Friday 18 October 2013

Renungan / Khotbah Roma 12:17-21, Minggu 10 November 2013

Introitus : 
Siapa menggali lobang akan jatuh ke dalamnya dan siapa yang menggelindingkan batu, batu itu akan kembali menimpa dia (Amsal 26 : 27)

Bacaan : Amsal 26 : 17 – 28 (Responsoria); Khotbah : Roma 12 : 17 – 21 (Tunggal)

Thema : 
Jangan Membalas Kejahatan dengan Kejahatan (Ula Balas si Jahat alu si Jahat)

Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan Yesus,
Ada pameo dalam kehidupan bahwa ‘hukum karma’ pasti akan terjadi atau berlaku dalam kehidupan manusia. Pemahaman akan hokum karma bisaanya bukan dimaksudkan pada perbuatan baik yang kita lakukan tapi lebi kepada perbuatan yang tidak baik yang kita lakukan pada orang lain. Oleh sebab itu secara sadar atau tidak sadar setiap orang tua akan mengajarkan pada anak atau keturunannya untuk senantiasa berupaya berbuat kebaikan. Karena yang dikhawatirkan oleh orang tua adalah bila ada perbuatan yang tidak baik yang kita lakukan dalam kehidupan kita, maka akan ada saatnya “waktu pembalasan” akan terjadi pada diri kita.

Minggu ini kita akan membahas tentang sikap hidup yang seharusnya ada dan senantiasa bertumbuh kembang dalam kehidupan kita. Sikap hidup ini adalah “jangan membalas kejahatan dengan kejahatan”. Dan yang menjadi pertanyaan mendasar adalah apakah kita sanggup untuk terus berlaku seperti itu? Bukankah sering kali kita mendengar bahwa yang namanya manusia itu punya batas kesabaran. Bahkan ada sepenggal lagu yang mengatakan : satu kali kau sakiti hati ini…. Masih kumaafkan; dua kali kau sakiti hati ini…. Masih kumaafkan. Tapi bagaimana dengan yang ketiga ? wah…wah…wah.. katanya : Jangan….. jangan…. Oh jangan….. dari penggalan lagu ini sepertinya kan menggambarkan bahwa sifat manusia itu tidak akan mampu untuk diperlakukan dengan jahat secara terus menerus. Bukankah ini fakta nyata dalam kehidupan kita….. mari sejenak kita merenungkannya…..
Saudara-saudari jemaat Tuhan

Hari ini adalah hari dimana kita diajak untuk membangun “benteng pertahanan kesabaran” dan juga “membuang jauh keinginan menjahati orang lain” apa pun itu sebabnya. Pemahaman membangun benteng pertahanan kesabaran adalah wujud dari pertumbuhan keimanan yang dilandasi pada keyakinan bahwa diatas kita masih ada yang mampu memberikan ruang untuk dapat menyimpan setiap tindakan jahat yang ditimpakan pada kita. Paulus menyadari benar bahwa melawan kejahatan dengan kejahatan hanya akan membuat kita semakin jauh dari sifat mengandalkan Tuhan sebagai penolong dan penjaga kehidupan kita. Melawan kejahatan dengan kejahatan hanya akan menjadikan kita menjadi orang yang “menderita” dan akan berakibat kejahatan tidak akan pernah bisa dipadamkan. Karena akan berlanjut dan akan terus berlanjut. Sebaliknya, dengan membangun benteng pertahanan kesabaran, disana kita akan memberikan keleluasaan pada Tuhan untuk memberikan pertolongan dengan memberikan kemampuan kepada kita untuk dapat “menerima” kejahatan yang mengenai kita. Bahkan dengan memberikan “ruang yang lebih luas buat Tuhan”, kita lah orang yang mengalami “kemerdekaan” atau “pembebasan” dari rasa sakit, dari rasa marah, dari rasa benci, dlsb. Dari hal ini kita akhirnya “dijadikan penonton” oleh Tuhan untuk menyaksikan bahwa orang-orang yang yang berusaha menyakiti kita, justru kepadanya akan ditimpakan setiap “rasa” yang negative tadi. Dan apabila mereke tidak menghentikan perbuatan jahatnya, maka perbuatan jahatnya itu juga yang akan “membunuhnya”. Itulah “pembalasan” yang Tuhan lakukan pada orang yang berkehendak melakukan kejahatan pada kita.

Selanjutnya, membuah jauh-jauh keinginan untuk menjahati orang lain. Ini akan terjadi bila kita menyadari bahwa ini menjadi kebalikan dari hal pertama seperti yang telah diungkapkan sebelumnya. Yang mana apabila kita dijahati oleh orang lain dan kita mengandalkan Tuhan menjadi penolong kita dan kita akan “selamat” maka sebaliknya bila kita yang memberlakukan kejahatan; tentunya kitalah yang tidak selamat. Membuang jauh keinginan ini juga akan menjadikan kita sebagai manusia yang mampu memberi jawaban bahwa pameo bahwa manusia akan berbuat jahat apabila terlalu sering dijahati; TIDAK BERLAKU BAGI ANAK-ANAK TUHAN. Anak-anak Tuhan akan menganggap berbuat kejahatan adalah sebuah kesia-siaan; berbuat jahat adalah suatu tindakan yang hanya akan “mengkerdilkan diri”. Lebih dari itu, berbuat jahat berarti melepaskan “hak mendapatkan pertolongan” dari Tuhan. Dan orang yang seperti ini adalah orang bodoh karena lebih memilih “terpenjara” dari pada “bebas merdeka”

Saudara-saudari Yang mau berbuat baik
Selanjutnya, menghindari kehidupan dari berbuat jahat adalah hal yang mutlak kita lakukan. Namun apakah kita bisa menghindar dari orang-orang yang ingin berbuat jahat kepada kita. Apalagi orang-orang tersebut kerap memakai “topeng kebaikan” alias kemunafikan. Serigala berbulu domba, harimau berlagak kucing, dlsb bisa dikenakan kepada orang-orang seperti itu. Bukankah sangat sulit untuk mengenalinya bila kita hanya menggunakan indra kemanusiaan kita. Benar. Disinilah perlunya kita “berkhikmad” pada pengetahuan yang berasal dari Tuhan. Sepandai-pandainya tupai melompat, adakalanya ia terjatuh juga. Sepandai-pandai manusia menyembunyikan “kedok atau belangnya” pasti ada saatnya Tuhan akan membukakan semua itu dihadapan kita.
Yang kita butuhkan untuk bisa bertahan hingga kita mengetahui kebenaran yang sebenar-benarnya adalah dengan memberlakukan seperti yang dikatakan paulus kepada kita yakni dengan senantiasa berbuat baik kepada siapapun termasuk kepada orang yang menjahati kita. Bila ini yang kita lakukan maka kata Paulus: kita seperti menaruh bara di atas kepalanya. Artinya kebaikan juga bisa menjadi senjata yang sangat ampuh dan handal untuk mengalahkan kejahatan. Dan yang menjadi bagian akhir dari khotbah minggu ini ialah: PERCAYALAH BAHWA KEJAHATAN TIDAK AKAN PERNAH MAMPU MENGALAHKAN KEBAIKAN. KEBAIKAN DAN KEBENARAN AKAN SELAMANYA MENJADI PEMENANG DALAM KEHIDUPAN DUNIA. Kejahatan sepertinya bisa menang, tapi itu hanya sementara, tapi kebenaran dan kebaikanlah yang akan menang untuk selamanya. Amin….

Pdt. Benhard Roy Calvyn Munthe
081361131151


Artikel lain yang terkait:



0 komentar:

Post a Comment