Sunday 30 August 2009

Khotbah Keluaran 13:11-16, Minggu 16 Agusutus 2009

Introitus :
Supaya seumur hidupmu engkau dan anak cucumu takut akan TUHAN, Allahmu, dan berpegang pada segala ketetapan dan perintah-Nya yang kusampaikan kepadamu, dan supaya lanjut umurmu/ Kidekah geluhndu, arus maka kam ras sinursurndu erkemalangen man TUHAN Dibatandu, dingen ngikutken undang-undangNa si Kubereken man bandu, gelah nggedang umurndu i bas negeri e (Ulangan 6:2).
Pembacaan : Galatia 5:13-15; Khotbah : Keluaran 13:11-16
Thema :
Allah telah menyelamatkan kita, bersyukurlah/
Dibata enggo nelamatken kita, ngataken bujurlah.

Pendahuluan
Banyak penyebab seseorang mengucap syukur. Karena sembuh dari penyakit, karena anak naik/ lulus sekolah dengan nilai baik, karena HUT, karena dapat kerja atau naik jabatan, dll. Demikian juga sebagai bangsa Indonesia kita bersyukur kepada Tuhan atas kemerdekaan dari penjajah. Yang pasti cara dan kualitas bersyukur dari setiap orang tidaklah sama. Ada yang mensyukuri HUT kelahiranya dengan pergi wisata, ada yang merayakanya bersama keluarga saja, ada bersama panti asuhan. Ada yang menganggap merayakan HUT tidak perlu, yang perlu sikap hidup yang lebih baik, dll. Yang pasti walaupun cara berbeda, kualitas syukur sangat ditentukan sejauh mana pemahaman dan kedalaman penghayatan seseorang atas intervensi yang ilahi dalan suatu peristiwa yang dialami. Ambil contoh tentang kemerdekaan bangsa kita. Kedalaman rasa syukur kita kepada Tuhan dan partisipasi kita atas anugrah kemerdekaan ini, pastilah sangat berbeda dengan mereka yang langsung sebagai pelaku sejarah, yang merasakan betapa menderitanya dijajah. Demikian juga ketika kita sakit. Kalau sakit biasa dan setelah makan obat langsung sembuh, mungkin kita mengucap syukur tapi sekedarnya. Berbeda dengan sakit yang sangat parah. Apalagi, misalnya telah divonis dokter bahwa penyakit kita tidak dapat lagi disembuhkan, tetapi kemudian oleh intervensi ilahi mujizat terjadi, kita sembuh total. Saya pikir kita akan sangat bersyukur. Bagaimana dengan keselamatan jiwa kita, apakah ini dianggap suatu hal yang serius dan berharga? Bagaimana atas vonis kematian kekal yang akan kita alami akibat dosa? Apakah membuat kita takut? Dan kemudian sangat mengharapkan agar hal itu tidak kita alami? Silahkan memberi jawaban yang sesungguhnya. Jawaban kita itulah menentukan kualitas suyukur kita atas keselamatan yang yang diprakarsai Allah dalam Yesus Kristus bagi kita. Sekedar bersyukur, bersyukur atau sungguh-sungguh bersyukur. Yang pasti Allah mau kita sungguh-sungguh bersyukur dengan segenap hati kita. Dengan cara bagaimana? Melalui pembacaan dan Nas renungan kita minggu ini kita akan belajar mengenai hal ini.
Pendalaman Nas
Bangsa israel dibebaskan/kemerdekaan dari perbuadakan di Mesir. Dalam Keluaran 1:8 disebutkan bahwa setelah Yusuf meninggal dan raja yang kemudian memerintah di Mesir tidak mengetahui tentang Yusuf, memperlakukan bangsa Israel dengan buruk. Dengan alasan kekuatiran jika bangsa Israel yang jumlahnya kian hari kian bertambah banyak tersebut bersekutu dengan musuh melawan mereka, diberlakukanlah kerja paksa bagi bangsa Israel. Tidak hanya itu, bahkan setiap anak laki-laki yang lahir harus dibunuh. Dalam situasi demikian, apa yang dapat dilakukan? Menginginkan merdeka? Pasti. Tetapi secara logika bangsa Israel juga tidak mungkin membebaskan diri dari perbudakan atas mereka. Karena itu mereka hanya dapat berteriak minta tolong kepada Allah. Dan teriakan mereka sampai kepada Allah[1]. Dan Allah menjawab doa mereka. Melalui Musa dan Harun Allah membebaskan umat Israel dari perbudakan mereka di Mesir. Tidak hanya di bebaskan, tetapi Allah juga memimpin mereka memasuki dan memiliki tanah Kanaan sebagaimana telah dijanjikan kepada nenek moyang mereka, Abraham, Ishak dan Yakub.
Nas kita, Keluaran 13:11-16, berisi ketetapan-ketetapan apa yang nantinya harus dilakukan bangsa Israel setelah mereka masuk ke tanah Kanaan. Dengan kata lain sebagai ucapan syukur atas perbuatan Tuhan yang luar biasa, yakni yang memungkinkan mereka dengan terpaksa di ijinkan Firaun keluar dari Mesir dan mendiami tanah Kanaan, mereka harus: Pertama, selalu memeperingati peristiwa tersebut[2]; Kedua, memberi persembahan kepada Tuhan. Persembahan dalam konteks nas kita berupa:
  • Semua anak sulung yang lahir dalam keluarga Israel harus dipersembahkan kepada Tuhan dengan cara menebusnya dengan domba jantan.
  • Semua anak hewan peliharaan yang jantan, yang pertama kali lahir (sulung) dipersembahkan kepada Tuhan, kecuali keledai karena kalede dianggab haram sehingga harus ditebus dengan anak domba atau kalau tidak harus dibunuh dengan mematahkan batang lehernya.

