Tuesday, 28 January 2014

Renungan / Khotbah Matius 5:13-20, Minggu 09 Februari 2014


Introitus:
Tetapi tidak akan masuk ke dalamnya sesuatu yang najis, atau orang yang melakukan kekejian atau dusta, tetapi hanya mereka yang namanya tertulis di dalam kitab kehidupan Anak Domba itu (Wahyu 21:27).

Bacaan: Yesaya 58:1-9a (Tunggal); Khotbah:  Matius 5:13-20 (Tunggal)

Thema:  
Sorga adalah tempat orang yang hidupnya bercahaya di depan semua orang (Bd.Matius 5:16).

Renungan
Saudara/i yang dikasihi Tuhan.
Saya tidah tahu apakah ada orang yang tidak mau masuk sorga. Tetapi setiap orang beragama saya yakin semua mau masuk sorga, walaupun ada orang yang tidak mau sekarang masuk sorga. Ia mau masuk sorga setelah terpaksa mandah dari dunia ini oleh karena sakit, keadaan sangat susah, atau karena badan sudah lapuk dimakan usia. Kalau masih keadaan normal apa lagi apa yang dia mau di dunia ini dapat diperoleh, kemungkinan (kalau jujur) masih belum mau ke sorga. Bagaimana dengan saudara? Yang pasti walaupun mau masuk sorga, itu tidak serta merta jadi seperti yang diingini. Sebab mau masuk sorga tidaklah mudah. Di dalam Matius 7:21 dikatakan “Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga”.  Juga di dalam Wahyu 21:27 “Tetapi tidak akan masuk ke dalamnya sesuatu yang najis, atau orang yang melakukan kekejian atau dusta, tetapi hanya mereka yang namanya tertulis di dalam kitab kehidupan Anak Domba itu”. Tetapi juga bukanlah tidak mungkin atau sukar sebab di dalam Yohanes 3:16 disebutkan “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal”; bandingkan juga di dalam Roma 10:9 “Sebab jika kamu mengaku dengan mulutmu, bahwa Yesus adalah Tuhan, dan percaya dalam hatimu, bahwa Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati, maka kamu akan diselamatkan”. Jadi jalan masuk ke sorga hanyalah dengan menerima anugrah  pengampunan di dalam percaya Kepada Yesus (Bd.Efesus 2:8-9) yang telah mati dan pada hari ketiga bangkit dari antara orang mati dan naik ke sorga.

Apakah dengan percaya sudah cukup? Tidak! Percaya itu haruslah diikuti mempercayakan diri (bhs.Karo: erkiniteken). Dan orang yang mempercayakan diri sudah pasti menuruti Firman Allah di dalam hidupnya. Sebagaimana dalam perikop renungan kita, Matius 5:13-20, Yesus mengidentikkan orang percaya dengan garam dan terang dunia. Artinya ketika orang sudah pada level mempercayakan diri sudah pasti apa yang dimaui oleh yang di per-Tuhan atau yang dipercayainya akan dilakukan dengan penuh ketatan dan kesungguhan. Dalam hal ini melakukan fungsi sebagai garam dan terang dalam kehidupannya itu berarti setiap kehadiran orang percaya bukan kehadiran biasa-biasa saja tetapi kehadiran yang sangat penting bagi dunia iniI. Inilah yang dimaksud ayat 16 “Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga”. Hal ini sejalan dengan apa yang menjadi tekanan di dalam Pembacaan kita, Yesaya 58:1-9. Ada dua hal yang dikemukakan. Pertama, kehidupan melakukan kegiatan-kegiatan agama secara formal penting, tetapi bila dilakukan dengan sikap hidup yang tidak bertobat seperti disebutkan dalam ayat 3b dan 4, maka Allah tidak akan menjawab doa-doa kita. Kedua, Allah mengingini perbuatan baik bagi sesama manusia sebagai dampak melakukan ibadah dan kegiatan-kegiatan agama secara formal, seperti  disebutkan dalam ayat 6 dan 7 (“Berpuasa yang Kukehendaki, ialah supaya engkau membuka belenggu-belenggu kelaliman, dan melepaskan tali-tali kuk, supaya engkau memerdekakan orang yang teraniaya dan mematahkan setiap kuk, supaya engkau memecah-mecah rotimu bagi orang yang lapar dan membawa ke rumahmu orang miskin yang tak punya rumah, dan apabila engkau melihat orang telanjang, supaya engkau memberi dia pakaian dan tidak menyembunyikan diri terhadap saudaramu sendiri”).

Saudara/i yang dikasihi Tuhan Yesus. Bagaimana dengan hidup keagamaan kita saat ini? Apakah terang kita sangat bercahaya bagi orang lain, atau bercahaya biasa-biasa saja, atau sama sekali tidak lagi bercahaya? Apapun jawabannya, Yesus menghendaki terang kita bercahaya didepan semua orang, yakni dengan mempertontonkan kehidupan kita sebagai anak-anak Allah yang gemar melakukan perbuatan-perbuatan yang baik di dalam kehidupan kita. Ingat, walaupun kita sudah menerima anugrah pengampunan di dalam percaya kepada Yesus Kristus, tetapi anugrah yang mahal tersebut menuntut hidup keagamaan kita lebih baik[1] dari hidup keagamaan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, jika tidak demikian kita tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga (Matius 5:20).

Sungguhkah anda terobsesi pada waktunya nanti diperkenankan masuk sorga? Jika benar, hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga. Sebab sebagaimana thema kita “Sorga adalah tempat orang yang hidupnya bercahaya di depan semua orang pada waktu hidup di dunia”. Amin.

Pdt.S.Brahmana



[1] Kata “lebih baik” yang dimaksudkan adalah sehubungan dengan melakukan kehendak Allah. Bandingkan terjemahan bahasa Karo Matius 5:20 “Kukataken pe man bandu maka labo kam banci bengket ku bas Kinirajan Surga adi la kin tutusen atendu erbahan si ngena ate Dibata  asa guru-guru agama ras kalak Parisi” (terjemahan bebas: kukatakan kepadamu, kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Allah jikalau engkau tidak lebih sungguh-sungguh melakukan apa yang dikehendaki Allah dibandingkan guru-guru agama dan orang Farisi).


Artikel lain yang terkait:



0 komentar:

Post a Comment