Introitus :
Itulah
yang harus ada di sampingnya dan haruslah ia membacanya seumur hidupnya
untuk belajar takut akan TUHAN, Allahnya, dengan berpegang pada segala
isi hukum dan ketetapan ini untuk dilakukannya (Ulangan 17:19).
Bacaan: Matius 2:1-12; Khotbah: Mazmur 72:1-7, 11-14
Thema:
Pemimpin yang adil dan benar (Pemimpin si bujur ras adil)
Saudara yang dikasihi Tuhan Yesus
Kita
sering mendengar orang memperbincangkan, mendiskusikan mengenai
pemimpin, baik dalam arti orangnya maupun dalam kaitan dengan
pengertian, tugas/fungsi, kedudukan, dst dari seorang pemimpin[1].
Bahkan dalam doa kita sering mendoakan para pemimpin agar mereka
memimpin dengan adil, benar dan jujur. Dalam konteks pemerintah, agar
pemimpin itu memperhatikan kesejahteraan rakyatnya, terjamin keamananya.
Banyak lagi harapan kepada seorang pemimpin. Demikian pentingnya
peranan seorang pemimpin sehingga menjadi perbincangan yang tidak
habis-habisnya.
Minggu
ini, menurut tahun gerejawi disebut Minggu Ephipanias, kita akan
belajar melalui Firman Tuhan Matius 2:1-12 yang menjadi pembacaan kita
dan Mazmur 72:1-7, 11-14 yang menjadi nas khotbah mengenai
kepemimpinan. Melalui Pembacaan, kita dapat mempelajari 3 contoh
kepemimpinan yakni Orang Majus, Herodes dan Yesus Kristus. Dan melalui
perikop khotbah kita akan mempelajari karatristik dan nilai-nilai
kepemimpinan yang berkenan kepada Allah. Sebenarnya di dalam Alkitab
kita dapat belajar banyak mengenai sosok pemimpin yang baik dan juga
pemimpin yang tidak baik. Kita bisa belajar bagaimana kepemimpinan
Abraham, Yakub, Yusuf, Musa, Yosua, Saul, Daud, Ahab, Yudas Iskariot,
Petrus, Yesus, dsb.
Saudara-saudara
yang dikasihi Tuhan Yesus, mari kita melihat bagai mana kepemimpinan
yang diperlihatkan Orang Majus, Herodes, Yesus.
Kepemimpinan Orang Majus.
Memang Alkitab tidak banyak menyebutkan tentang Orang Majus. Namun demikian, kita dapat belajar banyak darinya.
1. Kepemimpinan yang gigih dan konsisten
2. Kepemimpinan team work yang solit
3. Kepemimpinan yang mau turba (Turun Kebawah), mau bertanya dan mendengar.
4. Pemimpin yang peka terhadap suara hati, suara Tuhan dan mematuhinya
Kepemimpinan Raja Herodes
1. Pemimpin yang Penuh dengan kekuasaan (Otoriter).
2. Pemimpin yang Penuh dengan amarah dan kejam
3. Pemimpin yang munafik dan penuh dengan tipu muslihat.
Kepemimpinan Yesus Kristus
1. Pemimpin yang memperlihatkan sebagai Seorang Gembala Yang Baik (Matius 2:6, Bd.Yohanes 10:1-21).
Melalui
ketiga contoh kepemimpinan ini, tentu kita tidak akan meneladani
kepemimpinan Herodes. Namun ironisnya, kepemimpinan yang demikian yang
sering dipertontonkan. Kita mengharapkan dan mendoakan agar kepemimpinan
demikian tidak dipraktekkan oleh setiap orang percaya, terlebih di
tengah-tengah gereja, ditengah-tengah jemaat. Alkitab terang menderang
mengingatkan akan hal ini, bahwa Allah sangat tidak berkenan. Di dalam 1
Petrus 5:3 disebutkan “Janganlah bertindak sebagai penguasa terhadap
mereka yang dipercayakan kepadamu, melainkan jadilah teladan untuk
mereka” (Bd.Yehezkiel 22:25; Matius 20:25-27). Imamat 25:43 “janganlah engkau memerintah dia dengan kejam, melainkan engkau harus takut akan Allahmu”.
Demikian juga mengenai kemunafikan, tipu muslihat. Yesus mengkritik
dengan keras pemimpin-pemimpin agama Yahudi dengan mengatakan “Hai
orang-orang munafik! Benarlah nubuat Yesaya tentang kamu: Bangsa ini
memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya jauh dari pada-Ku.
