Introitus :
Tetapi apabila aku berpikir: “Aku tidak mau mengingat Dia dan tidak mau mengucapkan firman lagi demi nama-Nya”, maka dalam hatiku ada sesuatu yang seperti api yang menyala-nyala, terkurung dalam tulang-tulangku; aku berlelah-lelah untuk menahannya, tetapi aku tidak sanggup. [Yeremia 20:9]
Bacaan : Matius 10: 5-15; Khotbah : Yeremia 1: 4-10
Thema :
Kerjakanlah/Lakukanlah Pekerjaan Tuhan (Dahikenlah Dahin Tuhan)
Pendahuluan
Nabi Yeremia adalah anak Imam Hilkia dari Anatot-Tanah Benyamin. Yeremia adalah salah seorang Nabi besar di Perjanjian lama. Arti nama Yeremia ialah: “Tuhan Adalah Tinggi (Luhur).” Pelayanannya meliputi masa waktu 40 tahun, sekitar tahun 626 SM-587 SM; pada pemerintahan raja Yehuda: Raja Yosia, Yoahas, Yoyakhin, Yoyakhim dan Zedekia. Pada masa itu kerajaan-kerajaan sekitar Yehuda mulai berkembang, dan bangkit ingin menguasai Yehuda. Kerajaan tersebut antara lain: Asyur, Mesir dan Babel. Situasi Yehuda pada saat itu berada dalam krisis moral, kepemimpinan, agama, tidak memperdulikan hak-hak orang miskin, janda, yatim piatu, dll. Dalam situasi yang demikianlah Yeremia dipanggil Allah dengan tugas: “Ketahuilah, pada hari ini Aku mengangkat engkau atas bangsa-bangsa dan atas kerajaan-kerajaan untuk mencabut dan merobohkan, untuk membinasakan dan meruntuhkan, untuk membangun dan menanam. Bagaimana sikap dan reaksi Yeremia atas tugas tersebut? Inilah yang menjadi bahan renungan kita pada minggu ini.
Uraian Nats: Yeremia 1: 4-10
Ayat 5
Mengenal: Kata ini hampir sama dengan “memilih” atau “mengasihi”. Dalam Kejadian 18: 19 kata kerja yang sama diterjemahkan dengan “memilih”. Bandingkan juga Mazmur 1:6, “sebab TUHAN mengenal jalan orang benar, tetapi jalan orang fasik menuju kebinasaan.”
Menguduskan: Kata ini berarti bahwa Yeremia ditetapkan untuk memainkan pernan yang khusus dalam rencana TUHAN. Jadi, tidak diartikan bahwa Yeremia disucikan secara batin. Nabi: Tugas seorang nabi ialah menerima firman dari Tuhan dan memberitahukannya kepada orang-orang lain. Yeremia justru untuk tugas yang demikian.
Ayat 6
Muda: Kata ini tidak menjelaskan umur Yeremia secara persis. Tetapi kemungkinan besar bahwa Yeremia belum berumur 20 tahun, sebab di Israel kuno biasanya seseorang kawin pada umur 18 atau 19 tahun dan Yeremia tidak kawin karena pemanggilannya/panggilannya (16: 1-2). Diperhadapkan dengan tugas yang berat ini, Yeremia mengajukan protes/keberatan. Alasannya bahwa dia masih muda, merasa belum matang dan belum sanggup, sebab di Israel kuno tua-tualah, bukan pemuda yang memberi perintah dan nasihat yang patut dihormati. Yeremia mempunyai sifat yang sensitif dan dia ingin hidup dengan tenang sehingga tidak disalahpahami, dibenci dan diolok-olokkan. Pergolakan antara kehendak Yeremia dan kehendak Tuhan telah mulai pada saat itu dan akan berlangsung lama.
Ayat 7
Dan apa pun yang Kuperintahkan kepadamu, haruslah kausampaikan.
Tuhan tidak membebaskan Yeremia dari tugasnya karena keberatannya itu; sebalikna, Dia tidak memberikan kepadanya pilihan lain, kecuali menanti kehendak-Nya. Tentu Yeremia akan mengalami perlawanan dan bahaya, tetapi dia tidak boleh takut karena Tuhan akan menyertai dan menolongnya.
Ayat 8
Janganlah takut kepada mereka.
Yeremia selalu mengingat panggilan Tuhan padanya dan mengingat begitu besar kasih Allah padanya, yang menyertai dan memberikan kekuatan baginya. Karena tetap terngiang di telinganya janji-janji Tuhan pada waktu pemanggilannya mengatakan “jangan takut.” Janji inilah yang menguatkan hatinya sehingga dia tidak gentar dan takut, tetapi malah membuatnya ulet dan tangguh, karena bukan dirinya yang ditonjolkan tetapi Roh Tuhan yang menyertai, memberikan kekuatan untuk supaya rencana-Nya dapat tercapai di dunia ini.
Ayat 9
Aku menaruh perkataan-perkataan-Ku ke dalam mulutmu.
