kebenaran Allah itu telah dinyatakan jikalau jemaat hidup saling menghargai, saling menyapa dalam kasih dan saling mengasihi, saling mendorong untuk bersekutu beribadah dan memuji-muji Tuhan, saling membantu dalam kesusahan, bukan sebaliknya saling membenci, membiarkan perasaan dendam dalam hati, mencari-cari kesalahan orang lain khususnya orang yang kita anggap saingan, orang yang kita anggap tidak se-ide dengan kita.

Pondok Gede, 23 April 2010
Pdt.S.Brahmana

--------------------------

[1] Jumlah1-500 orang anggota sidi mengutus satu orang, dan lebih dari 500 orang anggota sidi mengutus 2 orang.
[2] Kota Antiokia adalah sebuah kota terbesar di wilayah kekaisaran Romawi pada waktu itu. Dan di kota inilah untuk pertama kali murid-murid Yesus disebut Kristen (Kis.Rasul 11:26). Tidak itu saja, dalam perkembangannya kota Antiokia menjadi pusat penginjilan.
[3] Bd. ayat 5
[4] Bd.Galatia 3:28
[5] Kisah rasul 11:1-18
[6] Bd.Efesus 2:8-9
[7] Ayat 19-21
[8] Bd. Pembacaan kita (Zefanya 3:14-20). Nabi Zefanya mengajak umat Tuhan agar bersorak-sorai. Mengapa? Karena Tuhan telah menyatakan kebaikannya dengan menyingkirkan hukuman yang jatuh atas umatNya dengan menebas binasa musuh-musuh umatNya.


Artikel lain yang terkait:



0 komentar:

Post a Comment