MAKNA SUATU PERISTIWA
“Petir menggelegar di sekitar arena persidangan Sinode GBKP ke XXXIV, pertanda apa?”
Orang karo sebelum menjadi kristen memahami bahwa segala sesuatu peristiwa mengandung makna, baik positif maupun negatif. Misalnya mendengar bunyi burung gagak pada waktu malam dianggap suatu pertanda ada orang yang akan meninggal dunia, demikian juga bila ada kupu-kupu masuk ke dalam rumah dianggap akan kedatangan tamu, dsb. Saya pikir bukan hanya orang Karo mempunyai pemahaman demikian tetapi suku-suku yang lain juga, walupun kadang berbeda penafsiran. Bagaimana kita melihat hal tersebut dari persfektif Kristen? Apakah benar hal-hal demikian mengandung kebenaran? Benar tidaknya suatu peristiwa atau suatu kejadian membawa pesan sangatlah relatif demikian juga pemaknaannya serta respons dari pemaknaan suatu peristiwa atau kejadian tersebut tergantung dari sudut mana seseorang memahaminya. Sebagai orang kristen tentulah memahami segala sesuatu dari kebenaran Firman Tuhan. Bahwa Tuhan Juga memberikan peringatan-peringatan atau tanda-tanda kepada umatNya melalui berbagai-bagai kejadian atau peristiwa. Misalnya pada jaman nabi Elia. Terjadi peristiwa kemarau selama 3 tahun 6 bulan[1]. Hal ini dipahami sebagai wujud murka Allah akibat penyembahan berhala yang dilakukan umat Israel. Demikian dalam kitab Injil[2] disebutkan pada waktu Yesus di salib ada beberapa peristiwa terjadi, salah satunya tabir bait suci terbelah dua dari atas sampai ke bawah. Apa makna dari kejadian ini? Kejadian ini dipahami sebagai terbukanya jalan ke hadiran Allah (bd. Ibrani 10:19-20). Kalau demikian, adakah makna dari suatu petir yang menggelegar sangat kuat menghantam sebuah pohon yang sangat dekat dengan jambur (kira-kira 10 meter sebelah kiri jambur) tempat berlangsungnya Sidang sinode GBKP ke XXXIV yang diselenggarakan mulai dari tanggal 11-18 April 2010 di Retreat Center Sukamakmur? Peristiwa tersebut sangat mengagetkan peserta sidang[3]. Memang tidak menelan korban jiwa. Hanya ada 3 orang pandu/panitia yang sempat pingsan, bahkan ada seorang diantaranya dimasukkan kedalam lumpur karena dianggap terkena petir[4], padahal sebenarnya tidak. Ia pingsan karena terkejut. Adakah makna dibalik petir tersebut? Terlebih peristiwa terjadinya petir tidak diikuti awan gelap atau hujan lebat. Boleh dikatakan cuaca pada waktu dalam keadaan kondusif. Saya tidak tahu apakah peserta sidang yang lain juga mempunyai pertanyaan itu di dalam hati. Paling tidak seorang peserta sidang utusan dari GBKP Majelis Jemaat Depok, Klasis Jakarta Bandung, Pt.Alex Ginting Suka mempertanyaan itu kepada saya setelah peserta sidang kembali tenang, dan kembali ketempat duduknya sebab akibat petir tersebut ada sejumlah peserta sidang meninggalkan tempat duduknya untuk melihat dari dekat bekas petir tersebut. Pertua ini bertanya kepada saya, apakah makna teologisnya kejadian tersebut. Ia menghubungkan bagaimana Tuhan menyatakan diri kepada Musa dan bangsa Israel pada jaman Musa yang di dahului petir. Sebelum saya menjawab, pertua ini memberikan pemahamannya bahwa peristiwa tersebut sebagai peringatan kepada peserta bahwa sidang sinode adalah sidang yang sangat penting, sidang yang membicarakan mengenai misi Allah di dunia ini oleh karena itu harus disikapi dengan serius dengan kekudusan berpikir, berkata-kata dan bersikap, sebagaimana Allah sang pemilik gereja adalah