Yeremia mengakui; Tuhan dapat melihat batin dan hati, dapat mengetahui yang benar dan salah, tidak ada rencana manusia yang tidak diketahui Tuhan, karena tidak ada yang tersembunyi dari hadapan Allah. Oleh karena itu Yeremia memasrahkan diri kepada tangan pengasihan Tuhan, segala tantangan, segala perkara, segalanya dipasrahkan kepada Tuhan; “sebab kepadamulah kuserahkkan perkaraku.” Yeremia mengetahui bahwa setiap perkataan-perkataan yang disampaikan kepada orang banyak adalah berasal dari Allah, bukan dari dirinya.
Ayat 10
Mencabut, merobohkan, membinasakan, meruntuhkan: Keempat kata kerja ini menunjuk kepada hukuman yang akan Tuhan jatuhkan atas bangsa-bangsa dan kerajaan-kerajaan yang tidak taat.
Membangun, menanam: kedua kata kerja ini menunjuk kepada keselamatan yang akan mengikuti hukuman tersebut.
Bacaan: Matius 10: 5-15
Hubungan pribadi murid-murid dengan Yesus mendapat penekanan yang utama dan pertama. Hubungan pribadi itu harus terpelihara secara ketat, terus terang dan tidak ada penyesalan di kemudian hari. Di dalam hubungan itu ada ikatan ikatan bersyarat, yang menghubungkan pelayanan kesaksian seseorang di hadapan manusia dengan statusnya kemudian di akhir zaman. Artinya, dituntut adanya kejujuran dan ketulusan dalam pelayanan seorang murid Yesus (orang Kristen); menghindari ancaman dan penderitaan dengan bersikap kompromis dengan kejahatan adalah berarti pengkhianatan yang memutuskan hubungan kita dengan Yesus. Kesetiaan seseorang dalam menyaksikan Nama Yesus di hadapan manusia akan menentukan statusnya di depan Allah pada akhir zaman.
Seorang murid Yesus yang setia menyaksikan Nama-Nya memperoleh hak dan kuasa sebagai duta Kristus di dunia ini. seorang murid yang setia memiliki wibawa dan kuasa yang penuh untuk mewakili Yesus di dalam pelayanannya di dunia ini. Murid-murid Yesus di manapun dan kapanpun melayani adalah duta Kristus yang berkuasa penuh. Oleh karena itu, menyambut seorang murid Yesus yang setia adalah berarti menyambut Kristus sendiri. Sebaliknya, menolak pelayaan seorang Kristen yang setia adalah berarti menolak Yesus sendiri. Implikasi teologis dari wibawa dan kuasa yang besar seperti itu adalah: di dalam dirinya seorang murid Yesus (seorang Kristen) harus memelihara “citra” (lebih tepatnya: gambar dan rupa) Yesus di dalam segala aspek hidupnya, sehingga siapapun yang bertemu dan berkomunikasi dengan seorang murid Yesus akan mengenal dengan tepat gambar dan rupa Yesus yang sesungguhnya.
Keberpihakan Yesus kepada murid-Nya secara tegas dinyatakan dengan memberikan jaminan bagi siapa saja yang mendukung pelayanan murid-murid yang setia itu, maka mereka akan menerima upahnya. Apa yang diakukan seseorang terhadap seorang murid-Nya yang setia tidak akan diabaikan oleh Yesus. Tuhan akan memperhitungkan dukungan yang diberikan siapa saja terhadap pelayanan seorang murid-Nya. Oleh karena itu, firman ini hendak mengajak setiap orang untuk menyambut hamba-hamba Tuhan dengan mendukung pelayanannya di tengah-tengah jemaat dan dunia ini.
Introitus: Yeremia 20:9
Tetapi apabila aku berpikir: “Aku tidak mau mengingat Dia dan tidak mau mengucapkan Firman lagi demi nama-Nya”. Berdasarkan ini dari sudut lahirlah karena begitu berat tantangan yang dihadapi, seakan-akan dia pesimis, kecewa, karena dia menjadi bahan perguncingan dan tertawaan, diolok, terlebih lagi Firman Tuhan yang disampaikannya menjadi cemoohan bagi orang yang akan binasa (bnd. I Kor. 1: 18). Tetapi pada saat dia akan jatuh, dia dapat merasakan “maka dalam hatiku ada sesuatu yang seperti api yang menyala-nyala, terkurung dalam tulang-tulangku; aku berlelah-lelah untuk menahannya, tetapi aku tidak sanggup.
Ancaman dari pihak pemerintah, demikian juga dengan sahabat karibnya sendri yang dianggap sebagai teman penghiburan telah berganti menjadi sahabat yang mengintai kesalahannya supaya dapat diadukan dan akan menjatuhkannya. Dia tersingkir dari kehidupan teman-temannya/pergaulan setiap hari. Tetapi walau berbagai taktik untuk menjatuhkannya karena Tuhan menyertainya segalanya dapat teratasi. Seperti Raja Salomo mengatakan (dalam Amsal 16 : 9).
Renungan
Persoalan kehidupan yang sangat aktual dan menjadi wacana yang hangat saat ini adalah bagaimana menata kehidupan kebangsaan kita di tengah-tengah negeri ini.