Bagai
mana dengan kepemimpinan orang Majus? Menurut saya, Kepemimpinan Orang
Majus cukup baik. Paling tidak mereka sangat gigih. Untuk mencapai
tujuan bertemu dengan “Raja Orang Yahudi yang baru lahir” mereka rela
berkorban waktu, materi, tenaga dan pikiran. Juga mereka rendah hati dan
mau bertanya, terlebih mau mendengar suara Tuhan. Walaupun harus
ditambahkan bahwa mereka bertanya dan mau mendengar karena ada maunya,
juga opsesi mereka untuk membuktikan kebenaran ilmu pengetahuan yang
mereka digeluti, yakni ilmu falak (astronomi), perbintangan. Berbeda
dengan kepemimpinan Yesus. Banyak tokoh-tokoh besar dunia sukses dalam
kepemimpinan mereka oleh karena mempraktekkan gaya kepemimpinan Yesus,
yakni Kepemimpinan Seorang Gembala, kepemimpinan yang melayani dan bukan
untuk dilayani (Matius 20:28, Markus 10:45).
Kepemimpinan
gembala berbeda dengan kepemimpinan serigala (menghalalkan segala cara
agar tetap survive). Kepemimpinan gembala mengacu kepada prinsip
kepemimpinan “4M”:
(1) M = Mengenal; (2) M = Mengasuh; (3) M = Mengayomi; (4) M = Melindungi.
Dan
kepemimpinan ini dilandasi dasar “kasih” yang sejati, kasih agave.
Tujuan utamanya tidak lain bagaimana domba-dombanya selamat dan menjadi
gemuk-gemuk (bd.Mazmur 23:1-6). Dan kehidupan Yesus selama 33 tahun dan 3
tahun diantaranya melakukan pelayanan, memperlihatkan kepemimpinan
sebagaimana telah disebut para nabi, khususnya nabi Yesaya “Sebab
seorang anak telah lahir untuk kita, seorang putera telah diberikan
untuk kita; lambang pemerintahan ada di atas bahunya, dan namanya
disebutkan orang: Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa yang Kekal,
Raja Damai. Besar kekuasaannya, dan damai sejahtera tidak akan
berkesudahan di atas takhta Daud dan di dalam kerajaannya, karena ia mendasarkan dan mengokohkannya dengan keadilan dan kebenaran dari sekarang sampai selama-lamanya. Kecemburuan TUHAN semesta alam akan melakukan hal ini (Yesaya 9:5-6).
Saudara
yang kekasih, karatristik kepemimpinan demikianlah yang disebutkan
dalam Mazmur 72:1-7, 11-14. Kata kunci di dalam nas kita ini tidak lain
kepemimpinan yang berlaku adil, jujur, serta peduli dan mau perpihak
kepada mereka yang miskin, lemah dan yang tertindas, serta berani dengan
tegas menghukum kejahatan (ayat 4).
Jadi, berbicara mengenai pemimpin, saudara dan saya adalah juga pemimpin[2]. Sebagaimana definisi kepemimpinan adalah kemampuan mempengaruhi,
maka sebagai orang percaya kita semua dipanggil untuk mempengaruhi
setiap orang agar percaya dan hidup seturut dengan kehendak Allah, yakni
hidup berlaku adil dan benar, juga yang peduli dan mau bertindak
memberikan keberpihakan dan pertolongan kepada mereka yang lemah,
miskin, dan teraniaya karena diperlakukan tidak adil. Apakah kita sudah
menjadi seorang pemimpin yang adil dan benar? Saya percaya bahwa kita
mau meneladani kepemimpinan Yesus, kepemimpinan seorang gembala. Dan
hidup dalam takut akan Tuhan (Introitus) atau hidup dalam persekutun
dengan Tuhan Yesus kita akan mampu melakukan panggilan sebagai
pemimpin/kita akan berbuah (Bd.Yohanes 15:5). Amin.
Pdt.S.Brahmana
[1]
Arti pemimpin adalah seorang pribadi yang memiliki kecakapan dan
kelebihan, khususnya kecakapan/ kelebihan di satu bidang sehingga dia
mampu mempengaruhi orang-orang lain untuk bersama-sama melakukan
aktivitas-aktivitas tertentu demi pencapaian satu atau beberapa tujuan
(Kartini Kartono, Pemimpin dan Kepemimpinan (Jakarta: CV Rajawali,
1988), hlm. 33). Dan bagaimana dengan kepemimpinan rohani? Ada beragam
definisi mengenai kepemimpinan rohani atau Kristen. (1) “Kepemimpinan
adalah pengaruh.” (Oswald J. Sanders). (2) “Tugas utama pemimpin adalah
mempengaruhi umat Allah untuk melaksanakan rencana Allah.” (Robert
Clinton); (3) “Seorang pemimpin Kristen yaitu seorang yang dipanggil
oleh Allah untuk memimpin; dia memimpin dengan dan melalui karakter
seperti Kristus; dan menunjukkan kemampuan fungsional yang memungkinkan
kepemimpinan efektif terjadi.” (George Barna); (4) “Kepemimpinan rohani
adalah menggerakkan orang-orang berdasarkan agenda Allah.” (Henry &
Richard Blackaby)
0 komentar:
Post a Comment