Thursday 10 July 2014

Renungan / Khotbah Matius 14:22-33, Minggu 10 Agustus 2014

Intoitus:
Sebab itu tabahkanlah hatimu,saudara-saudara!Karena Aku percaya kepada Allah,bahwa semuanya pasti terjadi sama seperti yang dinyatakannya padaku (Kis 27:25)

Bacaan : 1 Raja-raja 19:9-18; Khotbah : Matius 14:22-33

Tema : Jangan takut,Tetapkanlah hatimu/Ola mbiar tetaplah ukurndu

A.Pendahuluan
Menurut Purwadarminta dalam Kamus besar bahasa Indonesia,takut adalah tanggapan emosi terhadap ancaman ,takut adalah suatu mekanisme pertahanan hidup dasar yang terjadi sebagai respon terhadap suatu stimulus tertentu seperti rasa sakit atau ancaman dari bahaya. Sebenarnya takut adalah juga anugerah Tuhan, sebagai suatu hal yang selalu mengingatkan kita,untuk selalu waspada akan potensi bahaya yang bisa saja terjadi dalam kehidupan kit. Jadi Setiap orang pasti punya rasa takut,dan itu wajar tapi yang jadi masalah adalah kalau setiap saat takut atau terlalu banyak ketakutan apalagi tidak tahu alasan mengapa harus takut.Jangan Takut! Itulah perkataan Yesus kepada para murid yang ketakutan karena perahu mereka terombang-ambing badai (lih. Mat 14:27). Ketakutan membuat seseorang tidak dapat melihat segala sesuatunya dengan jelas, dan bahkan dapat mengaburkan iman. Namun, pandangan yang terus-menerus kepada Yesus dapat menguatkan iman, serta dapat memberikan pengharapan yang pasti kepada kita. Iman yang teguh membuat kita dapat melangkah dengan pasti dan pengharapan di dalam Yesus membuat kita tidak takut dan terus bertahan untuk mencapai tujuan akhir.Karena Yesus berkata, “Tenanglah! Aku ini, jangan takut!”

B.Isi

(1) Latar belakang perikop
Perikop dari Mat 14:22-23 menceritakan Yesus berjalan di atas air, yang juga diceritakan di dalam Injil yang lain, yaitu: Mrk 6:45-52 dan Yoh 6:16-21. Peristiwa Yesus berjalan di atas air terjadi setelah penggandaan roti dan terjadi ketika perahu yang ditumpangi para murid tertimpa badai topan di danau Galilea. Danau Galilea atau danau Genesaret (lih. Luk 5:1) atau disebut juga laut Tiberias (lih. Yoh 6:1; Yoh 21:1) adalah danau yang cukup luas, yang kurang lebih lebarnya hampir mencapai 10 km dengan panjang hampir mencapai 26 km. Kalau sebelumnya, banyak karya Yesus terjadi di sekitar danau Galilea, maka pada perikop ini, kita melihat bagaimana Yesus melakukan sesuatu yang melawan hukum alam, yaitu dengan berjalan di atas danau Galilea.

(2) Yesus menyuruh orang banyak pulang, lalu Dia pergi berdoa (ay.22-23)
Doa merupakan hal yang sangat penting memulai,melaakukan dan mengakhiri sebuah pekerjaan/pelayanan dilakukan dengan doa. Setelah Yesus melayani orang banyak, memberikan kesembuhan kepada mereka, serta mengadakan mukjizat penggandaan roti (lih. Mat 14:13-21), Dia menyuruh semua orang pergi termasuk juga para murid. Kemudian, Yesus pergi ke atas bukit, mengasingkan diri dan berdoa seorang diri. Yesus ingin menunjukkan kepada kita bahwa doa adalah merupakan sumber kekuatan bagi kehidupan umat beriman. Dan terutama doa harus menjadi sumber kekuatan bagi kita untuk hidup seperti yang di inginkan Allah (bandingkan dengan bahan bacaan, Elia yang mengalami kesesakan pergi untuk berdoa,dalam perjumpaanya dengan Tuhan Elia mendapat misi/tugas yang baru). Dengan berdoa,kita selalu menjalin komunikasi denganNya sehingga dengan berdoa kita selalu mengevaluasi pekerjaan yang telah kita lakukan..apakah seturut dengan Allah ataukah tidak..orang yang selalu berdoa berarti dekat dengan Allah dan dapat dipastikan kehidupannya penuh dengan pengharapan.

