Tuesday, 28 October 2014

Renungan / Khotbah Matius 25:1-13, Minggu 9 November 2014

Introitus : 
Karena itu, berjaga-jagalah, sebab kamu tidak tahu akan hari maupun akan saatnya. Matius 25 : 13

Bacaan : Amos 5 : 18 – 24 (Tunggal); Khotbah : Matius 25 : 1 - 13 (Tunggal)

Thema : “Bersiaplah”. (Ersikaplah)

Ketika tahun lalu terjadi erupsi Gunung Sinabung, setelah beberapa lama dan berkali-kali terjadi erupsi yang mengakibatkan terjadinya arus pengungsian hingga penutupan 5 desa di seputaran Gunung Sinabung; Salah seorang Pakar Gunung Berapi yakni Surono yang dikenal dengan Mbah Rono mengatakan bahwa erupsi ini belum berhenti. Dan terbukti bahwa apa yang dikatakannya itu bukanlah sebuah ramalan atau analisa bohong. Bulan Oktober yang lalu, kembali terjadi erupsi Gunung Sinabung. Yang ingin saya sampaikan di sini ialah pesannya kepada masyarakat di sekitar Gunung Sinabung yaitu “jangan lengah, waspada, kenali tanda-tanda dan senantiasa bersiap sedia”. Sehungga bila terjadi hal-hal yang tidak diinginkan maka tidak aka nada korban akibat erupsi gunung itu.

Ini berkaitan dengan sesuatu yang terjadi bukan setiap saat atau tepatnya pada waktu-waktu tertentu. Maksudnya, disetiap aktifitas yang akan kita lakukan kita perlu mengadakan persiapan. Berolahraga saja butuh persiapan baik dari apa jenisnya hingga pelaksanaannya yang juga membutuhkan pemanasan atau warming up. Ini tujuannya agar tubuh kita tidak mengalami cedera atau keterkejutan.

Saudaraku…..
Hari ini kita dibawa kepada sebuah perenungan akan keberadaan hidup kita di hadapan Tuhan kita. Keberadaan hidup yang pada akhirnya menyatakan bagaimana kita dalam mempertanggungjawabkan setiap kesempatan hidup yang Tuhan berikan pada kita. Apakah yang sudah kita isi dan lakukan selama ini? Adakah itu “menyenangkan” atau “mendukakan” hati Tuhan. Menyenangkan hati Tuhan tentu dengan kita melakukan apa yang Dia inginkan dan menjauhkan apa yang Dia larang. Mendukakan hati Tuhan adalah dengan mengabaikan setiap keinginanNya dan lebih mengutamakan keinginan kita. Bahkan menampakkan “kemunafikan” di hadapan Tuhan. Berlaku “bak orang Saleh dan Beriman” padahal lumuran dosa membaluti kehidupan kita.

Dua bagian dalam pembacaan Alkitab kita pada hari ini sama-sama menunjukkan ketidaksukaan Tuhan pada manusia. Kitab Amos menunjukkan bagaimana penolakan Tuhan akan setiap hal yang dilakukan oleh “bangsaNya”. Intinya, bila dilakukan dengan dasar kebenaran maka Tuhan akan sangat berkenan akan ibadah dan persembahan bangsaNya. Tapi dikarenakan ibadah dan persembahan yang dilakukan hanya sebuah “ritual tanpa makna iman”; inilah yang menyebabkan Tuhan menolak setiap apa yang dilakukan oleh umatNya. Hal kedua, melalui pembacaan Matius, kita diajak untuk melihat ada dua golongan manusia. Pertama adalah manusia bijak, dan yang kedua adalah manusia bodoh. Dikatakan bijak karena mereka mencoba memperhitungkan segala sesuatu kemungkinan yang bakal terjadi sebelum mereka mendapatkan sukacita. Mereka mempersiapkan segala sesuatu baik itu berupa materi (minyak) dan jasmani. Mereka sudah melatih diri untuk bias berjaga melebihi batas kebiasaan yang ada. Sedangkan pada pihak yang lainnya, mereka hanya mempersiapkan seadanya, dan juga tidak melatih diri untuk bias berjaga-jaga bila saatnya Sang Mempelai tiba. Dan pada akhirnya ternyatalah, bila dikaitkan pada bacaan pertama; Tuhan tidak menginginkan ketidakbenaran dan pada bacaan kedua, Tuhan tidak menginginkan orang-orang bodoh yang tidak bersiap.

