Friday, 28 December 2012

Khotbah Matius 8:23-27, Minggu 20 Januari 2013

Introitus :  
Peliharalah aku seperti biji mata, sembunyikanlah aku dalam naungan sayap-Mu/Kawali aku bagi ngkawali anak mata, buniken aku i teruh kabengNdu (Masmur 17:8)
 
Bacaan :   Masmur 36 : 6-13; Khotbah :   Matius 8:23-27 (Tunggal)

Thema :  
”Teneng Ibas Ndalani Kegeluhen”/Tenang Menjalani Kehidupan

Saudara-saudara didalam Yesus Kristus,
Salah satu yang dicari atau diperjuangkan manusia di dalam kehidupan ini adalah kebahagiaan hidup. Hal ini menjadi wajar karena setiap manusia pasti ingin hidupnya berbahagia. Untuk mendapatkannya banyak hal atau cara yang dilakukan, misalnya saja ketika kita beranggapan bahwa materi atau uang yang banyak memberikan kebahagiaan maka wajar sekali jika uang yang menjadi perjuangan di dalam kehidupan ini, bahkan sering sekali untuk mendapatkannya segala cara dilakukan termasuk didalamnya upaya yang instant dengan cara merugikan orang lain bahkan diri sendiri sebagai akibatnya. Secara umum banyak orang beranggapan bahwa uang/materi/kekayaan, jabatan/kedudukan (termasuk status sosial), pengetahuan (kehebatan) inilah yang dapat mendatangkan kebahagiaan hidup. Hal ini juga dapat dilihat dari realita kehidupan ini maka orang-orang yang mendapatkan hal tersebut diatas sudah dianggap hidup bahagia. Pertanyaannya : Apakah benar semuanya itu pasti mendatangkan kebahagiaan ?

Kenyataannya ketika kita berbicara dengan orang-orang yang kita anggap bahagia seperti gambaran diatas ternyata banyak juga dari mereka yang hidup berkecukupan dari segi harta, hebat dari pengetahuan, sukses di dalam kedudukan/jabatan ternyata mereka juga belum merasakan kebahagiaan tersebut. Ketika ditelusuri ada saja yang membuat ketidak tenangan yaitu kekawatiran di dalam kehidupan ini. Apakah berhubungan dengan masa depan (diri sendiri, keluarga = anak-anak), pengaturan/pengelolaan apa yang mereka miliki dan sebagainya. Sederhananya mereka masih saja diliputi kekawatiran.

Mengapa hal ini dapat terjadi ? Hal ini dapat saja kita menjawabnya karena kita tidak tau apa yang terjadi besok, minggu depan, bulan depan atau tahun depan.... Bisa saja semua yang kita miliki hilang/habis ketika berhadapan dengan berbagai masalah, hal ini membuat kita selalu berupaya sebaik mungkin menjaga apa yang kita miliki. Semuanya ini tidaklah keliru sepanjang kita tidak hanya mengandalkan diri sendiri. Ketika seseorang mampu me-manage pola pikirnya dengan baik tentu ada ketenangan didalam perjalanan hidupnya, sebaliknya ketidakmampuan me-manage pikiran kita maka akan bermunculan kekawatiran bahkan ketakutan di dalam hidup ini.

Apa yang harus kita lakukan ?..... Bagaimana caranya aku dapat hidup tenang dan berbahagia ? Menjawab pertanyaan ini tentu kita harus terlebih dahulu menyadari bahwa didalam perjalanan hidup ini tidak semuanya berjalan seperti yang kita harapkan. Sekalipun kita adalah orang yang beriman/percaya, tidaklah menjamin maka hidup ini akan terjadi seperti yang kita harapkan saja. Banyak hal akan terjadi, karena hidup ini akan terus berputar seperti roda.... yang perlu diingat janganlah kita berhenti menjalankan roda kehidupan ini dan tetaplah berpegang kepada yang mengendalikan roda kehidupan ini yaitu Tuhan Allah.

Pada Minggu 2 setelah ephipanias ini kita bersyukur bahwa Tuhan Allah kembali mengingatkan kita bahkan menerangi diri, pikiran kita karena Allah adalah kasih yang menginginkan kita anakNya hidup didalam kebahagiaan dan sukacita. Sebagai anak Allah kita diterangi Minggu ini tentang kasih Allah yang luar biasa. Pengertian sederhana dapat kita imani bahwa di dalam Tuhanlah kita mendapatkan kebahagiaan dan ketenangan hidup. Pemazmur memberikan kesaksian bagi kita bagaimana Allah adalah penuh/maha kasih, ia menggambarkan kasih Allah sampai kelangit (tidak terukur), setiaNya sampai ke awan, keadilanNya seperti gunung dan hukumNya seperti samudera (Maz 36:6-7). Bahkan pemazmur juga merasakan perlindungan Allah seperti dibawah sayap Tuhan (penuh keteduhan dan kesenangan) memberikan yang terbaik bagi anakNya : kesukaan dan kesenangan (ay. 8-9). Artinya Pemazmur benar mengimani bahwa didalam Tuhanlah ia mendapatkan kebahagiaan hidup.

