KHOTBAH
MINGGU, 14 JUNI 2020
Minggi
I Setelah Trinitatis/Minggu UEM
Invocatio:
Tetapi aku, dengan ucapan syukur akan kupersembahkan korban kepada-Mu; apa yang kunazarkan akan kubayar. Keselamatan adalah dari TUHAN!" (Yunus 2:9)
Pembacaan: Amos 5:6-14; Khotbah: Matius 12:15-21
Thema:
Hamba Pilihan Allah
Shalom, salam sehat, Tuhan Yesus memberkati kita sekalian
Jemaat yang dikasihi Tuhan, jika kita hidup pada zaman Yesus, mungkin kita juga bertanya-tanya apakah orang yang bernama Yesus dari Nazaret, yang banyak menyembuhkan orang sakit adalah sungguh Mesias yang dijanjikan Allah. Jangan-jangan kita juga adalah orang yang sepaham dengan kelompok Farisi bahwa Yesus perlu di bunuh (ayat 14). Tapi puji Tuhan, kita hidup di jaman ini, dan kita patut bersyukur sebab kita adalah orang yang sudah percaya kepada Yesus Kristus yang adalah Mesias yang di janjikan Allah untuk menolong manusia dari segala permasalahannya, terlebih masalah yang terutama bagi semua manusia yakni kebinasaan kekal oleh karena Dosa.
Firman Tuhan Minggu ini menyaksikan bahwa Yesus sungguh adalah Hamba pilihan Allah, legitimasi tersebut bukan pernyataan dari ucapan Yesus secara pribadi tapi dari apa yang dilakukanNya. Ia tidak berkoar-koar bahwa Dialah Mesias itu, bahkan dengan keras Yesus melarang memberitahukan bahwa Dia adalah Mesis. Mengapa demikian? Di dalam ayat 17 disebutkan supaya genaplah Firman yang disampaikan nabi Yesaya. Arti nya apa, artinya sebagai hamba Ia patuh kepada jalan yang telah dirancang tuanNya, yakni Bapa di Surga. Dan ini sekaligus mengingatkan agar orang-orang tidak terjebak kepada asesoris seorang hamba atau orang-orang mengaku beragama, atau yang mengaku-ngaku sebagai orang percaya, tetapi sikapnnya jauh dari seorang hamba, seorang beragama dan orang percaya. Lebih baik saksikanlah hidup kita melalui perbuatan, kasih dan kepedulian kita. Hal inilah yang disaksikan Yesus dalam perikop khotbah Minggu ini. Ia tidak mau berbantah-bantahan, atau berteriak ketika diriNya diperlakukan tidak semestinya bahkan mau dibunuh, Ia lebih memilih menghindar. Akan tetapi, ini yang menarik, kemana dan dimana saja Yesus, Ia membuat kebaikan, Ia membantu orang yang dalam kesusahan khususnya orang yang sakit (ayat 15b). Hal inilah harusnya kita perlihatkan dalam hidup kita, benar bahwa Yesus tidak lagi hadir secara fisik, tapi Yesus hadir melalui Roh Kudus di dalam hidup setiap orang percaya, saudara dan saya.
Saat ini kita sedang diperhadapkan persoalan virus corona, bagai mana sikap kita. Apakah hanya berdebat dan berteriak-teriak atau memposting akan bahaya virus ini? Mungkin itu juga ada baiknya, tetapi lebih baik jika kita menjadi teladan hidup sehat, dan khususnya patuh kepada anjuran pemerintah bagaimana upaya-upaya memutus rantai perkembangan virus ini, dan teruslah kita berdoa dengan sungguh-sungguh agar virus ini berlalu dari kehidupan kita, lingkungan kita, bangsa kita dan dunia ini.
Juga yang tidak kalak menariknya adalah apa yang disebutkan dalam ayat 20. Menarik sebab Yesus sebagai Hamba pilihan Allah tersebut, tetap memberi kesempatan kepada setiap orang untuk bertotbat, untuk percaya kepadaNya. Oleh karena itu, jika kita boleh hidup sampai saat ini seharusnya juga kita pahami sebaga kesabaran Allah kepada kita, yakni memberi kesempatan untuk berubah dan bertobat bagi yang belum bertobat. Hal ini juga mengingatkan kita agar tidak cepat-cepat menghakimi orang lain, memponis orang jahat tidak lagi bisa berubah, hal ini juga mengingatkan kita para orang tua jika ada anak-anak kita, keluarga kita sangat menjengkelkan, sangat membuat kita marah, putus asa oleh karena sikapnya, tingkah lakunya, kehidupannya yang tidak benar, karena hidup dalam dosa, kejahatan, narkoba, dll, ingatlah penolong kita yakni Yesus yang adalah Hamba yang dipilih Allah dengan caraNya mampu mengubahkan semuanya, sebab jika Ia sendiri tidak memutuskan buluh yang patah terkulai dan tidak memadamkan sumbu yang pudar nyalanya maka itu berarti ia memberi kesempatan dan mengasihi setiap orang yang belum bertobat agar bertabot. Sebagai orang percaya tentunya kita juga memiliki sikap dan pandangan seperti Yesus ini. Untuk itu kita diingatkan agar tidak pernah putus asa, masih ada jalan bagi setiap orang untuk bertobat.
Mengenai hal ini ada kesaksian seorang yang bernama Oscar Cervantes. Ia pernah dipenjara 17 kali karena melakukan berbagai kekerasan dan kejahatan. Para psikiater yang melayani para tawanan menyatakan bahwa kondisi Oscar sudah tidak tertolong lagi. Ternyata, mereka keliru. Ketika terbebas dari penjara ia bertemu dengan orang tua yang bersaksi tentang Yesus Kristus. Oscar memutuskan untuk beriman kepada Kristus, dan ia berubah menjadi orang yang lemah lembut. Ia mendalami firman Tuhan sampai bisa mengajarkannya kepada orang lain. Akhirnya ia merintis pelayanan penjara di Soledad, California, AS.
Barangkali ketika jemaat mula-mula melihat kebengisan dan kebrutalan Saulus dalam menganianya pengikut Yesus. mereka pun berpikir serupa dengan para psikiater yang menangani Oscar, bahwa Saulus tak akan mungkin dipulihkan, tak akan mungkin mengenal Tuhan, terlebih pribadi yang haus darah seperti Saulus pasti masuk neraka. Nyatanya tidak demikian, Saulus bertobat dan menjadi rasul yang penuh dengan kasih karunia.
Jemaat yang dikasihi
Tuhan, melalui kesaksian ini kiranya menguatkan kita untuk tidak menjadi orang
yang psimistis melihat ada orang di sekitar kita atau keluarga kita yang masih
hidup dalam kejahatan, hidup dalam dosa. Ingat orang yang penuh dengan
kelemahan dan dosa, tidak menandakan bahwa orang tersebut tidah dapat lagi
berubah atau bertobat. Oscar bias berubah dan bertobat, demikian juga Saulus
yang kemudian disebut Paulus menjadi pribadi yang luar biasa dalam melayani
Tuhan, tentu demikian juga setiap orang, khususnya keluarga kita bisa berubah
dan bertobat. Bagian kita adalah teruslah berdoa dan berikanlah kesempatan bagi
mereka. Nantikan Tuhan mengubah hidupnya. Ingatlah ini, SEBELUM BERAKHIR
KEHIDUPAN SESEORANG, BERARTI KESEMPATAN BERUBAH DAN BERTOBAT MASIH TERBUKA
LEBAR. Amin.
0 komentar:
Post a Comment