Wednesday, 30 March 2011

Khotbah Markus 14-3-9, Minggu 17 April 2011 (Passion VII)

Introitus:
Dan orang banyak yang berjalan di depan Yesus dan yang mengikuti-Nya dari belakang berseru, katanya: "Hosana bagi Anak Daud, diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan, hosana di tempat yang mahatinggi!/Kalak si nterem si erdalan arah lebe Jesus ras arah pudiNa ersurak-surak nina, "Pujin man Anak Daud! Ipasu-pasu Dibata Ia si reh i bas gelar Tuhan! Pujilah Dibata! (Matius 21:9)

Pembacaan: Yohanes 3:14-15; Khotbah: Markus 14:3-9

Thema :
Hormati dan Muliakanlah Yesus (Cidahkenlah kehamaten ras Pehagalah Yesus e)
Pendahuluan
Minggu ini merupakan Minggu Passion yang terakhir (Passion ke VII). Dalam Minggu-Minggu Passion, kita diingatkan tentang kesengsaraan Tuhan Yesus dalam rangka menjalanakan missiNya, missi penyelamatan manusia. Walaupun Dia berbuat baik, melawan kejahatan, membela manusia, membimbing manusia agar hidup baik, namun Ia mengalami berbagai kesengsaraan.

Perjalanan menuju Golgota (Passion) adalah saat-saat dimana Yesus mengalami kesengsaraan, namun ternyata ada juga saat indah yang dialami Yesus melalui pengorbanan seorang perempuan. Peristiwa itu kurang lebih satu Minggu sebelum Yesus di salibkan. Ketika dunia merasa tidak puas, curiga, bahkan mendesahkan nafas kebencian kepadaNya, masih ada orang yang tetap menicintaiNya dengan menyatakan penghormatan dan memuliakanNya. Kisah ini, disamping di tulis di dalam Matius 26:6-13 dan Yohanes 12:1-8, juga di dalam Injil Markus yang menjadi perikop renungan kita Minggu ini.

Pendalaman Nas
Kisah ini terjadi pada waktu Yesus di Betani sedang menikmati makan di rumah Simon, si kusta[1]. Orang Yahudi memiliki kebiasaan makan dengan berbaring di tas dipan rendah dengan bersandar pada siku tangan kiri dan menggunakan tangan kanan untuk mengambil makanan. Siapapun yang datang kepada orang yang sedang makan sambil berbaring ini akan berdiri persis di atasnya. Dalam gambaran situasi seperti itulah datang seorang perempuan yang membawa minyak narwastu murni untuk mengurapi kepala Yesus. Kebiasaan pada waktu itu adalah menuangkan beberapa tetes minyak wangi kepada tamu ketika ia masuk ke rumah atau ketika ia sedang makan. Yang dilakukan perempuan itu bukan menuang beberapa tetes tapi memecahkan penutup botol dan seluruh isinya dicurahkan kepada Yesus.

Siapakah perempuan tersebut? Markus tidak menyebutkan nama dan asal dari mana. Mungkin Markus tidak merasa penting menyebutkannya. Yang mau ditekankan oleh Markus adalah perbuatan perempuan ini yang mempersembahkan cinta dan penghargaannya yang besar kepada Yesus, Sang Guru melalui pencurahan minyak narwastu yang mahal. Dikatakan mahal karena minyak tersebut diperkirakan seharga 300 dinar. Kita dapat banyangkan berapa harganya kalau kita rupiahkan dengan pehitungan 1 dinar sama dengan upah buruh sehari kerja. Kalau upah sehari kerja saat ini rata-rata 30 ribu rupiah berarti minyak Narwastu yang dibawa perempuan tersebut seharga Rp. 9 juta.