Mengapa setiap yang sulung? Hal ini mempunyai hubungan dengan tindakan Allah kepada bangsa Mesir ketika membebaskan bangsa Israel dari perbudakan. Semua anak sulung bangsa Mesir baik manusia maupun hewan mati, sementara hal yang mengerikan ini tidak terjadi bagi bangsa Isreal yang patuh kepada perintah Tuhan dengan membubuhkan sedikit darah domba jantan pada kedua tiang piuntu dan pada ambang atas rumah mereka[3]. Oleh karena itu dengan persembahan yang sulung berarti (a) mengingat perbuatan Allah yang luar biasa tersebut, (b) sebagai ucapan syukur.

Ketiga, melestarikan sejarah dengan memperingati dan menceritakan kepada keturunan. Ketetapan Allah ini tidak saja harus terus menerus dilakukan. Orang tua juga bertanggungjawab tidak saja mewariskan kebiasaan tersebut tetapi juga menjelaskan sejelas-jelasnya mengapa ketetapan-ketetapan itu dilakukan. Intinya tidak lain agar umat Israel dari generasi ke generasi tetap mengingat peristiwa pembebasan dari perbudakan mesir. Dengan mengingat hal tersebut dimaksudkan Implikasinya nampak dalam sikap hidup yang mengucap syukur serta berusaha hidup sebagai bangsa Tuhan.

Pointer Aplikasi

1. Bangsa Indonesia telah dimerdekakan dari penjajah 64 tahun yang lalu, bangsa Israel dari perbudakan di Mesir, dan kita? Kita lebih lagi. Kita telah dibebaskan dari kusa maut akibat dosa yang telah menguasai setiap manusia[4]. Sebab upah dosa adalah maut[5]. Hal ini terjadi dengan cara Allah sendiri dalam Yesus Kristus, tidak saja menjadi manusia, tapi sebagai manusia ia rela mati untuk menebus kita. Betapa beruntungnya kita. Apakah balasan kita? Paulus mengatakan bahwa setiap orang percaya adalah orang berhutang untuk hidup menurut Roh[6] dan juga berhutang kepada semua orang untuk memberitakan Injil[7]. Bagaimana dengan kita?

2. Paulus dalam Galatia 5:13-15 menegaskan tentang perbuatan Allah kepada kita, bahwa benar kita telah dibebaskan/dimerdekakan. Dan hal ini harus disyukuri dengan jalan (a) tidak menyalah gunakan kemerdekaan yang telah dianugrahkan dengan hidup menjadi batu sandungan bagi orang lain, atau saling menghakimi, (b) Mengasihi. Indikator patuh kepada Allah ialah hidup mengasihi Allah dan mengasihi manusia, (c) Memberi persembahan. Baik materi maupun non materi[8], (d) Menyaksikan keselamatan yang telah diberikan Allah kepada semua orang dan yang pertama kepada keluarga kita.

Pondok Gede, 14 Agustus 2009
Pdt.S.Brahmana

--------------------------------------

[1] Keluaran 2:23
[2] Peristiwa yang dimaksud tidak lain bahwa Tuhanlah yang membebaskan mereka dari perbudakan di Mesir dengan kekuatan tanganNya. Bukan kebetulan dan bukan karena kekuatan mereka. Tetapi semata-mata oleh karena kasih Tuhan.
[3] Keluaran 12:7, 12-13.
[4] Bd.Roma 3:23; Mazmur 51:7
[5] Roma 6:23
[6] Bd.Roma 8:10-13
[7] Roma 1:14
[8] Roma 12:1


Artikel lain yang terkait:



0 komentar:

Post a Comment