(3) Gelombang kehidupan (ay.24-26)
Setelah perahu murid-murid beberapa mil jauhnya dari pantai, perahu mereka diombang-ambingkan gelombang karena angin sakal. Sangat drastis sekali perubahan situasi yang dialami murid-murid Yesus, masih jelas dalam ingatan mereka, betapa beberapa waktu yang lalu mereka sangat berbahagia, sangat kagum ketika mereka melihat dengan mata mereka sendiri Yesus melakukan mujizat dengan memberi makan lima ribu orang hanya dengan lima roti dan dua ikan. Tapi sekarang gelombang besar datang dan mereka sangat ketakutan.Ketakutan murid-murid semakin bertambah ketika perahu mereka hampir tengelam,dan ditengah kelelehan mereka membuat perahu tidak tenggelam kira-kira jam tiga malam datanglah Yesus,dan ketika murid-muridNya melihat Dia berjalan diatas air mereka terkejut dan berteriak-teriak karena takut,mereka mengira Yesus adalah hantu.Hidup memang selalu berubah,tadi bahagia sebentar lagi bisa saja merana,atau pepatah karo seh sura-sura turah sinanggel.Murid-murid Tuhan Yesus didera ketakutan baik secara badaniah,mental bahkan spritual,karena saat-saat gawat itu mereka tidak bersama Yesus.

(4) “Tenanglah! Aku ini, jangan takut!” (ay27)
Para murid mungkin berjuang semalam suntuk di kapal dari terjangan ombak dan badai. Mungkin mereka menyadari bahwa guru mereka tidak bersama mereka, sehingga mereka tidak dapat meminta tolong kepada-Nya (lih. Luk 8:22-25). Pada saat gawat seperti ini dan pada waktu yang sungguh sulit dan tak terduga, mereka melihat sosok yang berjalan di atas air, sehingga mereka mengira bahwa itu adalah hantu (ay.26). Namun, kemudian Yesus berkata kepada mereka, “Tenanglah! Aku ini, jangan takut!” (ay.27) Kata “tenang” sering dipakai Yesus ketika Dia menguatkan orang-orang sakit yang datang kepada-Nya. Dia mengatakan kepada orang lumpuh (lih. Mat 9:2) dan kepada perempuan yang telah dua belas tahun menderita pendarahan (lih. Mat 9:22) agar mereka tenang, percaya, sehingga mereka dapat memperoleh kesembuhan. Bahkan Yesus mengatakan lebih lanjut, “Imanmu telah menyelamatkan engkau.” Dari sini kita dapat belajar, bahwa dalam kondisi tanpa harap, kita dapat terus berharap kepada Yesus. Yang diperlukan adalah kepercayaan bahwa Yesus akan membantu kita, dan tidak akan pernah membiarkan kita untuk menghadapi permasalahan hidup sendirian.”

