Bacaan : Kisah Para Rasul 19:1-7; Khotbah : Kejadian 50:15-21
(1) Sebagaimana dahulu Yusuf memanggil ayahnya Yakub dan saudara-saudaranya untuk berpindah ke Mesir, dan Yusuf memberikan tanah yang subur bagi mereka di daerah Gosyen di pinggiran sungai Nil. Membuktikan bahwa Yusuf sebenarnya tidak mendendam pada siapapun, karena ia menyadari bahwa rencana Allah untuk merubah manusia itu dengan banyak cara. Walaupun kadang terasa berat namun bila iman percaya pada Allah maka Allah memberi suatu kebaikan baginya, itulah perjalanan Yusuf mulai dari dibenci saudara-saudaranya, dijual,dijadikan budak dan difitnah namun Yusuf tetap pada prinsip sekali beriman tetap beriman. Tidak mau jatuh oleh tawaran dunia ini, namun ia ingin menyadarkan orang lain bahwa Allah yang ia percaya adalah Allah yang membuka jalan bagi orang yang berbuat baik. Janganlah balas kejahatan dengan kejahatan, inilah prinsip yusuf sepanjang hidupnya.
(2) Semasih hidupnya sang papanya tercinta yakni Yakub, hidup mereka aman-aman saja baik perasaan saudara-saudara Yusuf yang dulu pernah menjualnya. Mereka hidup saling mengasihi, dan adanya suatu penghargaan dari orang Mesir bagi keluarga Yusuf di Tanah Gosyen, mereka hidup senang sebagai petani dan peternak. Dan hubungan antara Yusuf dengan keluarganya di Gosyen tetap hubungan sebagai keluarga dan Yusuf tidak pernah memperlakukan dirinya sebagai penguasa terhadap saudara-saudaranya. Dan memang hal inilah juga selalu ditanamkan sang ayah (Yakub) sebagai sentral pemersatu, harus hidup baik diantara saudara-saudaranya. Dan hal ini juga kehendak Allah, sebab diatas segala-galanya adalah kasih mengasihi, dan bukan dendam mendendam. Kalau hidup saling mengasihi maka kehidupan ini alangkah indahnya, namun jikalau hidup saling mendendam dan mementingkan kehendak maka akan menemui permusuhan, pertikaian dan pengorbanan.
(3) Kematian sang Ayah(Yakub), membawa dukacita bagi Yusuf dan saudara-saudaranya, sebab seorang sosok Yakub sebagai pemersatu telah tiada seketika itu juga Yusuf merebahkan dirinya di atas jenasah Ayahnya sambil menangis, demikian juga saudara-saudara ikut merasa sedih dan mereka berkabung selama 70 hari untuk memberi suatu penghormatan bagi Yusuf yang saat itu adalah penguasa di Mesir dan Raja Mesir mengijinkan Yusuf dan saudara-saudaranya untuk menguburkan ayah mereka di Kanaan seperti yang diamanahkan sang Ayah dan ini mereka taati sebab hal itu merupakan perbuatan terpuji, serta lewat itu maka mereka taat pada apa yang diajarkan Yakub sepanjang hidupnya.
