Introitus:
Tetapi tidak akan masuk ke dalamnya sesuatu yang
najis, atau orang yang melakukan kekejian atau dusta, tetapi hanya mereka yang
namanya tertulis di dalam kitab kehidupan Anak Domba itu (Wahyu 21:27).
Bacaan: Yesaya 58:1-9a (Tunggal); Khotbah: Matius 5:13-20 (Tunggal)
Thema:
Sorga adalah tempat orang yang
hidupnya bercahaya di depan semua orang (Bd.Matius 5:16).
Renungan
Saudara/i yang dikasihi Tuhan.
Saya tidah tahu apakah ada orang yang tidak mau masuk
sorga. Tetapi setiap orang beragama saya yakin semua mau masuk sorga, walaupun
ada orang yang tidak mau sekarang masuk sorga. Ia mau masuk sorga setelah
terpaksa mandah dari dunia ini oleh karena sakit, keadaan sangat susah, atau
karena badan sudah lapuk dimakan usia. Kalau masih keadaan normal apa lagi apa
yang dia mau di dunia ini dapat diperoleh, kemungkinan (kalau jujur) masih
belum mau ke sorga. Bagaimana dengan saudara? Yang pasti walaupun mau masuk
sorga, itu tidak serta merta jadi seperti yang diingini. Sebab mau masuk sorga
tidaklah mudah. Di dalam Matius 7:21 dikatakan “Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke
dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di
sorga”. Juga di dalam Wahyu 21:27 “Tetapi tidak akan masuk ke dalamnya sesuatu
yang najis, atau orang yang melakukan kekejian atau dusta, tetapi hanya mereka
yang namanya tertulis di dalam kitab kehidupan Anak Domba itu”. Tetapi juga
bukanlah tidak mungkin atau sukar sebab di dalam Yohanes 3:16 disebutkan “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia
ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya
tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal”; bandingkan juga di dalam Roma 10:9 “Sebab jika kamu mengaku dengan mulutmu, bahwa Yesus adalah Tuhan, dan
percaya dalam hatimu, bahwa Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang
mati, maka kamu akan diselamatkan”. Jadi jalan masuk ke sorga hanyalah
dengan menerima anugrah pengampunan di
dalam percaya Kepada Yesus (Bd.Efesus 2:8-9) yang telah mati dan pada hari
ketiga bangkit dari antara orang mati dan naik ke sorga.
Apakah dengan percaya sudah cukup? Tidak! Percaya itu
haruslah diikuti mempercayakan diri (bhs.Karo: erkiniteken). Dan orang yang
mempercayakan diri sudah pasti menuruti Firman Allah di dalam hidupnya.
Sebagaimana dalam perikop renungan kita, Matius 5:13-20, Yesus mengidentikkan
orang percaya dengan garam dan terang dunia. Artinya ketika orang sudah pada
level mempercayakan diri sudah pasti apa yang dimaui oleh yang di per-Tuhan
atau yang dipercayainya akan dilakukan dengan penuh ketatan dan kesungguhan. Dalam
hal ini melakukan fungsi sebagai garam dan terang dalam kehidupannya itu
berarti setiap kehadiran orang percaya bukan kehadiran biasa-biasa saja tetapi
kehadiran yang sangat penting bagi dunia iniI. Inilah yang dimaksud ayat 16 “Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya
di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan
Bapamu yang di sorga”. Hal ini sejalan dengan apa yang menjadi tekanan di
dalam Pembacaan kita, Yesaya 58:1-9. Ada dua hal yang dikemukakan. Pertama,
kehidupan melakukan kegiatan-kegiatan agama secara formal penting, tetapi bila
dilakukan dengan sikap hidup yang tidak bertobat seperti disebutkan dalam ayat
3b dan 4, maka Allah tidak akan menjawab doa-doa kita. Kedua, Allah mengingini
perbuatan baik bagi sesama manusia sebagai dampak melakukan ibadah dan
kegiatan-kegiatan agama secara formal, seperti disebutkan dalam ayat 6 dan 7 (“Berpuasa yang Kukehendaki, ialah supaya
engkau membuka belenggu-belenggu kelaliman, dan melepaskan tali-tali kuk,
supaya engkau memerdekakan orang yang teraniaya dan mematahkan setiap kuk,
supaya engkau memecah-mecah rotimu bagi orang yang lapar dan membawa ke rumahmu
orang miskin yang tak punya rumah, dan apabila engkau melihat orang telanjang,
supaya engkau memberi dia pakaian dan tidak menyembunyikan diri terhadap
saudaramu sendiri”).
Saudara/i yang dikasihi Tuhan Yesus. Bagaimana dengan hidup
keagamaan kita saat ini? Apakah terang kita sangat bercahaya bagi orang lain,
atau bercahaya biasa-biasa saja, atau sama sekali tidak lagi bercahaya? Apapun
jawabannya, Yesus menghendaki terang kita bercahaya didepan semua orang, yakni
dengan mempertontonkan kehidupan kita sebagai anak-anak Allah yang gemar
melakukan perbuatan-perbuatan yang baik di dalam kehidupan kita. Ingat,
walaupun kita sudah menerima anugrah pengampunan di dalam percaya kepada Yesus
Kristus, tetapi anugrah yang mahal tersebut menuntut hidup keagamaan kita lebih
baik[1]
dari hidup keagamaan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, jika tidak
demikian kita tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga (Matius 5:20).
Sungguhkah anda terobsesi pada waktunya nanti
diperkenankan masuk sorga? Jika benar, hendaknya terangmu bercahaya di depan
orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang
di sorga. Sebab sebagaimana thema kita “Sorga adalah tempat orang yang hidupnya
bercahaya di depan semua orang pada waktu hidup di dunia”. Amin.
Pdt.S.Brahmana
[1]
Kata “lebih baik” yang dimaksudkan adalah sehubungan dengan melakukan kehendak
Allah. Bandingkan terjemahan bahasa Karo Matius 5:20 “Kukataken pe man bandu
maka labo kam banci bengket ku bas Kinirajan Surga adi la kin tutusen atendu erbahan si ngena ate Dibata asa guru-guru agama ras kalak Parisi”
(terjemahan bebas: kukatakan kepadamu, kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan
Allah jikalau engkau tidak lebih sungguh-sungguh melakukan apa yang dikehendaki
Allah dibandingkan guru-guru agama dan orang Farisi).
0 komentar:
Post a Comment