(5) Mata yang tertuju kepada Yesus (ay.28-33)
Mendengar perkataan Yesus serta mengenali sosok dan suara Yesus, para murid mendapatkan ketenangan. Namun, bagi orang yang mengasihi, ketenangan saja tidaklah cukup. Orang yang mengasihi senantiasa ingin bersatu dengan orang yang dikasihinya. Petrus, yang mengasihi Yesus mengatakan, “Tuhan, apabila Engkau itu, suruhlah aku datang kepada-Mu berjalan di atas air.” (ay.28). Petrus ingin cepat bersama dengan Yesus yang saat itu masih berjalan di atas air dan imannya membuat dia percaya bahwa Yesuslah yang berjalan di atas air, serta percaya bahwa Yesus dapat memberikan kekuatan yang sama kepada dia untuk bisa berjalan juga diatas air. Melihat kedalaman hati Petrus, maka Yesus menjawab “Datanglah!” (ay.29). Dan dengan mata yang terus tertuju kepada Yesus, Petrus turun dari perahu, menapakkan kakinya dan kemudian berjalan di atas air mendapatkan Yesus. Imanlah yang membuat seseorang berani untuk meninggalkan apa yang dia punyai, melepaskan apa yang dia pegang, meninggalkan daerah nyamannya, dan kemudian melangkah ke sesuatu yang mungkin lebih sulit, lebih tidak nyaman. Karena imanlah Abraham mau meninggalkan yang dia miliki untuk menuju tanah terjanji; dan karena imanlah Musa mau pergi menghadap ke Firaun dan memimpin bangsa Israel keluar dari Mesir. Tokoh-tokoh Kitab Suci ini mau melakukan perintah Tuhan, karena mereka berpegang pada iman dan janji Allah. Demikian juga dengan Petrus, yang dengan berani menapakkan kakinya ke luar perahu, untuk berjalan di atas air, karena percaya pada Yesus, yang telah berkata kepadanya, “Datanglah!”Ketika Petrus tidak lagi berfokus pada Yesus, namun pada apa yang terjadi di sekitarnya, pada tiupan angin, maka hatinya dipenuhi dengan kebimbangan dan ketakutan, ia pu segera tenggelam. Segera Yesus mengulurkan tanganNya,memegang Petrus dan berkata”hai orang yang kurang percaya,mengapa engkau bimbang”?.Meragukan kuasa Allah atau tidak tujuan hidup yang tidak fokus kepada Allah membuat hidup selalu dikelilingi ketakutan dan tidak harapan yang pasti,padahal kita tahu ketika kita mengandalkaNya,Dia akan segera mengulurkan tanganNya,memberi solusi dalam setiap masalah tapi kita harus percaya/tidak bimbang dan tetap fokus padaNya.

C. Aplikasi.

Ketakutan harus dilawan dengan keberanian, yaitu sikap berani untuk menghadapi tantangan atau ancaman. Keberanian dalam menghadapi tantangan kehidupan bukanlah bersumber pada diri kita, (mengandalkan kekuatan kita bisa saja salah:Yesus dianggap hantu,atau hantu dianggap Yesus) namun fokus pada Kristus sendiri. Inilah sebabnya, ketika kita takut, maka kita perlu membangkitkan kembali sumber kekuatan kita, yaitu Kristus sendiri. Inilah yang dilakukan oleh rasul Petrus, ketika dia berteriak, “Tuhan, tolonglah aku!” Dan pada saat kita meminta tolong kepada Tuhan,Dia menenangkan kita Tuhan menghampiri kita, memegang tangan kita dan menarik kita dari keterpurukan kita..tenanglah..Aku ini..jangan takut... Sama seperti Kristus kemudian mengulurkan tangan-Nya pada Petrus (ay.31). Ketika Kristus mengulur tangan-Nya, Dia menghapus semua kebimbangan dan ketakutan Petrus, dan kemudian Kristus membawa Petrus naik ke perahu (ay.32). Sungguh menarik bahwa ketika Yesus menghapus ketakutan dan kemudian naik perahu bersama mereka, maka dikatakan bahwa anginpun reda. Hanya ketenangan di dalam Tuhanlah yang dapat meredakan ketakutan kita.Tanpa iman dan pengharapan di dalam Kristus, kehidupan kita akan terpusat pada masalah dan gelombang. Namun dengan iman dan pengharapan, kita akan dapat melalui gelombang kehidupan dengan ketenangan dan damai.

Pdt Rena Tetty Ginting
Runggun Bandung Timur


Artikel lain yang terkait:



0 komentar:

Post a Comment