Bagaimana dengan kita...? didalam berbagai liku-liku kehidupan ini yang sering suka duka silih berganti... apakah kita tetap mengimani seperti pemazmur? Tentu kita juga seharusnya demikian. Sekalipun banyak peristiwa yang kita hadapi tidak seperti yang kita harapkan tentu tidaklah membuat kita lari dari kasih Allah. Sekalipun banyak yang menawarkan jalan menuju kebahagiaan hidup baiklah kita hanya percaya kepada pemilik kebahagiaan itu yaitu Tuhan Allah. Janganlah kiranya ketika kita berhadapan dengan masalah kita menjadi takut bahkan tidak tau harus mencari pertolongan kemana. Ingatlah ada Tuhan yang tetap akan menolong kita.

Peristiwa ketika Yesus dan murid-muridNya menyeberangi danau dan pada saat diperjalanan itu Yesus tertidur diperahu sementara datang angin ribut jelas membuat murid-murid Yesus dipenuhi ketakutan yang luar biasa. Yang ada dibenak mereka adalah “celaka” Pikiran tersebut membuat mereka lupa bahwa ada Tuhan didalam Perahu tersebut. Ketika mereka membangunkan Yesus maka Yesus menunjukkan kuasaNya dengan menenangkan angin ribut tersebut. Peristiwa ini dicatat di dalam Injil Matius dan Minggu ini menjadi bahan Kotbah kita.

Melalui peristiwa ini kita kembali diingatkan bahwa sering sekali didalam perjalan hidup ini kita seperti murid-murid Yesus. Kelemahan murid-murid terlihat dari ketidak mampuan mereka melihat dan mengenal kemahakuasaan Yesus. Ketika diperhadapkan dengan masalah (angin ribut) maka yang muncul adalah ungkapan “celakalah kita” . Sampai di dalam kehidupan jaman sekarang ini banyak juga orang yang tidak mampu melihat/menghadapi masalah dengan mengandalkan iman percayanya kepada Yesus. Justru yang ada adalah dengan mengandalkan kekuatan diri sendiri menghadapi masalah tersebut sampai akhirnya yang ada di dalam benak pikiran kita adalah “bahaya, celaka” yang justru membuat kita tidak dapat hidup dengan tenang. Mengapa hal ini terjadi....? Jelas semuanya itu karena kita senantiasa “membiarkan Yesus Tidur” di dalam kehidupan kita. Artinya karena kita tidak lagi berseru, berserah bahkan memanggil, berhubungan dengannya, kita hanya sibuk dengan urusan, perjuangan, pekerjaan atau setiap aktivitas kita, maka sama saja kita menidurkan Yesus didalam diri kita. Akibatnya kita akan selalu merasa takut bahkan menganggap persoalan yang kita hadapi begitu beratnya bahkan sampai tidak ada jalan keluar. Ingat Ada Yesus yang akan tetap setia menolong kita. Mari kita selalu “membangunkan Dia” didalam kehidupan kita dengan cara selalu berseru kepadaNya melalui doa kita, ibadah kita dengan kata lain jagalah hubungan yang harmonis dengan Tuhan, maka ketika kita berhadapan dengan masalah kehidupan ini kita tidak takut karena ada Tuhan yang akan menolong kita. Pasti semuanya ini akan membawa ketenangan bagi kita di dalam menjalani hidup ini. Ingatlah dengan tenang dan selalu mendengar suaraNya akan menolong kita menyelesaikan banyak hal termasuk masalah seberat apapun yang kita hadapi. (Ilustrasi : 3 orang anak yang disuruh bapaknya menemukan sebuah jam tangan di sebuah gudang yang gelap dan berserakan.... Anak 1 membawa sekop..(Menggambarkan orang yang menghadapi masalah dengan mengandalkan kekuatannya)... tapi sampai dia kelelahan dia tidak mampu menemukannya. Anak 2 Membawa senter ...(menggambarkan orang yang menghadapi masalah dengan menyalahkan orang lain), sampai batree senternya habis dia tidah temukan. Anak 3 dalam waktu sekejap di dapat menemukan jam tersebut karena yang dibawanya adalah ketenangan... Dia masuk kedalam gudang dan mendengarkan bunyi jarum jam yang bergerak..tik..tik..tik dan dia menemukannya. Jadi ketenangan itu bersumber dari Tuhan maka berserahlah kepadaNya maka kita juga akan mendengar suaraNya.... Anakku Aku ada disini menolongmu.... Luar biasa Tuhan kita..... Amin 
Bekasi, Desember 2012
Pdt. Alexander. S. S.Th
081386498009; 087777100076;
singchall@yahoo.co.id; alex.singchall@gmail.com


Artikel lain yang terkait:



0 komentar:

Post a Comment