Tempat Tuhan adalah tempat yang kudus, waktu Tuhan juga adalah waktu yang hanya milikNya. Lalu, bila tempat Tuhan adalah tempat yang kudus berarti itu berlaku hanya bagi orang-orang yang berupaya untuk senantiasa hidup kudus di hadapannya tanpa kemunafikan atau “pura-pura kudus”. Manusia bias tertipu oleh penampilan kita, tapi Tuhan tidak. Perjamuan Tuhan diadakanNya menurut waktuNya dan yang pasti Perjamuan itu ada dan hanya berlaku pada orang-orang yang setia menunggu kedatanganNya. Tidak menjadi orang-orang “ yang ketinggalan kereta dan ketinggalan rombongan”

Saudaraku….
Melalui khotbah Minggu ini ada beberapa hal yang Tuhan mau ingatkan kepada kita yaitu:

1. Jangan Lengah
Kehidupan kita di dunia ini bukanlah segalanya, kita boleh berletih lelah dalam mengupayakan apa yang kita inginkan bagi kemakmuran hidup kita. Namun perlu diingatkan kembali bahwa perlu keseimbangan antara praktek duniawi dan juga praktek keimanan. Sebagaimana kita memakai segala akal pikiran dan tenaga dalam memperjuangkan hidup, demikianlah juga hendaknya kita memperjuangkan keberadaan kita agar tetap berada di jalur kasih Tuhan. Sehingga bila saatnya tiba (saat yang hanya Tuhan yang tahu) kita tetap ada di barisan orang-orang yang berjalan menuju kemuliaanNya

2. Jangan Bodoh
Menganggap bahwa waktu Tuhan masih lama, merupakan kebodohan yang sering terjadi dalam kehidupan kita. Akibat dari kebodohan kita ini, kita menjadi orang yang merasa punya kuasa atas waktu yang bergulir. Mengabaikan panggilan Tuhan untuk datang kepadaNya. Merasa bahwa Tuhan akan mengasihi dan memaafkan kesalahan kita tepat diwaktu akhir kehidupan kita. Benar memang, tapi siapa tahu kapan akhir kehidupan kita itu tiba?

3. Kuduskan Persembahan
Dunia punya kecenderungan untuk membebaskan kita untuk mendapatkan apa yang kita inginkan dengan segala cara entah itu dengan mencuri, merampas yang bukan hak kita, memberikan sogok atau suap pada pihak-pihak yang kita anggap “bisa memuluskan” keinginan kita. Lalu berlagak bak Pahlawan dan Orang Saleh di kehidupan masyarakat dan Gereja. Hadir dan memberikan “persembahan” yang besar melebihi orang lain. Tapi ingat!!!! Tuhan sama sekali tidak suka itu…. Tuhan sangat membenci itu…… Tuhan kita menginginkan kita menyembah Dia dengan hati dan persembahan yang bersih tanpa terkontaminasi racun dunia. Ingat bahwa persembahan janda miskin menjadi lebih berharga ketimbang persembahan orang kaya (Markus 12:42). .

4. Bersyukurlah Senantiasa dan Latihlah Iman
Setiap waktu yang Tuhan berikan dalam kehidupan kita adalah anugrah yang layak untuk senantiasa kita syukuri. Mengapa? Karena di setiap waktu bersama dengan Tuhan menyatakan bahwa Tuhan peduli dan senantiasa mempersiapkan yang terbaik dalam kehidupan kita. Ingat bahwa yang terbaik dalam pemahaman kita belum tentu baik bagi Tuhan. Tapi yang baik dari Tuhan walau tidak baik menurut keinginan kita; bila kita mau pandang dari keimanan kita maka ia jauh lebih baik dari keinginan kita. Karena “keinginan” kita bisa berbuah dosa yang berakibat kematian; tapi keinginanNya pasti berbuah kehidupan. Melatih diri dengan membiasakan hidup dalam keinginan baik Tuhan adalah hal terbaik yang bisa kita lakukan yakni dengan melatih kesetiaan dan kebenaran dalam ibadah dan persembahan kita. Jangan pernah merasa cukup dengan aktifitas iman yang kita lakukan. Jangan pernah merasa bosan berbagi berkat dan persembahan dari apa yang Tuhan anugrahkan.

Semoga khotbah hari ini menjadikan kita menjadi anak-anakNya yang senantiasa “bersiap, waspada, dan setia dalam penantian” akan kedatangan Sang Mempelai.
Amin…

Pdt. Benhard Roy Calvyn Munthe
081361131151 – rcmunthe@ymail.com

Catatan
1. Hanya satu perbedaan tetapi menentukan. Demikianlah kalau digambarkan perumpamaan 10 orang gadis yang dibagi 2 kelompok. Ke dua kelompok (10 gadis) sama-sama gadis, sama-sama mempunyai kesempatan untuk menyambut mempelai, sama-sama membawa pelita, sama-sama mengantuk dan tertidur, namun hanya satu kelompok (5 gadis) yang membawa minyak persediaan/minyak serap dan ternyata perbedaan ini sangat menentukan untuk dapat masuk ke ruang perjamuan kawin. Adakah kita mempunyai perbedaan dengan anak-anak dunia ini?


Artikel lain yang terkait:



0 komentar:

Post a Comment