Oleh karena itu wajar saja bila perbuatan perempuan ini, yang menurut Injil Yohanes bernama Maria[2], dianggap oleh “orang-orang” pada waktu itu pemborosan. Markus tidak menyebutkan siapa yang dimaksud orang-orang tersebut, namun dilihat dari konteksnya kemungkinan besar adalah murid-murid. Hal ini sesuai dengan perikop paralel dalam Matius 26:6-13, khususnya dalam ayat 8-9, yang menyebut yang gusar itu adalah murid-murid Yesus. Berbeda dengan Yohanes 12:1-8, khususnya ayat 4-5 dimana menuding secara langsung pada Yudas Iskariot. Karena itu kita dapat menyimpulkan bahwa kegusaran pertama kali timbul dari Yudas, baru kemudian menjalar kepada murid-murid lain. Yudas, merasa gusar, karena hilang sudah kesempatan untuk mendapatkan keuntungan jika minyak narwastu itu dijual dan dibagikan kepada orang miskin. Lalu oleh pengaruh Yudas, murid-murid lain pun turut terpengaruh dan berpikir negatif tentang tindakan perempuan itu. Mereka gusar mungkin dengan alasan yang berbeda dengan Yudas, mereka benar-benar berpikir bahwa sebaiknya minyak narwastu murni itu dijual dan uangnya diberikan kepada orang miskin, suatu perbuatan yang biasa dilakukan pada hari Paskah. Tetapi Yesus mempunyai pendapat yang lain sehingga Ia mengatakan: "Biarkanlah dia. Mengapa kamu menyusahkan dia? Ia telah melakukan suatu perbuatan yang baik pada-Ku. Karena orang-orang miskin selalu ada padamu, dan kamu dapat menolong mereka, bilamana kamu menghendakinya, tetapi Aku tidak akan selalu bersama-sama kamu (ayat 6-7). Dengan ungkapan ini, sebenarnya Yesus mau mengingatkan bahwa saat Yesus tidak lama lagi bersama-sama muridnya. Sebentar lagi Ia akan mengalami penderitaan yang berat, Ia harus menaggung cawan murka Allah, Ia akan mati. Oleh karena itu dalam ayat 8 Yesus menghubungkan apa yang telah dilakukan perempuan itu, yakni memiyaki Yesus, sebagai persiapan penguburan Yesus. Itulah sebabnya Yesus memuji perbuatan peremuan tersebut walaupun dipahami sebagai pemborosan. Tidak sekedar pujian biasa tetapi dikatakan perbuatannya itu akan terus diingat (ayat 9).

Pointer Aplikasi
  1. Murid-murid gagal mengenal Yesus dengan baik; gagal memahami jalan yang harus dilalui, setidaknya dengan hati mereka. Mengapa bisa demikian? Karena pikiran mereka telah dikaburkan oleh ambisi mereka untuk menjadi siapa yang terbesar. Kepentingan pribadi telah menghalangi mereka memahami isi hati Tuhan dan untuk turut merasakan apa yang Ia rasakan. Asumsi yang salah dan pengharapan yang salah akan Mesias menghalangi orang untuk mengenal Yesus Kristus secara benar. Itulah yang terjadi pada waktu Yesus pergi ke Yerusalem. Dalam Matius 21:9 (introitus) disebutkan: “Dan orang banyak yang berjalan di depan Yesus dan yang mengikuti-Nya dari belakang berseru, katanya: "Hosana bagi Anak Daud, diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan, hosana di tempat yang mahatinggi!” Namun tidak lama kemudian, ketika Yesus tidak seperti yang mereka harapkan, mereka mengatakan “enyahkan Dia, salibkan Dia[3]. Hal inilah juga yang menjadi krisis terbesar yang dihadapi gereja saat ini, yakni krisis pengenalan akan Yesus. Banyak orang tidak mengenal Yesus dengan sungguh-sungguh meskipun mereka mengaku kristen, dan bahkan menyerukan nama Tuhan Yesus. Hal ini nampak dalam sikap hidup mereka yang menjadi batu sandungan.
  2. Apa yang penting kita lakukan bagi Yesus? Respons Yesus terhadap perempuan yang mengurapinya dengan minyak narwastu telah menyatakan apa yang diingini Yesus kita lakukan kepadaNya. Pertama, Yesus mau agar kita mengenalnya dengan baik, mengenal isi hati Tuhan. Bagaimana caranya? Tentunya dengan membaca FirmanNya dan berdoa, baik secara pribadi-pribadi maupun melalui persekutuan. Kedua, Tuhan mau kita mempersembahkan bagiNya persembahan yang terbaik, bukan sisa-sisa; sisa tenaga, sisa pikiran, sisa waktu atau sisa uang. Dan persembahan yang terbaik itu menurut Paulus yakni dengan mempersembahkan tubuh kita kepada Tuhan[4]. Artinya apa pun yang kita kerjakan dan lakukan semuanya dalam rangka memuliakan Dia. Bila itu yang kita lakukan berarti kita sudah menghormati dan memuliakanNya.
Jatiwaringin-Pondok Gede 16 Maret 2011
Pdt.S.Brahmana
Catatan Sermon:
Dalam hal apa saja kita dapat menghormati dan memuliakan Yesus? Tentunya dalam banyak hal. Apa pun yang kita lakukan dan kerjakan seharusnya dalam rangka menghormati dan memuliakan Yesus. Contoh kecil, bahwa kita sudah menghormati dan memuliakan Yesus yakni dengan menghargai dan menghormati orang lain tanpa terkecuali[5].


[1] Seorang yang telah disembuhkan dari sakit kusta.

[2] Yohanes 12:3

[3] Yohanes 19:15

[4] Roma 12:1

[5] Bd.Matius 25:40


Artikel lain yang terkait:



0 komentar:

Post a Comment