Kalau kita bicara dalam konteks khusus yakni bangsa Indonesia, maka boleh dikatakan bahwa waktu dan dana bahkan harga diri dan nyawa telah begitu banyak dipertaruhkan (baca: menjadi korban) secara sia-sia. Sementara itu, tidak ada seorangpun dari komponen bangsa ini yang tidak merasa bahwa ia sedang memperjuangkan keadilan dan hak azasi; apakah itu dalam arah perpolitikan, apakah itu Legislatig, Eksekutif, Judikatif, dunia akademisi, bisnis, LSM, kelompok agama masyaraat adat hingga :parengge-rengge”. Yang aneh, adalah hampir semuanya selalu mengharapkan berada di pihak yang diuntungkan. Dan sungguh ironis bahwa semua yang merasa sedang memperjuangkan rakyat sekalipun tumbal mereka adalah rakyat juga. Kehidupan yang damai, aman, sejahtera telah seolah-olah hanya sebuah cita-cita belaka yang diwujudkan. Dan tidak kurang orang yang menjadikannya menjadi komoditi yang dapat menghasilkan keuntungan pribadi dan kelompok.
Nabi Yeremia adalah seorang yang turut dalam perjuangan meraih keadilan dan damai sejahtera. Ia bahkan menjadi korban penindasan dalam upaya meraih cita-cita tersebut. Ia tidak berbicara atas nama pribadi atau kelompoknya. Ia berbicara atas nama Tuhan Allah untuk kesejahteraan umat Allah. Kesejahteraan umat telah sedemikan berharga bagi Allah, sebab hal itu maksud dari semula dijanjikannya untuk umat ciptaan-Nya. Allah melihat betapa umat Israel telah sedemikian menderita dalam pembuangan. Sebab sejak zaman raja Zedekia dan Yoyakim memerintah, bahkan sejak mereka terbuang dan menjadi tawanan. Kehidupan yang aman, damai, adil dan sejahtera telah begitu jauh terenggut dari kehidupan mereka. Keadilan menjadi kata kunci dalam seluruh gerak dan dinamika hubungan mereka dengan TUHAN. Keadilan adalah teriakan mereka, sebab mereka diperlakukan tidak adil.
Perikope ini jelas mengatakan bahwa barang siapa yang tidak mau hidup dalam terang Tuhan tidak akan mengalami penerangan dalam hidupnya. Bangsa yang selalu berpaling dari Firman Tuhan akan mengalami pembuangan dan jauh dari keselamatan. Tetapi bangsa yang selalu dekat dengan Firman Tuhan akan memperoleh keselamatan, bahkan Tuhan akan berkenan kepadaNya senantiasa. Sesungguhnya tidak ada damai yang sejati kalau tidak hidup bersama-sama dengan Tuhan. Sehingga tidak ada tawar menawar harus bulatkan hati dan tekad untuk hidup bersama-sama dengan Tuhan.
Keberpihakan Yesus kepada murid-muridNya perlu juga dipahami sebagai kesempatan untuk berpartisipasi dalam pekerjaan Allah lewat pelayanan murid-muridNya. Artinya, seseorang yang tidak memiliki kesempatan untuk menjadi pendeta, evanglis atau pemberita firman, baik di tengah-tengah jemaat maupun ke tengah-tengah bangsa yang belum pernah mendengarkan Injil Kristus, maka ia tetap dapat berpartisipasi di dalam pelayanan itu dengan berbagai dukungan moral, material dan lain sebagainya. Hal itu dapat dilakukan secara langsung maupun tidak langsung. Secara tidak langsung misalnya dengan mengkampanyekan solidaritas sosial, mmenghentikan kekerasan, korupsi dan membela kebenaran serta keadilan sosial, di tempat atau lingkungan kerjanya, sudah dapat diperhitungkan menyambut murid-murid Yesus, dan mereka akan menerima upah sebagaimana diterima seorang nabi atau orang benar.
Kesempulan
1. Tuhan memberitahukan kepada geraja dan orang percaya, bahwa di dunia ini selalu akan ada ancaman yaitu rancangan sitematis penghancuran gereja/orang percaya secara moral dan spiritual. Hanya orang yang dengar-dengaran akan Firman Tuhanlah yang dapat menyadari hal ini dan diselamatkan.
2. Tuhanlah yang bentuk dan berkuasa untuk menghakimi dunia ini. KepadaNya gereja harus percaya dan menaruh harap akan keadilan, kebenaran, serta mohon perlindungan.
3. Panggilan dan suruhan gereja secara organisasi dan gereja secara pribadi untuk Bersukutu, Bersaksi dan Melayani harus menjadi pola hidup orang percaya setiap saat.
4. Tuhan selalu bersedia dan selalu mendengar segala keluh kesah kita jika kita berserah kepadaNya. Amin.
GBKP DEPOK-L.A.
Pdt. Abdi E. Sebayang, M.Th
1 komentar:
Terimakasih Pak buat artikelnya. saya sangat di berkati dan membantu untuk penyelesaian Skripsi tahun ini. Tuhan Yesus Memberkati
By: Herman Jumaco
Sekretariat GPI Petra Pondok Melati, Bekasi
Post a Comment