(4) Setelah penguburan sang Ayah, tentunya bagi Yusuf merasa kesepian, namun bagi saudara-saudaranya suatu ketakutan,sebab teringat kembali mereka apa yang pernah mereka perbuat dahulu saat masih hidup di Kanaan semasa remaja bersama sang ayah. Kini yang mereka segani sebagai sentral penasihat sudah tiada. Mereka serasa akan segera dihukum bahkan dibunuh oleh Yusuf yang memiliki kuasa, mereka serasa hidup tidak lama lagi. Pikiran mereka yang dahulu mendendam akan di balaskan dengan dendam pula oleh Yusuf. Mereka pernah berbuat jahat pada sang penguasa, saat ini jika hal itu terjadi mereka tidak punya kemampuan dan sang pembela telah pergi. Maka dengan memberanikan diri mereka mengutus utusannya untuk menemui Yusuf dan menguntai kata seolah-olah ini juga adalah amanah ayahnya pada Yusuf. Mereka memohon ampunan dari segala kejahatan-kejahatan dan dendamnya dahulu. Ternyata dalam ketakutan teringat apa yang pernah diperbuat serta rela minta maaf serta merelakan dirinya menjadi budak di tanah kekuasaannya itu. Mereka merasa hal itu akan meluluhkan hati Yusuf, ternyata bagi Yusuf dendam tidak pernha ada Karena saat saudara saudaranya dulu datang membeli gandum pun sebenarnya bisa dia lakukan namunn Yusuf sadar bahwa manusia tidak baik berbalas dendam.
(5) Prinsip hidup sang penguasa (Yusuf) adalah mengasihi, tetap memberi ketenangan dan kenyamanan bagi saudara-saudaranya tinggal di Mesir, sebab dia tidak akan pernah mengambil alih kehendak Allah menjadi suatu perbuatan bagi saudara-saudaranya untuk membalaskan (ayat 19). Maka dengan kata “Jangan takut, aku akan menanggung makananmu dan makanan anak-anakmu” dan Yusuf menghibur mereka dan menyenangkan hati mereka (ayat 20-21). Perbuatan Yusuf inilah perbuatan Kristiani, sebab dia tidak melakukan hal-hal yang negative terhadap saudara-saudaranya. Dia mengasihi sesamanya.
Pointer
- Sebagai orang percaya pada Kristus jangan kita melakukan hal-hal yang menyakitkan hati sesame kita termasuk saudara kita (saudara Yusuf)
- Janganlah mencurigai hal-hal yang negative terhadap orang lain termasuk saudara kita (saudara Yusuf)
- Hiduplah tidak mendendam/tidak mengingat-ingat kesalahan masa lalu yang diperbuat orang lain
- Hiduplah mau memaafkan sesama kita, karena hidup ini adalah harus saling mengasihi terhadap sesame (Yusuf)
- Di dalam keluarga kita janganlah terjadi perselisihan di antara sesama saudara bila orang tua sudah tidak ada bersama kita (Yusuf) 6) Binalah hubungan yang baik di tengah-tengah keluarga kita. Jadikan dasarnya Yesus
Catatan Sermon:
- Salah satu gaya hidup orang percaya adalah mengampuni. Dan untuk dapat mengampuni bukan pekara mudah, karena dosa yang telah pernah menguasai manusia membuat hawa nafsu mementingkan diri sendiri/egois menguasai manusia dan salah satu tampilannya ialah sudah mengampuni orang yang bersalah kepadanya. Dari dirinya sendiri sifat ini tidak akan pernah menjadi hilang pada diri manusia, kecuali ada kuasa yang sedemikian kuat dari luar dirinya untuk memampukannya menimalisasi pengaruh tersebut. Kuasa tersebut tidak lain Roh Kudus”.
- Ada 5 hal penting mengenai “Saling mengampuni”: (1) Mengampuni kesalahan orang lain bukan sesuatu yang membanggakan orang duniawi, tetapi bagi orang percaya tidak demikian; (2) Kejahatan membalas kejahatan bukan menyelesaikan masalah, tetapi sebaliknya kejahatan terus meningkat; (3) Mengampuni salah saudara kita, doa kita didengarkan Tuhan; (4) Seperti kita sendiri merindukan agar orang mengampuni kesalahan kita, tentu orang lain juga demikian (Luk.6:31, Mat. 7:12); (5) Pemahaman dan pengertian bahwa kita sudah sertai, dipimpin dan diberkati, walaupun sebelumnya kita di jolimi, atau dibuat menderita tidak membuat kita menjadi dendam, tetapi mengampuni. 3 Job 42:15
0 komentar:
Post a Comment