kudus. Benar pada jaman Musa, tepatnya pada waktu Musa dan umat Israel berada di Gunung Sinai, untuk dapat menghadap Allah mereka harus menguduskan diri selama 2 hari dan pada hari ketiga, diwaktu terbit fajar ada guruh dan kilat dan awan padat di atas gunung dan bunyi sangka-kala sangat keras dan setelah itu Allah turun ke atas gunung sinai[5]. Menilik peristiwa ini, kilat (petir) dijadikan sarana mendahului kehadiran Allah. Demikian juga kalau kita baca Keluaran 20:18-26 disebutkan bahwa sebelum Allah berfirman didahului guruh mengguntur, kilat sambung-menyambung. Demikian juga dalam bagian lain kilat (petir) disebutkan sebagai alat ditangan Allah untuk menyatakan kemahakuasaanNya. Perhatikanlah Ayub 36:32; 37:3, 12; Mazmur 18:15; 77:19: 97:4; Yeremia 10:13; Wahyu 4:5; 11:19. Kalau demikian sangat tepat petir tersebut dimaknai secara positif bahwa Allah mengingatkan setiap anak-anak Tuhan yang bersidang dimanapun dan kapan pun, yang agendanya membicarakan misi Allah di dunia ini supaya dengan serius dan sungguh-sungguh, dengan tulus dan motivasi dan orientasi hanya bagi pujian dan kemuliaan Allah bukan demi kemuliaan dan pujian bagi diri peserta sidang. Hal ini tidak berarti peserta sinode tidak serius dan sungguh-sungguh, juga tidak berarti tidak kudus dalam berpikir, berkata-kata dan bersikap sehingga petir menggelegar di sekitar tempat persidangan sinode. Tulisan ini tidak bermaksud demikian. Tetapi mencoba memaknai peristiwa tersebut sebagai bentuk peringatan bahwa persidangan gerejawi itu sesungguhnya suatu persidangan yang sangat penting.
Karena peristiwa ini terjadi di saat sidang sinode yang merupakan persidangan tertinggi dimana semua utusan-utusan majelis jemaat GBKP dari semua penjuru dunia hadir, maka peristiwa yang mengagetkan tersebut juga mempunyai makna universal. Artinya makna “mengingatkan” bagi setiap orang percaya yang melakukan pertemuan/persidangan, baik tingkat klasis, majelis jemaat atau persidangan apa pun itu seperti rapat-rapat panitia agar mendasarinya dengan kekudusan. Kekudusan dalam pikiran, kekudusan dalam berkata-kata, kekudusan dalam bersikap, serta kekudusan dalam mengambil keputusan. Terlebih setelah sidang Sinode GBKP ke XXXIV, di tingkat Klasis[6] akan dilakukan sidang klasis dan salah satu agenda adalah pemilihan Badan Pengurus Klasis. Diharapkan agar dalam persidangan ini, walaupun ada kompetisi pemilihan Badan Pengurus Klasis periode 2010 s/d 2015 semua peserta sidang memahami kehadirannya sebagai hamba Tuhan yang datang bersidang sebagai orang yang telah dipercayakan Tuhan untuk membicarakan misi Allah di dunia ini melalui gerejaNya, Gereja Batak Karo Protestan (GBKP). Dengan pemahaman ini semua keputusan sidang klasis dan juga siapapun yang terpilih menjadi BP Klasis semuanya bagi kemuliaan Allah.
Pondok Gede, 3 Mei 2010
Pdt.S.Brahmana
----------------------------------
[1] Yakobus 5:17
[2] Matius 27:51; Markus 15:38; Lukas 23:45
[3] Kejadian terjadi pada hari sabtu, 17 April 2010 sekitar jam 15.00 WIB
[4] Menurut pemahaman, saya tidak tau secara pasti tiori ini, bahwa apa bila ada orang yang disambar petir pertolongan pertama harus dilakukan mengubur orang tersebut.
[5] Keluaran 19:10-20
[6] Dalam Sidang Sinode ke XXXIV telah diputuskan Klasis Jakarta palembang menjadi dua klasis, maka sekarang ada 21 Klasis di seluruh pelayanan GBKP.
0 komentar:
Post a Comment